7. Makan

67 12 27
                                    

"Kamu mau makan apa?"

Bintang mengajak Mentari untuk makan siang bersama. Awalnya Mentari menolak karena banyak tugas yang harus diselesaikan, tapi karena Bintang memaksa, akhirnya Mentari menurut.

"Apa aja yang penting gak ada boraxnya." jawab Mentari asal sambil memperhatikan ke sekelilingnya. Bintang tidak mengajak Mentari ke tempat makan yang terbilang berkelas, melainkan Bintang mengajak Mentari ke tempat makan yang sederhana. Setiap orang pasti memiliki cara masing-masing untuk menunjukkan rasa cintanya, itulah hasil pikiran Mentari.

"Yakali aku mau kasi kamu makanan yang ada boraxnya, kamu kan pacar aku mana mungkin aku mau bunuh pacar sendiri." Bintang terkekeh pelan.

"Kali aja gitu, aku mana tau." cibir Mentari.

Bintang hanya menghela nafas pelan sambil menggelengkan kepala. Sesekali Bintang tersenyum, entah apa yang membuatnya tersenyum. Yang Bintang tahu, mulai saat ini dan seterusnya dia akan selalu menjaga perasaan Mentari.

But wait, apa kabar dengan perjanjiannya Bintang dengan Billy? Apakah Bintang akan benar-benar memutuskan Mentari setelah akhir bulan? Sedangkan saat ini hati Bintang sudah dimiliki oleh Mentari.

Perubahan raut wajah Bintang dapat dilihat oleh Mentari. Mentari memperhatikan Bintang yang wajahnya tampak lesu.

"Kamu kenapa?" tanya Mentari setengah berbisik.

"Gapapa." Bintang menggelengkan kepalanya pelan.

"Kamu keliatan gak sehat,"

"Gila maksudnya?" tanya Bintang polos.

"Iya kamu gila." cibir Mentari lalu terkekeh pelan. "Kalau ada masalah bilang, aku ini pacar kamu."

Bintang menatap mata Mentari lekat-lekat untuk mencari keraguan disana. Tapi semakin Bintang mencari, keraguan itu tidak tampak.

"Aku gak akan merahasiakan apapun dari kamu. Jadi tolong, jangan merahasiakan apapun dari aku."

Rasanya hati Bintang seolah tersayat-sayat akan perkataan Mentari. Bagaimana tidak, Bintang belum bisa jujur akan pertaruhannya dengan Billy kepada Mentari.

Sangat sakit bukan jika Mentari mengetahui bahwa dirinya hanya sebagai bahan taruhan dari orang lain. Lebih baik Bitang yang mengatakannya dari pada orang lain.

"Are yoy okay?"

"Ya, i'm okay."

🌟🌟🌟

"Bintang!!"

Langkah Bintang harus terhenti karena ada seseorang yang telah memanggilnya. Bukan, bukan Yang Maha Kuasa yang telah memanggil Bintang, melainkan Billy.

"Apaan?" jawab Bintang malas.

Billy menepuk bahu Bintang pelan sambil tersenyum penuh arti. Namun sayang, Bintang yang tidak paham akan kode-kode anak alay hanya bisa mengerutkan dahinya.

"Kenapa lu senyum-senyum? Jatuh cinta?" tanya Bintang masih dengan kerutan di dahinya.

"Gue jatuh cinta?"

Bintang mengangguk tidak yakin sambil tersenyum kaku.

"Gak, gue kesini cuman mau kasih tau satu hal." lanjut Billy dengan muka yang dibuat semisterius mungkin.

"To the point aja napa, jangan bertele-tele."

"Yaelah Bin, kan biar kayak di drama korea gitu atau gak di sinetron begitu." Billy menaik-turunkan alisnya menggoda.

"Kebanyak nonton drama yang menye-menye si lo!"

"Yah, lo nya aja yang ketinggalan jaman."

"Enggak sih, sok tau lo. Asal lo tau aja, gue tuh lagi nonton drama Korea yang berjudul Gob**lin."

Salah satu alis Billy terangkat dengan wajah yang nampak sangat-sangat jelek.

"Yaelah baru nonton Gob**lin aja bangga, gue aja nonton My Love Fr*om The St*ar berkali-kali biasa aja. Apalagi ada adegan kiss-kissnya, hehe."

Dapat dilihat oleh Bintang bahwa Billy sedang menerawang aksi kiss-kiss yang menurut Bintang sangat alai.

"Mesum lo!" Bintang mengusap wajah sahabatnya itu dengan kasar. Agar tidak berpikiran hal-hal yang negatif.

Bintang langsung beranjak pergi meninggalkan Billy yang sedang mendumel tidak jelas akibat perkataannya tadi. Sejujurnya Bintang tidak tahu bahwa Billy akan sebaper ini.

"Tang gue serius!"

Billy menarik pundak Bintang yang sedang berjalan untuk menghadap dirinya. Sungguh tidak sopan bukan jika Bintang membelakangi orang yang sedang berbicara kepadanya.

"Jangan serius-serius amat, nanti baper. Gue gak mau tanggung jawab!"

"Iya karena lo udah punya Mentari."

Bintang melebarkan matanya sesaat. Lalu menormalkannya kembali seperti tidak terjadi apa-apa.

"Maksudnya?" tanya Bintang dengan wajah polos tanpa dosa yang dibuat-buat.

"Lo baper kan sama Mentari?"

Bintang terdiam sesaat, jika benar Bintang telah bawa perasaan karena Mentari, apakah Billy akan membatalkan perjanjian konyolnya?

"Diam lo telah menjelaskan semuanya." Billy tersenyum sinis lalu melempar tatapan menjijikan kepada siswi-siswi yang lewat di hadapannya.

"Kalau misalkan gue jawab 'enggak', lo bakal ngapain?" tanya Bintang.

"Ya lo harus turutin permintaan gue yang waktu itu." jawab Billy tanpa beban, padahal ucapannya barusan telah menjadi beban bagi Bintang.

"Terus kalau gue jawab 'iya', lo bakal ngapain?" tanya Bintang ragu, karena takut mendapat jawaban yang tidak diinginkannya.

"Taruhan tetap taruhan."

Billy berjalan meninggalkan Bintang sendirian yang sedang berpikir positif untuk kedepannya.

Sungguh, hal ini sangat membingungkan bagi Bintang. Dia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya untuk kedepannya. Apakah dia akan benar-benar mewujudkan permintaan konyol Billy, atau mungkin bertahan pada cintanya bersama Mentari?

🌟🌟🌟

Siyap, segini dolo. Maaf dikit soalnya waktunya mepet. Bentar lagi mau ujian (padahal si masi lama)

Oke sip, cerita ini hanya fiktif belaka jadi mohon maaf jika ada kesamaan tokoh atau alur cerita atau bahkan nama pemerannya. Karena ini semua terjadi tanpa kesengajaan.

Sampai disini, jangan lupa untuk vote+comment sebanyak-banyaknya. Mungkin akan lanjut bulan besok,oke deh, siyu🔥

Vote10+ dan reads15+ lanjutt😂👌

#NothingIsImpossible

ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang