...."Aku akan pergi ketempat yg jungkook datangi. Aku ingin melindunginya. Menjaganya. Dan membahagiakannya. Aku tidak akan membiarkannya sendiri eomma. Kumohon- kali ini saja kau mengerti mauku"
"Avexora. Kau-"
"Yang mulia.... Pangeran jungkook sudah sadarkan diri"
Jimin menoleh dan seketika bangkit dari duduknya saat ia melihat seorang tabib menundukkan kepalanya dihadapan jimin. Ia tidak peduli dengan lukanya yg belum usai diobati atau dengan ibunya yg menghela nafasnya karna untuk sekian kalinya jimin memotong pembicaraannya jika ia membahas perihal nasibnya sebagai calon raja. Sampai detik ini jimin masih belum dapat memprioritaskan tahta yg jalannya sudah terbuka lebar untuknya. Apa karna jungkook?? Harus jimin akui, sejak kehadiran jungkook disampingnya niatnya untuk menjadi raja semakin sirna. Ia tak peduli apa ia seorang pangeran atau raja atau apapun itu. Ia hanya memikirkan bagaimana caranya jungkook bisa aman bersamanya. Karna ia sadar, dengan kondisi jungkook yg sekarang, ia tak bisa tenang dalam kedamaian.
"Apa dia baik-baik saja? Katakan!!"
Nadanya yg meninggi membuat sang tabib semakin memperdalam tundukan kepalanya. Dalam keadaan begini, kuperjelas, dalam keadaan sangat amat khawatir seperti sekarang, sikap tempramen jimin lebih mudah terpancing.
"KENAPA KAU DIAM SAJA??! KATAKAN!!"
Nada suara jimin yg semakin menuntut membuat sang ratu bangkit dari duduknya dan menepuk pundak jimin yg tak mengenakan sehelai benangpun itu.
"Avexora. Rendahkan suaramu. Kenapa kau begitu marah?"
"Anda bisa mengeceknya sendiri, yang mulia"
Mendengar jawaban tabib yg sudah cukup berumur itu, jimin menatap tajam kearah pintu ruang pemulihan yg sedikit terbuka. Dikepalkannya telapak tangannya dan langkahnya yg sedikit tergesa-gesa mengantarkannya melewati pintu itu dan masuk kedalam. Baru beberapa senti melewati pintu langkahnya terhenti saat melihat seseorang yg amat sangat ia khawatirkan sejak tadi sedang terduduk di brankar sambil memegangi kepalanya, sedikit pusing mungkin.
Jimin segera mempercepat langkahnya untuk mendekat dan menarik orang itu kedalam pelukannya. Yg dipeluk, baiklah tentu saja itu jungkook, membulatkan mata besarnya karna terkejut dengan serangan pelukan jimin yg amat tiba-tiba. Jungkook bisa merasakan pelukan jimin yg amat erat padanya dan deru nafasnya yg tak beraturan menghembus di sekitar telinganya.
'Hyung- mengkhawatirkanku?' batin kecil kelinci besar park jimin itu.
Saat dirasa sudah tenang jungkook perlahan melepaskan pelukan jimin dan menatapnya. Jimin yg balas menatap jungkook menangkup kedua pipi gembil milik jungkook dan mengelusnya perlahan. Kedua netranya terus saja menatap intens netra lawannya dengan tatapan yg amat khawatir.
"Kau tak apa?? Manhi appo? Mana yg sakit?? Kupanggilkan tabib lagi ya??"
Jungkook tersenyum dan menggeleng perlahan. Ia mengambil kedua telapak tangan jimin di pipinya dan beralih menggenggamnya erat, berharap semua kekhawatiran jimin hilang dan menunjukkan ia baik-baik saja sekarang.
"Hyungggg~ harusnya aku yg bertanya padamu. Kau tak apa?? Apa ada yang- astaga!!! Ini apa???!!"
Jungkook yg matanya tengah mengecek tiap inci tubuh jimin yg ada di depannya memajukan bibirnya khawatir saat netranya itu menemukan sebuah luka yg dibelit dengan kain yg belum terikat semua di lengan jimin. Jungkook menarik jimin mendekat dan memeganglengan jimin hati-hati. Awalnya jimin ingin menangkis perlahan tangan jungkook agar ia tak khawatir, tapi apalah daya jungkook adalah kelemahan terbesarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ BTS ] JiKook - "Behind"
FanficSemua orang juga tau bahwa dunia manusia memang berdampingan dengan dunia yg "lain", salah satunya dengan makhluk halus penghisap darah yg biasa kita sebut "vampire". namun apa jadinya jika para vampire itu diperbolehkan keluar dari dunia mereka dan...