Part 12

8 0 0
                                    

Gadis termenung memandangi majalah yang terbuka di pangkuannya. Wajah Putra terpampang dengan sebuah artikel tentang karirnya di dunia hiburan.

Namun pikiran Gadis tidak tertuju pada artikel yang sedang ia baca. Pengakuan cinta Putra masih terngiang-ngiang di telinganya. Memang bukan pertama kalinya bagi Gadis mendapat pernyataan cinta. Tetapi ini berbeda, bukan karena Putra adalah seorang artis terkenal. Tetapi karena sikap Putra yang terang-terangan menyukainya padahal Gadis berstatus istri orang.

Putra seolah menantang Gadis untuk berbalik mencintainya atau bertahan mencintai Altarra meskipun menyakitkan.

"...dis...Gadis..."

Sebuah suara yang lembut membuat Gadis tersadar dari lamunannya. Seorang perempuan berambut panjang, berkulit putih pucat dengan paras yang masih terlihat cantik walau usianya tidak muda lagi berdiri anggun di sebelahnya. Dia adalah Anna Dzulfikar, Mama mertua Gadis.

"Eh, Tan..," Gadis segera meralat panggilannya. "Mama, maaf Gadis melamun."

Anna Dzulfikar membelai rambut Gadis lembut. Ia melirik majalah di pangkuan Gadis. "Lagi baca apa sih? Sampai nggak denger panggilan Mama."

"Bukan apa-apa kok, Ma." Gadis mempersilakan Anna duduk. "Silakan duduk, Ma."

Anna duduk di kursi, di samping kasur Gadis. Ia menggenggam tangan Gadis.

"Maafkan Mama ya Gadis," Anna berlinang air mata. "Pasti sulit untuk menjadi istri seorang Altarra Dzulfikar."

Gadis menyeka air mata Mama mertuanya. "Ini pilihan Gadis, Ma. Bukan salah siapapun."

Anna memandang takjub. Melihat Gadis tegar, mengingatkannya pada putri kesayangannya, Senja Dzulfikar.

Anna meremas tangan Gadis.

"Kalau ada apa-apa, kamu bisa cerita sama Mama," Anna tersenyum. "Anggap aja seperti Mama kandungmu sendiri, Dis."

Gadis mengangguk pelan.

"Sebetulnya Altarra adalah anak yang baik, hanya ia sedikit sulit mengungkapkan perasaannya." Anna beranjak mengganti air dalam vas bunga. "Bunganya cantik sekali, dapat dari siapa?"

Bukannya menjawab, Gadis malah memandang Anna sejenak kemudian mengalihkan pandangannya ke majalah. Anna menghampiri Gadis, ia duduk di samping Gadis.

"Ada yang mau kamu ceritakan?" Tanya Anna lembut, penuh kasih sayang. Ia membelai rambut Gadis seperti membelai putrinya sendiri. "Pasti berat memendamnya sendiri."

Gadis menarik napas panjang. Ia memandang Anna dalam-dalam. Dari mata Mama mertuanya terpancar ketulusan. Seperti seorang ibu memandang anak kandungnya.

"Sebenarnya tadi pagi," Gadis menunjuk foto Putra dalam majalah. "Lelaki ini bilang menyukaiku, Ma."

"Hmm." Anna memandang foto Putra sekali lagi. "Bukankah dia brand ambassador lini formal man attire Dzulfikar grup?"

 "Mama kenal Putra?" tanya Gadis.

"Tentu," Anna pernah bertemu beberapa kali dengan Putra ketika pergi mengunjungi suaminya di kantor. "Apakah Putra adalah mantan pacarmu?"

"Bukan, Ma." Bantah Gadis dengan wajah memerah. "Aku belum pernah pacaran sebelumnya. Altarra adalah yang pertama."

Anna tersenyum. Ekspektasinya untuk Gadis memang tidak berlebihan. Bahkan ia sudah menduga kalau Altarra adalah pacar sekaligus suami pertama Gadis.

"Jadi, siapa yang kamu sukai?" Tanya Anna. Ia tertawa menggoda Gadis. "Altarra memang tampan, tapi Putra juga tidak kalah tampan. Duh, Mama bingung."

To Hurts 2 LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang