"...Non.."
Gadis perlahan-lahan membuka matanya. Wajah tua Mbok Mariyah terlihat khawatir. Perempuan itu melihat asisten rumah tangganya berbicara namun suaranya terdengar jauh.
Gadis mengerjapkan matanya berulang kali. Berusaha mengumpulkan seluruh kesadarannya.
"Iya Mbok, aku nggak apa-apa." Gadis menjawab sekenanya. Ia bangkit dari lantai, tempatnya tertidur semalaman. Matanya terasa sangat berat.
Mbok Mariyah membantu Nyonya mudanya menuju kasur. Gadis membaringkan tubuhnya yang sedikit gemetar.
"Non makan ya," kata Mbok Mariyah sambil menyelimuti Gadis.
Gadis menggeleng lemah. Perutnya tidak terasa lapar meskipun sejak kemarin ia belum makan. "Aku nggak lapar Mbok."
"Mbok buatkan bubur ya biar gampang ditelan." Si Mbok bersikeras. "Non Gadis harus makan, si Mbok sedih lihatnya. Dulu waktu pertama kali ketemu Non nggak sekurus ini. Padahal baru 2 bulan yang lalu."
Bulir air mata jatuh di sudut mata perempuan tua yang hidup sebatang kara itu.
Gadis meraih tangan si Mbok dengan susah payah. Ia mengangguk pelan, "Ya udah, aku mau makan Mbok."
"Sebentar ya Non," si Mbok segera bergegas ke dapur dengan penuh semangat.
•••
Altarra memandangi tumpukan dokumen yang harus ia baca.
"Jadwalku nanti malam apa?" Tanya Altarra pada asistennya sambil membaca baris per baris kalimat dari dokumen yang ia ambil dengan asal.
Lelaki bernama Irvin yang telah menjadi asisten Altarra setahun terakhir itu membuka memo di handphonenya.
"Jam 7 malam launching brand formal wear baru dari lini fashion kita, sir.""Kalo aku nggak hadir?" Tanya Altarra sambil menggoreskan penanya di bagian bawah dokumen.
Irvin menggeleng. "Sayang sekali tapi untuk kali ini tidak bisa diwakilkan."
"Okay," Altarra melihat jam tangannya. Waktu sudah menunjukkan jam 4 sore. "Sampai ketemu di sana, Vin."
Altarra memakai jas nya dan bergegas meninggalkan kursi kerja ketika Irvine menjawab, "Don't forget to bring your wife as well, Sir."
Altarra menghela nafas. Apa sebegitu pentingnya memamerkan istrinya disetiap pertemuan-pertemuan pekerjaan seperti itu.
"Anda harus membangun image suami yang mencintai istrinya." Irvin melanjutkan seperti bisa membaca isi pikiran Altarra.
Altarra tidak menjawab dan segera menuju mobilnya. Ia mengetik pesan singkat untuk istrinya di rumah.
Be ready at 6. Kita harus menghadiri launching lini fashion anak perusahaan Dzulfikar group.
Altarra memarkirkan mobilnya di penthouse mewahnya. Tempat Mentari tinggal beberapa hari belakangan ini.
"Halo Pak Khris," Altarra menelepon supirnya. "Nanti jemput aku di penthouse ya. Jam 6 dari rumah, iya sama Gadis juga."
"Mau kemana?" Mentari menyambut Altarra dengan wajah mengernyit. "Kamu kan baru datang."
"Ada acara kantor." Altarra melonggarkan dasinya dan segera menuju kamar mandi. Mentari mengikutinya dari belakang.
"Aku boleh ikut?" Tanya Mentari penuh harap.
Altarra membasuh wajahnya dengan air. "No. I'll go with Gadis."
KAMU SEDANG MEMBACA
To Hurts 2 Love
RomanceMarriage is not about age, it's about finding the right person. Gadis yang baru akan berusia 22 tahun terpaksa menikahi lelaki pilihan orangtuanya. Meninggalkan cita-citanya dan mengabdi pada suami. Altarra yang masih tidak bisa move on dari cinta p...