Preview part :
Wajah Keva merah padam. Ia benar benar malu sekarang. Tangannya berusaha menutupi salah satu dadanya yang terbuka sementara wajahnya Ia tundukkan agar tak terlalu di lihat banyak orang.
Sedangkan Cyrillo yang benar benar tak tahu malu malah tampak sangat menikmati kegiatannya. Bahkan suara decapan bibirnya terdengar sangat keras. Keva yakin turis yang berbaring di samping kanan kirinya dapat mendengarnya.Tuhan, tenggelamkan saja Keva ke lautan.
********
Sixth - Someone Who Knows Him-Playlist : I really like you -Charly rae jepsen
Happy reading, Enjoy and Relax!! 😘😘
*******
Seperti balita pada umumnya, Cyrillo juga menyukai air. Terhitung sudah sejak 2 jam yang lalu Keva menemani Cyrillo yang tengah bermain-main dengan ombak di tepi pantai sambil sesekali mengajak Keva agar bergabung dengannya. Namun Keva tentu saja menolak. Ia tak ingin terlihat konyol dengan berlarian mengejar ombak yang telah surut dan menghindarinya begitu ombak tersebut berbalik mengejarnya.
Ia tersenyum memperhatikan Cyrillo yang asik dengan dunianya sendiri tanpa memperdulikan orang-orang disekitarnya yang memandanginya dengan tatapan mencela. "Mama!!" teriak Cyrillo sambil berlarian menuju ke arahnya.
Keva melambaikan tangannya disertai senyuman bahagia di bibirnya. Ia sama sekali tak menyesal telah mengeluarkan banyak uang untuk berlibur ke Bali jika wajah bahagia Cyrillo yang menjadi bayarannya.
"Apa?" tanya Keva begitu Cyrillo telah tiba di hadapannya dengan dada naik turun dan nafas yang memburu."Lapar.." keluhnya seraya memegangi perut sixpack nya yang mulai sedikit berlemak. Melihat hal itu, Keva meringis tak enak hati. Itu semua karena dirinya yang hanya memberikan makanan seadanya kepada Cyrillo hingga kotak kotak yang Keva yakini pria itu jaga mati matian dulu semasa normalnya, hilang begitu saja karenanya.
"Yuk, Mau makan apa?"
"Ke sana!!" Cyrillo menunjuk sebuah tempat di pesisir pantai yang dikunjungi banyak orang. Keva meringis. Ampun, Cyrillo. Itu Restoran untuk orang-orang berkantung tebal. Dan Keva tidak termasuk di dalamnya.
Keva berdehem. "Duh Illo, Mama tiba-tiba sakit perut. Gimana kalau kita makan di hotel saja? Ya?"
Keva mencoba peruntungannya. Setidaknya, Ia bisa makan gratis dengan jatah makan siang nya yang sudah termasuk ke dalam biaya sewa kamarnya dari hotel. Namun Cyrillo menggeleng. "Nggak mau! Mau makan sana." pintanya keras kepala. Bahkan tangan besar Cyrillo sudah menarik tangan Keva menuju tempat yang pria itu maksud.
Keva gelagapan. Ia panik. Setelah menyambar kain pantai untuk di lilitkan ke pinggangnya, Keva mencoba menarik tangan Cyrillo, mencegah pria itu memasuki pelataran restoran."Illo, tunggu. Jangan masuk, ya. Kam-"
"Mr. Acheron?" belum selesai Keva berkata, seorang pria dengan setelan jas rapi memotong perkataannya begitu saja.
Cyrillo menatap pria itu polos. Sementara Keva semakin panik. Oh astaga, ada yang mengenali Cyrillo. Bisa gawat ini.
Dengan cepat, diserobotnya tangan Cyrillo yang menggantung bebas di samping tubuhnya.
Namun pria muda berjas rapi itu mencegahnya. Pria itu mencekal pergelangan tangan Keva yang bebas dan menariknya mendekat. Jantung Keva berdegup cepat. Oh sialan! Ia belum mengantisipasi terjadinya hal seperti ini sebelumnya. Apa yang harus dilakukannya sekarang?
"Mr Acheron? Mengapa terburu-buru? Dan, siapa wanita cantik di samping Anda ini?"
Pria itu bertanya seraya melirik Keva. Keva meneguk ludahnya susah payah.
"Um, Maaf Tuan. Kami sedang buru-buru. Lain kali kita lanjutkan permbicaraan ini ya, mohon maaf sekali lagi."Keva sudah akan mengambil langkah seribu untuk menghindari pria itu, Tapi tingkah Cyrillo selanjutnya malah membuat Keva mati matian menahan geram.
"Dia siapa mama?" tanya nya polos.Keva meringis tak enak pada pria muda yang menyapanya.
Dan seakan tak menemukan kejanggalan pada sikap Cyrillo, pria itu malah menyodorkan tangannya untuk memperkenalkan diri.
"Perkenalkan, saya Matthew. Wah cepat sekali Anda melupakan saya ya," kekehnya. Diam-diam Keva mencibir pria itu. Tawa palsu. Dasar pebisnis."Oh iya, Kalian berdua juga akan makan siang di dalam? Wah kebetulan sekali, saya juga. Kenapa kita tak sama-sama saja?" pinta nya basa basi sambil menebarkan senyum palsunya.
Baru dua menit mengenalnya saja, Keva sudah muak di buatnya. Ia tebak kalau Matthew ini adalah rekan bisnis Cyrillo. Karena sikapnya yang terkesan dibuat buat dan sok ramah. Sangat mencirikan seorang pebisnis. Penuh tipu daya dan licik.
Namun belum sempat mulut Keva membuka untuk menolak keinginan Matthew, Cyrillo sudah melenggang masuk ke dalam restoran terlebih dahulu meninggalkan Keva.
Oh Tuhan..*******
"Mama itu apa?"
Tuhan.. Keva benar benar tak habis pikir dengan Cyrillo. Setelah tadi mengeluh sakit perut hingga Keva harus mengantarnya ke toilet pria dan menahan malu, kini pria itu dengan terang terangan menunjuk ke arah resleting celana Matthew yang membuka.
Keva menggaruk tengkuknya yang tak gatal sembari meringis sungkan.
Sementara Matthew, pria itu sudah menutup kembali resleting celananya dengan salah tingkah dan memandang Cyrillo dengan tatapan membunuh. Ya, walaupun dia berusaha menutupinya. Tapi Keva masih cukup pintar untuk melihat kilat ingin membunuh di mata pria itu untuk Cyrillo."Maaf, Mr. Matthew. Dia sedikit kekanakan akhir akhir ini. Yah, mungkin karena pengaruh pekerjaan."
Keva berusaha menutupi yang terjadi dengan Cyrillo sebenarnya. Keva tak bodoh. Di dunia bisnis, hal kecil semacam itu bisa saja dimanfaatkan untuk saling menjatuhkan.Matthew tersenyum maklum. Ia melanjutkan acara makannya dengan elegan. "Tak masalah. Jangan sungkan Nona. Saya tahu bagaimana lelahnya menjadi seorang pebisnis."
Walaupun terkesan rendah hati dan pemaklum, Keva tahu kalau dibalik kata-kata Matthew tadi seakan mengatakan kalau dirinya juga pebisnis yang sudah tahu betul bagaimana dunianya.
Ya, ya. Keva tahu. Hanya saja Keva tak menyukai sikap sombong pria itu.Alhasil Keva hanya bisa tersenyum tipis sebagai balasannnya.
Belum sempat Keva memasukkan sesendok zuppa soup nya ke dalam mulutnya, Cyrillo kembali berulah. Pria itu mengetuk-ngetukkan sendoknya ke piring hingga menghasilkan suara berisik yang mengganggu. Keva berusaha menghentikan kegiatan Cyrillo. Namun pria itu malah marah dan berakhir dengan membanting piringnya ke lantai hingga pecah.
Keva memejamkan matanya rapat. Ia malu dan marah. Namun percuma saja rasanya jika Ia harus menumpahkan anarahnya kepada Cyrillo yang kekanakan dan tak tahu apapun itu."Ada apa ini?" seorang pria berkemeja rapi menghampiri meja mereka diiringi tatapan seluruh pengunjung restoran.
Keva menggeleng. "Maaf, Tuan. Suami saya tidak sengaja menyenggol piring nya."
Pria itu menampilkan wajah yang geram. "Kalau begitu Anda harus menggantinya." katanya mutlak.
Keva pucat pasi. Uangnya sudah habis untuk Ia belikan tiket pulang ke jakarta. Hanya ada tiga lembar uang merah di dompetnya. itu pun ada di kamar hotelnya. Ia melirik Matthew untuk dimintai bantuan, namun ternyata pria itu sudah tidak ada di tempatnya dengan banyaknya piring bekas makannya yang Ia yakin belum dibayar.
Keva menggigit bibir. Ia beralih melirik Cyrillo yang sedang menyuapkan Puding mangga ke dalam mulutnya dengan tenang.
Duh, Illo. Please bantu aku.Keva mencolek bahu telanjang Cyrillo bermaksud meminta bantuan. Namun apa yang Ia harapkan dari bocah berusia 2 tahun yang terjebak dalam tubuh pria dewasa? Tidak ada sama sekali.
Alhasil, Keva pasrah saja saat Ia harus mencuci piring dan membantu melayani tamu sebagai ganti ruginya.Saat Ia melangkah mengikuti pria yang ternyata adalah manager restotan itu menuju dapur, Ia dapat mendengar bisik-bisik pengunjung restoran tentang nya walaupun samar.
"Gembel aja sok-sok an makan di restoran.""Suami Idiot gitu dipelihara."
"Kasian deh. Baru pertama kali makan di restoran kali ya."
Tanpa sadar Keva mengetatkan kepalan tangannya.
Manusia dengan mulut besar mereka.*******
KAMU SEDANG MEMBACA
My Big Baby (Finished)
ChickLitDini hari sepulangnya Keva dari restoran tempatnya bekerja, ia mendapati seorang bayi laki laki yang sedang duduk di depan rumah kontrakannya. Bukan bayi mungil nan lucu seperti yang kalian bayangkan, tapi seorang pria dewasa yang menurutnya tampan...