5. Sebuah rasa

53 14 6
                                    

Bel istirahat telah berbunyi sejak tadi, membuat seluruh siswa berhamburan keluar kelas menuju kantin, kecuali Mentari.

Mentari merapihkan alat tulisnya beserta bukunya sebelum beranjak pergi meninggalkan kelas menuju kantin.

Saat hendak memasukkan buku beserta alat tulisnya, samar-samar Mentari mendengar pekikkan beberapa siswi yang menurut Mentari sangatlah tidak penting. Mungkin dari cabe-cabean kurang belaian, pikir Mentari lalu melanjutkan aktivitasnya.

Saat sudah selesai memasukkan buku ke dalam tas, Mentari merasa ada yang memperhatikannya. Dengan cepat, Mentari mendongak dan mendapatkan Bintang sedang menatapnya sambil tersenyum. Seketika jantung Mentari berdetak tidak karuan, sehingga membuat Mentari gugup.

Mentari tersenyum kikuk, lalu menundukkan kepalanya. Menutupi rona yang berada di pipinya, karena malu.

"Ke kantin yuk." ajak Bintang masih dengan tatapan dan senyum yang sama.

"Eh?" Mentari salah tingkah dan menggaruk kepalanya yang tidak sama sekali gatal.

"Kamu kenapa salting gitu? Memangnya salah kalau aku ajak pacar aku ke kantin?" tanya Bintang masih dengan gaya yang sama.

"Eh bukan gitu, tapi-"

"Aku gak nerima penolakkan."

Tanpa permisi, Bintang menarik lengan Mentari menuju kantin. Tidak peduli dengan komentar sekitar yang mungkin syok karena telah melihat pemandangan tersebut.

Setelah sesampainya di kantin, Bintang dan Mentari duduk disalah satu meja kantin yang kosong untuk ditempati mereka berdua.

"Pesen bakso aja yak," belom sempat dijawab oleh Mentari, Bintang langsung menuju pak Ijep--tukang bakso di sekolah tersebut dan memesan bakso untuk dirinya dan Mentari.

Setelah bakso telah disediakan, mereka makan bersama dalam diam. Namun, terlintas ide yang membuat hati Bintang tertawa.

"Mentari, aku suapin yuk." Bintang menyendok baksonya dan memberikannya kepada Mentari.

Mentari yang syok tampak melihat kesekeliling karena takut menjadi pusat perhatian, namun namanya nasi telah menjadi bubur apa boleh buat?

"Ih Bintang, kamu apa-apaan sih?!" tanya Mentari sedikit kesal akibat ulah Bintang.

Dengan wajah tanpa dosa, Bintang akhirnya mengeraskan suaranya. "MEMANGNYA SALAH KALAU AKU MAU SUAPIN PACAR AKU SENDIRI?"

"Bintang!" Mentari menginjak kaki Bintang membuat Bintang meringis pelan.

Lalu dengan berani Bintang mendekatkan wajahnya ke wajah Mentari. Bintang menatap mata Mentari, begitupun sebaliknya.

"Kalau kamu gak mau aku suapin, aku jamin mereka bakal ngeliat kita ciuman." ancam Bintang membuat Mentari syok.

Lalu Bintang menjauhkan wajahnya kembali dan mengambil ancang-ancang untuk menyuapkan Mentari.

"Mentari, ayok buka mulut." ucap Bintang sok manis namun berhasil membuat kaum siswi berkomat-kamit akan keimutannya.

Dengan kesal, Mentari membuka mulut lalu memanyunkan bibirnya. Baksonya pun tidak dikunyah, melainkan disimpan di pipi, membuat pipi Mentari terlihat chubby.

"Bibir kamu jangan kayak gitu," kata Bintang mengingatkan.

"Aku jadi tambah nafsu buat nyium kamu."

"Uhuk-uhuk!" dengan cepat, Mentari meraih air mineral di dekatnya dan meneguknya dengan cepat.

"Kamu kenapa?" tanya Bintang khawatir pada Mentari lalu beralih menatap pak Ijep.

"PAK, BAPAK KASIH APA DI BAKSO SAYA?! KOK PACAR SAYA AMPE KESELEK?! PERASAAN SAYA GAK MINTA BAKSONYA DI KASIH CINCIN DAH!!"

Mentari lagi-lagi tidak habis pikir, bagaiman bisa Bintang dengan nekatnya bertanya seperti itu di depan umum.

"Hah? Perasaan saya gak ngasih cincin dah mas," kata pak Ijep membela diri.

"Eh, pak Ijep gak salah kok, yang salah Bintang main asal nyerocos aja mulutnya gak disaring." sindir Mentari.

"Ih kamu kok belain pak Ijep sih?! Pacar kamu itu aku atau pak Ijep?" tanya Bintang mendramatisir.

Pak Ijep yang melihat pertengkaran sepasang sejoli tersebut hanya dapat menggeleng-gelengkan kepala dan berlalu pergi.

"Ih Bintang, kamu apa-apaan sih?! Yakali pacar aku pak Ijep, kayak kehabisan cogan aja di muka bumi ini." ucap Mentari ketus dan memanyunkan bibirnya.

Melihat itu, Bintang tersenyum dan mulai menjahili Mentari lagi. "Mulai sekarang jaga baik-baik deh bibir kamu, soalnya aku makin nafsu."

Dengan cepat Mentari membungkam mulutnya dan melebarkan matanya. Bintang tertawa terbahak-bahak akibat ulah Mentari.

Bintang langsung mendekatkan wajahnya ke wajah Mentari dan mencium telapak tangan Mentari yang diletakan di bibirnya.

"Masih ada penghalang, namum suatu saat nanti pasti bakal bebas." ucap Bintang enteng, berbeda dengan Mentari.

Mentari melebarkan matanya tidak percaya atas apa yang dilakukan Bintang padanya. Sungguh diluar dugaan.

Bintang lagi-lagi tertawa melihat ekspresi Mentari yang seperti itu. Tanpa Bintang sadari, perlahan-lahan rasa yang nyata mulai tumbuh di dalam hatinya.

Bintang mulai mencintai Mentari.

🌟🌟🌟

Maaf dikit updatenya, soalnya lagi kecapean.
Btw cerita ini hanya imajinasi semata loh ya😂 mohon maaf kalau ada kesamaan moment:v

Jangan lupa vote+comment💓

ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang