Bagian 5

12.2K 479 3
                                    

Pagi saat bel masuk belum berbunyi, semua anak di kelasku sibuk mengerjakan tugas merangkum dari buku paket—tugas dari Pak Ari minggu lalu. Untung semalam aku tidak lupa mengerjakan, jadi sekarang bisa asyik memainkan handphone dan meng-scroll lagi chat dengan Kak Aldo tadi malam yang mampu membuatku senyum-senyum.

"Astaga. Kesambet setan di mana lo, Tar?" Risma menyikut lenganku pelan, meski tatapannya masih fokus pada buku catatan.

Aku mendengkus. Tak berniat menjawab pertanyaannya. Namun, tanpa aba-aba Risma malah merebut handphone-ku.

"Ih, Risma! Apaan, sih! Balikin nggak handphone gue!"

Bukannya mengembalikan, Risma malah berdiri dan meninggikan tangannya supaya aku tidak bisa menggapai handphone-ku. Jelas, kalau sudah begini aku bakal kesulitan merebutnya dari Risma yang lumayan tinggi, atau mungkin aku yang tak begitu tinggi.

"Diem, atau gue bacain keras-keras biar semua orang tahu," ancam Risma dengan senyum jail.

Jahat!

"Iya iya, gue diem." Akhirnya aku pasrah dan duduk kembali, sedangkan Risma masih tersenyum jail lalu kembali duduk di sampingku.

"Ini lo beneran niat buat ngemajuin lagi klub basket cewek, apa cuma modus doang biar bisa deket sama Kak Aldo? Pilih salah satu!"

Aku sedikit gelagapan untuk menjawab pertanyaan Risma. Tidak bisa dimungkiri memang, tujuanku ingin memajukan klub basket, sekaligus bisa mengenal Kak Aldo.

"Kok gue mencium bau-bau ada yang naksir sama kakak kelas, ya?" godanya.

"Apaan, sih? Gue nggak naksir kok sama Kak Aldo. Suer." Kubuat ekspresi semeyakinkan mungkin supaya Risma tidak curiga lebih lanjut lagi.

"Emang gue ada ngomong kalo lo naksir sama Kak Aldo?"

Shit! Keceplosan.

"Ris, lo percaya nggak kalo love at first sight itu beneran ada?" tanyaku akhirnya.

***

"Hahahaha. Ngaco lo, Tar!" Risma tergelak di sampingku sambil memegangi perutnya. Untungnya tempat ini sepi dan kebetulan sedang istirahat, jadi tak ada yang melihat tingkah konyol temanku yang satu ini.

Kami berada di taman belakang sekolah, setelah tadi aku menceritakan semua tentang perasaanku pada Kak Aldo, Risma malah secara terang-terangan menertawaiku.

"Jadi lo langsung suka gitu aja sama Kak Aldo? Gara-gara dia nolongin lo pas MOS? Ya ampun, Tar, lo mah baperan banget, dah, orangnya." Risma masih terkekeh.

"BTW, lo harus tahu, cinta pada pandangan pertama itu nggak ada. Yang ada itu, lo suka pas pandangan pertama. Cinta sama suka itu beda. Kalo suka, lo hanya punya perasaan kagum ke orang itu gara-gara orang itu ngelakuin hal baik ke lo ataupun orang lain. Dan perasaan suka biasanya berlaku sementara. Dan gue rasa, perasaan lo ke Kak Aldo itu cuma perasaan suka, nggak lebih," lanjutnya, kemudian berdiri, berniat pergi.

"Terus kalo definisi cinta itu gimana?" cicitku pelan.

Risma tersenyum samar, menepuk bahuku, "Nanti juga lo bakal tahu sendiri," lalu pergi meninggalkanku dengan sejuta pertanyaan yang terngiang di kepala.

Namun, ada satu pertanyaan yang sangat mengganjal di pikiranku: Jantung berdebar, ribuan kupu-kupu seakan terbang memenuhi perutku dengan hanya melihat senyumnya, apa pantas jika disebut perasaan kagum saja?

Truth or Dare (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang