Bintang melangkahkan kakinya memasuki kelasnya. Kelas Bintang memang selalu ramai, tidak pernah hening.
Bintang meletakkan tasnya diatas meja dan mendudukkan bokongnya diatas bangku.
"Wei bro," belum sempat Bintang menghela nafas, dirinya harus dibuat pusing oleh kelakuan sahabatnya itu, Billy.
"Hmm?" Bintang malas menjawab, akhirnya dirinya hanya bergumam tanpa menoleh kearah Billy sedikitpun.
"Gimana, udah berhasil belom?" tanya Billy tanpa menghiraukan mood Bintang.
Bintang tidak menjawab, melainkan membuang wajahnya kesembarang arah agar tidak menatap Billy.
"Jangan bilang lo gak berhasil?! Haduh, katanya populer?" ejek Billy sambil terkekeh pelan.
Mendengar ejekkan Billy, Bintang sontak menegakkan tubuhnya dan menghadap Billy.
"Sembarangan lo kalau ngomong!" tukas Bintang.
"Loh, bukannya lo ditolak kemaren?" tanya Billy sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Dia itu bukan nolak gue, cuman pasti dia syok aja. Masa tiba-tiba cowok seganteng gue nembak dia. Kan gak elit banget!"
"Cih, terlalu percaya diri lo!" Billy langsung beranjak pergi meninggalkan Bintang yang senyum-senyum sendiri.
Gue yakin, pasti itu cewek cuman gengsi kok! Liat aja.
🌟🌟🌟
Bel istirahat telah berbunyi, membuat seluruh siswa berhamburan menuju kantin untuk mengisi perutnya yang sedang kelaparan.
Mentari melangkahkan kakinya menuju kantin dan duduk disalah satu bangku kantin yang kebetulan kosong. Untung hari ini keadaan kantin lumayan sepi.
Mentari memesan bakso satu mangkok kepada pak Ijep--yang diketahui penjual bakso disekolah tersebut--dan memakannya sendirian.
"Sendirian aja neng,"
Mungkin kisah ini akan diralat, Mentari tidak memakan baksonya sendirian, melainkan ditemani oleh seseorang.
Mentari memutar bola matanya malas dan menghadap seseorang tersebut sehingga posisi tubuhnya berputar sembilan puluh derajat.
"Kenapa?!" tanya Mentari ketus.
"Jangan jutek-jutek banget dong, nanti cantiknya ilang."
Mentari menghela nafas dan mengontrol moodnya agar tidak berantakan.
"Bintang tolong deh, jangan ganggu kehidupan gue!" Mentari memasukkan baksonya kedalam mulut dan mengunyahnya lalu menelannya.
"Gue gak ganggu kehidupan lo kok." ucap Bintang sambil memperhatikan Mentari yang sedang memakan baksonya.
Untung saja gerakan Mentari sangat cepat seribu kilat sehingga saat ini, Mentari telah selesai memakan baksonya.
Mentari mengangkat sebelah lengannya bermaksud untuk memanggil pak Ijep untuk membayar baksonya.
Dengan langkah seribu cepat, pak Ijep telah hadir dihadapan Mentari yang bersiap-siap untuk mengambil uangnya.
Namun saat ingin memberi uangnya, Mentari dikejutkan oleh sebuah lengan yang terlebih dahulu memberikan uang dua puluh ribuan. Siapa lagi orang tersebut jika bukan Bintang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Challenge
Short StoryApa jadinya jika sang idola sekolah menyukai gadis dari kalangan biasa? Bintang, awalnya hanya menjadikan Mentari sebagai bahan taruhan karena dirinya kalah dalam permainan basket. Namun takdir berkata lain, Bintang tidak hanya menjadikan Mentari se...