Part 13

16 0 2
                                    

"Altarra, wait." Mario berhasil menarik lengan sahabatnya. Membuat Altarra berhenti berjalan. "Kita perlu bicara, meluruskan kesalahpahaman ini."

Altarra melepaskan tangan Mario. Ia membuka pintu Mercedes Benz C class berwarna merah. "Nggak ada yang perlu dibicarakan lagi."

Mario terkejut melihat Mentari di belakang kemudi. Ia menarik lengan Altarra.

"Tinggalkan dia, Al!" Bisik Mario geram.

"Mind your own bussiness!" Desis Altarra, ia mengibaskan tangan Mario dan masuk ke dalam Mercy. "Go." Perintahnya pada Mentari.

Mentari menginjak pedal gas, meninggalkan rumah sakit. Suasana hati Altarra tidak bagus. Ia duduk di samping Mentari dengan wajah ditekuk.

"What happen, babe?" Tanya Mentari sambil fokus mengemudi. Sesekali ia memeriksa ekspresi wajah Altarra lewat spion.

"Nothing." Jawab Altarra bohong.

"Mau makan dulu?" Tanya Mentari, sambil membelokkan Mercy ke arah restoran favorit Altarra.

"Terserah." Jawab Altarra tidak peduli.

Mentari masuk ke dalam restoran terlebih dahulu. Altarra menyusulnya ke lantai 2. Tempat favoritnya di restoran itu. Dari lantai 2 itu juga lah Altarra melihat Gadis berbicara dengan lelaki asing, tunggu dulu--Altarra mencoba mengingat wajah lelaki yang mengantar Gadis malam itu.

"Putra." Altarra mengepalkan tangannya menyadari identitas lelaki yang telah melukai harga dirinya.

"Putra?" Mentari mengernyit mendengar nama yang keluar dari mulut kekasihnya.

"Arjuna Putra Prabaswara," Altarra menjelaskan. "Brand Ambassador man formal attire Dzulfikar.co"

"Oh, itu dia." Mentari berdiri, ia melambaikan tangannya ke belakang Altarra. "Putra sini."

Lelaki yang dimaksud berjalan menghampiri Mentari.

"Hai, udah lama nggak ketemu ya." Kata Putra sambil mencium pipi Mentari. Ia memandang Altarra, "Halo, Tuan pewaris Dzulfikar.co."

"Nama gue Altarra," ralat Altarra, wajahnya tetap kalem meski hatinya setengah mati benci kepada lelaki di hadapannya.

"Wanna join us?" Tanya Mentari.

Putra menatap Mentari dan Altarra bergantian. Tidak tampak keberatan di raut wajah lelaki tampan itu. Sementara Mentari tersenyum padanya.

"Kalau kalian nggak keberatan gue mengganggu kencan kalian." Putra tersenyum pada perempuan itu.

"Nggak kok, jarang-jarang gue bisa lunch sama artis papan atas." Gurau Mentari.

Putra tertawa. "Just call me whenever you want."

"Excuse me," Altarra meraih handphonenya. Ia berjalan ke pojok ruangan, sehingga Mentari atau Putra tidak bisa mendengarkan pembicaraannya. "Halo."

"Halo Al," suara Anna, Mama tiri Altarra terdengar dari seberang sana.

"Ya. Ada apa?" Tanya Altarra sesopan mungkin.

"Besok Gadis bisa pulang," Anna berhenti sejenak. Ia menghela napas pendek. "Kamu nggak mau jemput?"

"Besok ada meeting, Ma." Altarra beralasan.

"Biar Irvin yang handle meeting, kamu ambil off aja." Anna terus melanjutkan kata-katanya sebelum Altarra sempat membuka mulut lagi. "Sampai jumpa besok di rumah, ya."

Tut. Tut. Tut.

Saat Altarra masih terkejut dengan sambungan telepon yang tiba-tiba diputus. Nama Irvin muncul di layar handphonenya.

To Hurts 2 LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang