Gadis tidak bisa menolak permintaan kedua orangtuanya. Gadis pun tahu orangtuanya sangat memikirkan masa depannya, sehingga tidak mungkin menerima sembarang lelaki untuk menjadi suaminya. Dengan segala pertimbangan, akhirnya Gadis memutuskan mengikuti kemauan orangtuanya. Maka disinilah Gadis sekarang, di sebuah ballroom hotel, duduk di singgasana Raja dan Ratu sehari diapit orangtua dan mertuanya. Di sebelahnya, duduk lelaki yang belum genap sehari menjadi suaminya.
Altarra Dzulfikar. Putra dari pemilik multi usaha Dzulfikar grup, menjabat sebagai direktur Dzulfikar.co dalam usia yang sangat muda. Yup, hanya itu yang Gadis tahu sebagai istrinya. Perjodohan dan pernikahan yang serba instan membuat Gadis dan Altarra tidak pernah bertemu atau berkomunikasi sebelumnya. Hanya berselang satu bulan dari acara lamaran yang tidak dihadiri Altarra, mereka berdua melangsungkan pernikahan.
Gadis mengamati suaminya diam-diam. Altarra adalah lelaki tampan, setelan tuksedo putih dengan detil silver di bagian tangan dan kerah terlihat sangat cocok untuknya. Merasa diperhatikan, lelaki itu menoleh. Ia mengernyitkan dahi, "Kenapa?"
"You're lookin good on that," sahut Gadis dengan wajah bersemu merah.
Altarra terdiam sejenak, kemudian tersenyum. "Same goes to you."
Pujian Altarra membuat wajah Gadis memerah. Gadis sering menerima pujian yang sama, tetapi kalimat simple Altarra bisa membuat jantungnya berdebar-debar seperti anak SMA.
"Altarra congrats, ya." seorang lelaki bertubuh kurus menyalami Altarra, kemudian ia memandang Gadis penuh takjub. "Selamat ya."
Gadis tersenyum sambil menyambut uluran tangan lelaki itu. Tidak lama Gadis dipanggil make up artist untuk ganti gaun dan touch up make up. Gadis mengganti kebaya modern yang didesainnya sendiri dengan gaun off shoulder merah marun yang anggun. Gaun terakhir sebelum pesta berakhir sekitar dua jam lagi.
"Tolong panggilkan Mr. Altarra ya Miss, dia juga harus ganti suit." sahut lelaki berbadan besar yang sikapnya sedikit kemayu itu. Gadis mengangguk untuk mengiyakan permintaannya.
Gadis tidak menemukan Altarra di kuade, dimana ia seharusnya berada. Hanya ada kedua orangtuanya dan orang tua Altarra.
"Mencari suamimu, Dis?" Mama mertua tersenyum melihat Gadis kebingungan. Gadis mengangguk pelan. "Dia bilang ke toilet. Coba kamu cari."
"Ia Tante," tanpa membuang waktu, Gadis berjalan ke arah toilet. Samar-samar terdengar suara orang beradu argumen. Semakin Gadis melangkah semakin terdengar jelas.
"Baby, jangan tinggalin aku please." Gadis mendengar suara seorang perempuan, terisak.
"Kita ngomong lagi nanti," jantung Gadis mencelos mendengar suara suaminya. Langkahnya terhenti. "Aku harus kembali sekarang, kamu pulanglah."
Suami yang belum lama dikenalnya, di hari pertama pernikahan mereka sudah berkhianat. No, no, no. Jangan berpikir negatif. Gadis berusaha menghilangkan pikiran-pikiran jahat yang terngiang di telinganya.
"Lagi apa lu di sini?" Altarra menatap Gadis tajam. Ia terlihat sangat dingin, berbeda dengan Altarra yang berbincang hangat dengan Gadis beberapa menit lalu di atas kuade.
"Ah, itu." Gadis kehilangan kata-kata. "Kamu dicari Mas Egun, disuruh ganti suit."
Altarra meninggalkan Gadis tanpa berkata apa-apa lagi. Setelah Altarra pergi, Gadis mencoba mencari tahu lawan bicara suaminya barusan. Nihil. Di lorong itu sudah tidak ada siapa-siapa.
Dengan hati sedikit kacau, Gadis kembali ke ruangan pesta. Berbagai pertanyaan berkecamuk di batinnya. Sampa-sampai ia lengah saat berjalan dan menabrak seorang tamu.
"Ahh, sorry." Gadis memungut kacamata yang jatuh dan menyerahkannya pada lelaki yang ia tabrak.
"Mrs. Altarra?" tanya lelaki itu setelah memakai kacamatanya. Ia tersenyum memandang Gadis yang kebingungan. Lelaki itu mengeluarkan sebuah kotak kecil dan selembar amplop dari balik suitnya, kemudian menyerahkannya pada Gadis.
"Sorry?" Gadis menelengkan kepalanya.
"Oh, aku Romario. Sahabat Altarra sejak kecil." lelaki itu memperkenalkan diri. "This gift from me and mywife. Amplopnya jangan dibuka sampai pesta selesai, ya."
"Kenapa nggak dikasihkan langsung ke Altarra?" tanya Gadis sambil menerima wedding giftnya.
Lelaki bernama Romario itu hanya tersenyum. "I believe in you. Then, till we meet again."
Romario segera berjalan melawan kerumunan tamu yang asyik menikmati alunan love song yang dinyanyikan silih berganti oleh penyanyi profesional yang sengaja diundang oleh Keluarga Dzulfikar.
Gadis kembali ke kuade, menaruh hadiah dan amplop yang sepertinya berisi surat. Tidak lama, Altarra muncul dengan suit berwarna senada dengan gaun yang dipakai Gadis. Ia mengulurkan tangannya, seolah tidak bersalah dengan kejadian di koridor tadi.
"Mau dansa?" senyuman Altarra meluluhkan hati Gadis.
Gadis menyambut uluran tangan suaminya. Seketika alunan lagu a thousand years bergema di ruangan. Para tamu memberi ruang untuk kedua mempelai. Di tengah ruangan, hanya berdua dikelilingi para tamu yang tersenyum. Altarra menaruh satu tangannya di pinggang Gadis dan yang lainnya menggenggam tangan istrinya itu erat. Gadis menaruh tangannya yang bebas di dada Altarra. Wajah keduanya hanya terpaut beberapa senti saja.
Altarra tersenyum lebar, memperlihatkan deretan gigi putih yang rapi. Gadis sadar suaminya memiliki kriteria sebagai suami idaman semua wanita. Wajah tampan, tubuh atletis, kekayaan yang tidak akan habis selama 7 turunan.
"Hei," panggil Gadis disela alunan lagu.
Altarra mengedikkan kepalanya.
"I think I love you," suara Gadis tertelan suara letusan confetti.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Hurts 2 Love
RomanceMarriage is not about age, it's about finding the right person. Gadis yang baru akan berusia 22 tahun terpaksa menikahi lelaki pilihan orangtuanya. Meninggalkan cita-citanya dan mengabdi pada suami. Altarra yang masih tidak bisa move on dari cinta p...