Part 14

14 1 0
                                    

Altarra termenung. Ia membaca halaman demi halaman buku agenda Gadis. Diary hati Gadis semenjak akan menikah hingga setelah menjadi istrinya.

Lembar demi lembar hanya ada kekecewaan dan pengharapan yang tidak pernah terwujud untuk Gadis. Meski begitu, Gadis tidak pernah memaki atau pun menyalahkan Altarra dalam tulisannya.

Tulisan Gadis berhenti pada tanggal kepulangan Mami ke Jogjakarta. Tanggal yang sama saat Altarra membohonginya untuk bersama Mentari.

Altarra membuka sketchbook halaman terakhir yang tampak lusuh terkena air.

Otak Altarra berpikir keras. Sketchbook dan agenda tertinggal di restoran. Tapi kapan Gadis ke restoran itu?

Altarra memandang bekas air di halaman terakhir sketchbook. Bekas tetesan airnya sejajar dengan mata Altarra. Saat itu juga Altarra mendapatkan jawabannya.

"Shit!" Altarra menyadari Gadis berada di restoran favoritnya ketika Mentari tiba-tiba mencium pipinya beberapa hari lalu.

"Aarrggh!" Altarra memegang kepala dan menjambak rambutnya. Membayangkan Gadis melihatnya dicium Mentari membuatnya kesal. Ia meraih handphonenya dan menekan nomor Pak Khris.

"Pak, antar aku ke rumah sakit sekarang." Sahut Altarra tanpa memberi kesempatan pada sopirnya untuk mengucap salam.

"Ba...baik, Den." Sahut Pak Khris sambil melajukan Jaguar hitam ke lobby gedung perkantoran Dzulfikar.co

Altarra bergegas turun menuju lobby untuk menemui Pak Khris. Seorang petugas valet membukakan pintu Jaguar hitam ketika melihat Altarra keluar gedung.

"Hai, babe." Mentari menyambut Altarra di kursi belakang.

"Kamu ngapain di sini?" Tanya Altarra, ia sudah bisa mengontrol emosinya lagi.

"Cuma mau memastikan aja," Mentari tersenyum. "Kamu nggak melanggar janji."

Altarra mendengus pelan. "Sekarang kamu meragukan aku?"

Altarra menutup pintu. "Jalan ke penthouse, Pak." Altarra merubah destinasinya.

Mentari mendekap lengan Altarra manja. "Yeeay! Akhirnya bisa berduaan denganmu, babe."

"Aku nggak akan menginap." Kata-kata Altarra menerbangkan kebahagiaan Mentari. Ekspresi wajahnya segera berubah.

"Kamu mau kemana?!" Teriakan Mentari membuat konsentrasi Pak Khris pecah. Mobil sedikit oleng namun ia berhasil menguasai kendaraannya.

"Kamu mau menemui perempuan jalang itu?" Mentari memekik. "Nggak akan kubiarkan! Kamu itu..."

Belum sempat Mentari menyelesaikan kata-katanya, Altarra sudah membungkan mulut perempuan itu dengan ciuman. Mentari membalas ciuman Altarra, ia menarik kerah kemeja Altarra. Membuat lelaki itu terjerembab ke dalam pelukannya. Keduanya berciuman cukup lama, membuat Pak Khris berdeham.

"Eheem." Pak Khris berdeham. "Kita sudah sampai, Den."

Altarra melepas dekapan Mentari dan membuka pintu. Ia keluar kemudian membukakan pintu untuk Mentari.

"Ayo keluar."

Mentari meraih uluran tangan Altarra. Ia memandang Altarra yang hendak masuk ke dalam Jaguar.

To Hurts 2 LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang