Bagian 10

9.7K 455 10
                                    

H-5 pertandingan basket melawan SMA Pelita. 

Namun, sampai detik ini Kak Aldo seperti menjauh dariku. Berpapasan di koridor pun dia hanya berekspresi datar, seolah tak melihatku.

Aku harus memperbaiki hubungan kami sebelum hari H pertandingan basket. Aku tak mau kalau nanti kurang fokus karena ada yang mengganjal di pikiranku dan menyebabkan permainanku jadi kacau.

Fix. Selesai latihan nanti, aku harus bertemu Kak Aldo untuk menyelesaikan masalah kami. Aku pun mengirim pesan padanya.

Me : Selesai latihan basket nanti, aku mau ngobrol sama Kakak. Kakak jangan pulang duluan ya.

"Kantin, yuk, Tar," ajak Risma.

Bel istirahat sudah berbunyi, tapi aku enggan pergi ke sana. Memilih melipat tangan di atas meja sebagai bantal untuk kepala.

"Jangan galau mulu napa, Tar. Lo harus makan. Kan pura-pura bahagia butuh banyak tenaga." Risma mengejekku.

"Nggak laper. Lagian siapa yang pura-pura bahagia coba? Gue mah biasa aja."

"Ya udahlah, gue ke kantin sama Sarah aja. Yuk, Sar!" Risma merangkul Sarah dan berjalan keluar kelas.

Aku kembali menenggelamkan kepalaku di atas tangan.

"Si Tari lagi gegana, nih."

Aku mengangkat kepalaku sekilas dan mendapati Hana sudah duduk di sampingku.

"Gegana?"

"Gelisah, galau, merana, Tari!"

"Oh. Lo nggak ke kantin, Han?"

"Lagi diet gue." Hana cengengesan. "Buruan baikan, deh, sama Kak Aldo. Gue empet deh liat lo ngegalau mulu. Lima hari lagi pertandingan, kalo lo belum juga nyelesain masalah lo, gue takut nanti lo nggak fokus pas tanding. Lo tahu sendiri, ini pertandingan penting banget buat tim kita. Kalo sampe kita kalah, Pak Idi pasti kecewa berat sama kita."

"Gue juga udah mikir sampe sana. Tapi gue bingung harus mulai dari mana ngomong sama Kak Aldo nantinya. Masa iya gue harus nyabut pernyataan suka gue sama dia?"
Aku menarik napas dalam-dalam dan mengembuskan perlahan.

"Seenggaknya lo harus perbaiki dulu hubungan lo sama Kak Aldo sampe pertandingan nanti selesai. Setelah itu, tinggal hati lo yang berperan. Mau lanjut berjuang atau pergi merelakan?" Hana menepuk pundakku.

Aku menyandarkan punggung ke kursi, menatap lurus ke depan. "Kayaknya gue pilih opsi yang kedua."

***

"Sekian pelajaran dari Ibu, sampai ketemu minggu depan."

"Iyaaa, Buuu!" seru semua murid di kelasku.

Pelajaran terakhir usai. Aku langsung mengajak Hana ke toilet untuk berganti pakaian olahraga. Mulai hari ini, latihan akan digencarkan, mengingat pertandingan persahabatan hanya tinggal menghitung hari.

"Tar, gue ke kantin dulu ya. Gue tiba-tiba laper, nih. Hehe," ucap Hana saat aku sedang bercermin di kaca toilet.

"Katanya diet? Diet dari Hongkong." Aku mendengkus, sedangkan Hana cengengesan. "Udah sana, cepetan, gue tunggu di lapangan. Jangan lama-lama, nanti Pak Idi ngamuk."

"Siap."

Hana melenggang ke kantin, sementara aku bergegas ke lapangan.

Sesampainya di lapangan, aku mendapati teman-teman satu timku tengah duduk melingkar di pinggir lapangan. Aku pun langsung bergabung dan duduk di samping Intan.

Truth or Dare (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang