"Yak! Kookie? Jeon? Kau bisa mendengarku?? Kook!!"
Jungkook tak memberikan respon apapun dan membuat jimin tambah panik. Jimin yg terus berusaha membangunkan jungkook terus menepuk pipinya, tapi kedua mata jungkook masih terpejam. Dilihatnya dua lubang di leher bagian kiri jungkook yg sudah tak mengeluarkan darah lagi.
"Apa yg terjadi? Apa aku melakukan kesalahan?? Kookie? Kumohon bangunlah."
Lagi dan lagi jimin terus menepuk dan mengelus pipi gembul milik jungkook yg sejak tadi tak lepas dari pelukannya. Ibu ratu mendekati puteranya itu dan menepuk pundaknya.
"Avexora~ tenanglah. Mungkin—"
"Bagaimana aku bisa tenang eomma? Bagaimana kalau terjadi sesuatu padanya? Bagaimana kalau dia—"
Jimin tersulut emosinya. Ia tak tau lagi apa yg salah dengan prosesi yg ia lakukan. Tapi, melihat jungkook yg tak meresponnya membuat jimin menjadi tak karuan. Ia takut apa yg dibicarakan eommanya sesaat sebelum prosesi ini terjadi.
"Andwae— jangan!! Jangan!!"
Jimin merancau dan membawa jungkook lebih dekat pada tubuhnya, memeluknya tanpa ada celah diantara mereka. Tanpa sadar, air mata yg sedari tadi tertampung di mata merah jimin, jatuh dari sudut mata itu. Seharusnya, jika jimin sedang berevolusi menjadi vampire, seluruh emosi manusianya tak bisa muncul. Terutama tangisan. Seorang vampire tak mungkin bisa mengeluarkan air matanya. Tapi jimin? Mungkin, ia benar-benar sangat takut kehilangan jungkook, sampai jadi vampire pun ia tetap bisa menangis.
Tangisan jimin tak bisa berhenti, dan pelukannya pada jungkook semakin erat. Sudah beberapa menit berlalu dan tak ada posisi mereka yg berubah. Sudah berkali-kali jimin mencium mata jungkook, berharap mata itu terbuka, dan akhirnya—
"E-eung— h-h-hy-hyung?"
Jungkook mengerutkan dahinya berkali-kali. Suara serak dan sangat pelan itu terlontar dari bibir ranum miliknya. Jimin yg mampu mendengar suaranya, seketika melonggarkan pelukannya dan menatap jungkook yg perlahan bergerak.
"K-kookie??? Kookie ini hyung. Kau tak apa?"
Jimin kembali mengelus pipi jungkook. Jungkook yg bisa merasakan elusan tangan jimin di pipinya mengerutkan dahinya lagi dan membuka matanya sangat perlahan.
Sedikit demi sedikit matanya terbuka hingga matanya terbuka sempurnya. Ia mengerjap-kerjapkan matanya sampai penglihatannya kembali normal. Ia bisa melihat orang yg paling disayangnya ada di dekatnya sedang menatapnya. Wajah itu terlihat sangat khawatir, membuat tangan jungkook perlahan terangkat dan mengelus pipi jimin perlahan.
"Hyung? Kenapa— wajahmu terlihat lelah?"
Jimin yg mendengar suara yg sangat lemah dari jungkook mulai tersenyum. Ia membiarkan jungkook terus mengelus pipinya. Ia lega. Apa yg ada di pikirannya terlalu berlebihan. Yg terpenting sekarang, jungkook baik-baik saja. Tak peduli apapun yg terjadi nantinya, jimin akan mengutuk dirinya sendiri jika terjadi sesuatu pada jungkook.
"Aku tak apa, sayang~"
Jimin mengambil tangan jungkook dan menciumnya berkali-kali. Ia kemudian mengabsen wajah manis jungkook. Ada yg berbeda disana. Mata indah milik jungkook yg semula hitam, kini menjadi merah. Garis pada pupil besar itu pun sangat jelas terlihat.
"Matamu indah sekali, sayangku"
Jimin mencium kembali kelopak mata itu dan tersenyum untuknya. Jungkook yg tau apa yg dibicarakan jimin hanya bisa tersenyum. Ia merasa tubuhnya sangat lemas. Bicarapun seperti ia tak sanggup.
"Aiguuu~ yg sejak tadi menangis sekarang sudah bisa tertawa~ sampai lupa ada orang lain di ruangan ini"
Jimin menoleh dan mendapati eommanya yg tersenyum menggodanya mendekat padanya. Ia tak bisa menyangkal kalau sejak tadi ia menangis.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ BTS ] JiKook - "Behind"
FanfictionSemua orang juga tau bahwa dunia manusia memang berdampingan dengan dunia yg "lain", salah satunya dengan makhluk halus penghisap darah yg biasa kita sebut "vampire". namun apa jadinya jika para vampire itu diperbolehkan keluar dari dunia mereka dan...