6. Pulang bersama

41 13 2
                                    

Bel istirahat telah berbunyi sedari tadi. Hal yang ditunggu-tunggu para murid akhirnya tiba. Para siswa berhamburan keluar kelas, tapi kali ini tujuan mereka bukan pergi ke kantin, melainkan lapangan basket.

Terdapat dua tim yang diketuai oleh Bintang dan Billy. Mereka memang bersahabat, tapi soal bermain basket, mereka adalah musuh.

Sudah banyak para siswa yang berkumpul di pinggir lapangan untuk menonton pertandingan basket mereka, begitupun Mentari.

Mentari berdiri disalah satu sudut lapangan basket dan menyaksikan pertandingan tersebut dengan mata kepalanya sendiri. Namun, mata Mentari selalu tertuju pada Bintang.

Sesekali Mentari tersenyum saat melihat Bintang merasa kesal karena tidak dapat mencetak poin. Setelah sekian lama, akhirnya pertandingan tersebut selesai dan dijuarai oleh kelompok Billy. Sudah dipastikan bahwa Bintang kalah.

Bintang duduk dipinggir lapangan dengan kesal dan marah bercampur aduk.

Mentari yang melihat Bintang sedang kesal, menghampirinya dan duduk di samping Bintang.

Mentari memberikan sebotol air mineral yang telah dibelikannya sedari tadi kepada Bintang. Dengan setengah hati, Bintang menerimanya dan membukanya lalu memeguk isinya hingga habis.

Mentari dapat melihat bahwa pacarnya sedang kesal. Lalu, Mentari mengambil saputangan di saku roknya dan mengguyurnya menggunakan air mineral yang dipegangnya.

Bintang melirik sekilas atas perbuatan pacarnya itu, lalu kembali menghadap depan. Pura-pura tidak peduli.

Setelah dipastikannya saputangan tersebut telah basah, Mentari meletakkannya di atas kepala Bintang.

Bintang sedikit terkejut atas perlakuan Mentari.

"Hati boleh panas, tapi kepala harus tetap dingin." ucap Mentari saat Bintang menatapnya penuh tanda tanya.

Bintang tersenyum lalu menyenggol bahu Mentari. "Bisa aja," ujarnya.

Mentari dengan senyumannya, membalas senggolan Bintang. Bintang yang merasa tidak terima, akhirnya membalas lagi. Begitupun sebaliknya. Dan terjadilah aksi senggol-senggolan, namun membuat hati mereka bahagia.

Sejenak, Bintang dapat melupakan kekesalannya tersebut yang digantikan oleh kebahagiaan.

🌟🌟🌟

Mentari berjalan menuju gerbang sekolah. Bel pertanda pulang sekolah telah berbunyi, sehingga semua para siswa berhamburan untuk pulang ke rumah.

Mentari bermaksud menunggu taksi dan menyetopnya untuk pulang rumah, namun sayang takdir berkata lain. Tiba-tiba Bintang muncul dengan mengendarai sepeda motornya dan berhenti tepat di hadapan Mentari.

"Mau bareng gak?" tanya Bintang to the point.

Mentari merasa jantungnya berdetak tidak karuan. Bagaimana bisa? Itu hanya tawaran, lalu mengapa Mentari merasa sangat bahagia?

Mentari menundukkan kepalanya, menyembunyikan sebuah senyuman yang tidak ingin dilihat oleh Bintang.

"Kamu mau bareng gak?" tanya Bintang lagi, berharap Mentari akan menganggukkan kepalanya.

"Yaudah deh," ucapnya lalu menaiki motor Bintang.

"Perasaan aku belom suruh naik." ucapan Bintang sukses membuat Mentari mati kutu.

Mentari turun dari motor dan menatap Bintang. Dapat terlihat, bahwa Bintang mengerutkan keningnya.

"Kenapa turun lagi?" tanya Bintang menaikkan sebelah alis matanya.

"Tadi katanya, jangan naik kalau belom disuruh." ucap Mentari kesal setengah mati.

"Siapa yang bilang gak boleh naik?" tanya Bintang lagi.

"Tadi kata kam-"

"Naek atau mau ditinggal?" ucap Bintang memotong perkataan Mentari.

"Dasar labil," cibir Mentari lalu naik ke jok motor Bintang tanpa aba-aba.

"Jangan cemberut." Bintang melirik Mentari dari kaca spionnya.

"Siapa yang cemberut." tukas Mentari cepat.

"Kamu."

"Enggak."

"Iya."

"Enggak!" bentak Mentari lalu melipat lengannya di depan dada.

"Pegangan, kalau nanti jatoh aku gak mau pungut kamu lagi."

"Bodo."

"Oh, yaudah."

Mentari memutar kedua bola matanya sambil mendengus. Pacar yang sangat yang tidak peka.

"Mau langsung balik apa mau makan dulu?" tanya Bintang setelah sekian lama hening.

"Aku laper." ucap Mentari frontal.

"Oh, ternyata pacar aku laper. Makanya marah-marah." ejek Bintang sambil mengangguk-angguk.

"Ih apaan sih!" Mentari memukul pelan bahu Bintang. Bintang yang dipukul bahunya hanya terkekeh geli.

"Jangan marah-marah, nanti cepet tua."

"Biarin."

"Aku gak mau loh menikah sama orang tua,"

"Siapa juga yang mau."

"Tapi kalau menikah sampai tua bareng kamu mah, aku rela." gombal Bintang sambil terkekeh dan sesekali melirik ke kaca spion.

Dapat terlihat bahwa pipi Mentari saat ini sudah merah seperti kepiting rebus. Oh Lord, betapa malunya Mentari saat ini.

"Cie yang pipinya merah," goda Bintang sambil terkekeh.

"Biarin,"

"Jangan kayak gitu,"

"Kayak gitu gimana?"

"Jangan sok cuek, tapi padahal dalam hatinya ketawa."

"Aku gak ketawa." ucap Mentari berbohong. Dapat dilihat dari kaca spion bahwa Mentari sedang menahan senyumnya.

"Ah masa,"

"Seriusan."

"Jangan serius-serius ah, nanti baper." goda Bintang yang dipelototi oleh Mentari.

Bintang sangat bahagia saat ini. Mungkin kesempatannya bahagia tidak akan datang untuk kedua kalinya. Maka dari itu, Bintang ingin mempertahankan kebahagiaannya.

Ternyata bahagia itu sederhana. Aku sama kamu bisa nyatu aja udah aku udah bahagia banget. Batin Bintang sambil tersenyum kecil.

Tanpa sadar, saat ini Bintang sudah memiliki rasa yang nyata terhadap Mentari.

🌟🌟🌟

Bodo amet dikit👌
Jangan lupa vote+comment.
Vote 5+ lanjut yak.

See you👀

ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang