Awalnya, aku tak tau apa perasaan ini, aku pikir aku hanya kagum terhadapnya.
Oh ayolah, aku hanya gadis remaja, yang bahkan belum pernah sekalipun berpacaran.
Namaku Viona Cecilia, aku sekolah di Galaxy School salah satu sekolah elit di ibukota bagian barat. Dan ini kisahku.
Aku mengenalmu. Saat hari pertama orientasi siswa.
Dan, perasaan itu tumbuh dan terus mengalami perkembangan.
Membuncah tanpa bisa terungkapkan."Vio!" seruan milik Tasya sahabatku sejak kelas 10 membuyarkan lamunanku.
"Apaan sih sya? Ganggu aja, udah tau gue lagi berimajinasi." sungutku."Imajinasi pale lu peang. Liat tu, doi lo lagi jalan sama cewek lain." Tasya mengarahkan pandangannya keluar kelas, aku mengikuti pandangannya, dan saat itulah aku melihat sosok dia sedang bercengkrama dengan teman perempuannya.
"Duh ada yang kepanasan nih. Makanya gue bilang juga apa, lo tuh harus memberanikan diri buat ngechat dia duluan. Siapa tau nanti dia bisa luluh sama perjuangan lo." Tasya memberikan saran, yang sedari dulu selalu kutolak mentah-mentah.
"Sulit sya." Aku menghela nafas.
"Lo belun nyoba, tapi udah bilang sulit aja". Decaknya, yang membuatku nyengir lebar."Gue cuma takut dia risih dan malah ngejauh dari gue." sambil memasang wajah lesu.
"Helloo, Vio lo takut dia ngejauh dari lo? Kayak lo udah pernah deket aja!" cibir Tasya."Udah yuk mending kita ke kantin aja, laper nih gue nanti malah ga konsen!" Aku mengalihkan topik.
"Gue juga laper sih sebenernya. Pengen makan temen." gurau Tasya, yang kubalas dengan toyoran di kepala.
"WOY INI KEPALA, LO KIRA APA? DASAR UPIL SEMUT!" teriak tasya tak terima.
Aku hanya mengangkat bahu tak peduli, dan melenggang menuju kantin.
Ini nasib cuma jadi seorang pengagum rahasia.Setibanya dikantin, aku dan Tasya mencari tempat duduk yang kosong.
Dan saat itulah, aku melihat dia lagi duduk berdua dikantin sama temannya tadi.
Camkan. Berdua."Vio, gue mau nanya." ujar Tasya sambil mengaduk semangkuk soto pesanannya.
"Nanya apa? Kataku dengan mulut dipenuhi makanan.""Orang kalo lagi cemburu emang nafsu makannya jadi meningkat ya?" sinis Tasya sambil melihat dua piring kosong dan dua gelas kosong dihadapanku.
"Jih siapa juga yang lagi cemburu, gue lagi pingin naikin berat badan!!" kataku dengan nada acuh.
"Gak usah nutupin. Gue ngerti lo banget kali." jawab Tasya sambil memutar bola matanya."Jadi cinta deh sama Tasya." ujarku sambil berkedip kepadanya.
"Ewh." balas Tasya.
"Gue udah biasa sya kayak gini."
"Biasa apanya?" Tasya menautkan alis, pertanda heran."Gue udah biasa jadi kayak sutradara gini. Berdiri dibelakang layar, ngeliat pemeran utamanya tampil, Bedanya gue sama sutradara satu,
sutradara bisa ngatur skenario sesuai yang dia inginkan.
Sedangkan gue? Cuma bisa ngikutin arus sungai yang ngalir, yang gue sendiri gak tau bakal bermuara dimana." jawabku dengan tatapan kosong."Kenapa lo gak nyoba buat jadi pemeran utamanya juga?" tanya Tasya.
"Gue emang bakat dibelakang layar doang kayaknya." Aku tertawa hambar"You know lah, ada beberapa hal yang pingin kita ungkapin tapi kita gak bisa.
Kayak gue, gue takut dia malah risih, dan dia yang sekarang aja udah gak mungkin dicapai kayak bintang, malah menyerupai pluto. Jauh tak tercapai."
Tasya terdiam satu detik, dua detik
"Ah gila-gila, lo dapet quotes darimana? By the way, gue bakal dukung lo selalu." Tasya tersenyum lebar.
Aku tidak berkutik. Aku menatap punggung tegap seseorang meninggalkan kantin, Dia bersama seorang gadis beruntung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thanks My Love
Rastgelepernah merasakan ketertarikan pada seseorang? lutut melemas saat dia menyapa? jantung berdegup kencang saat irisnya bertemu dengan irismu? Dan senyum mengembang saat melihat dia tersenyum? Jadi jangan lupa baca cerita ini sampai habis karena ceri...