delusional

5.7K 32 2
                                    

Katanya aku harus pergi. Katanya aku harus hilang dari hadapannya. Katanya aku tidak seharusnya ada. Tapi mengapa? Aku pun rindu padanya. Aku pun ingin berjumpa dengannya. Aku ingin juga hidup bersamanya. Aku pun ingin juga hidup berumah tangga dengannya, menjadi keluarga kecil yang bahagia seperti kita yang dulu.

Lalu, mengapa kau memintaku pergi? Mengapa semua orang memintaku untuk pergi? Aku rindu kalian, aku ingin bersama kalian.

"Dev, hindari dia, jangan tatap dia dengan hatimu, karena dia akan merusakmu, dia bukan Melody kita, Dev." Perkataan Mallory menyambarku. Dari sudut ruang kerja Mallory aku terisak.

"Iya, aku mengerti." Dev menjawab dengan matanya menatapku dingin.
Aku, Doremifa Melody, dan anakku Irama Doremifa Daniswara, yang pergi dan tidak lagi diinginkan oleh suamiku, Deveega Daniswara. Juga orang terdekatku lainnya.

***

Bulan benderang membulat di ujung langit yang terlihat. Angin dingin menembus rusuk hingga nyilu. Dev masih ingin duduk di bangku kayu di bawah pohon yang letaknya di bukit belakang rumah yang dia tinggali bersama isterinya. Dia bergumam menyanyikan lagu yang disukai isterinya, yang sering isterinya nyanyikan untuknya.

Sore tadi, dia pulang ke rumah mertuanya di kota. Sudah tiga tahun lamanya dia tinggal di sana bersama mertuanya. Tapi, sore tadi juga dia tidak lagi tinggal di sana. Sudah sebulan dia mendapat penolakan dari mertuanya, bukan karena dia melakukan kesalahan atau menghianati putrinya. Tetapi karena mertuanya sangat menyayanginya.

Sebulan itu mertuanya selalu menyuruhnya untuk pergi. Tapi, Dev selalu kembali ke rumah itu selesai dari kantornya. Hingga di puncak hati mertuanya, sore tadi dia pulang mendapati bajunya sudah rapi di dalam koper, bahkan ranjang di kamarnya entah kemana.

Dev tersenyum melihat seseorang datang mendekat ke tempatnya. Dia seperti ingin ikut duduk di bangku itu, di sampingnya. Gaun putih tipis sangat cantik berpadu dengan kulit langsat isterinya. Dia yang sudah lama tak pernah tertangkap matanya. Sedikit sangsi dia melihat seseorang itu dengan tersenyum. Merutuk dalam hati, kenapa seseorang itu harus tertangkap matanya? Kenapa dia harus tersenyum melihat seseorang itu? Merasa aneh Dev dengan dirinya.

"Kenapa begitu lama untuk menunggumu datang?" Dev berkata tanpa menitikkan pupil pada malaikat cantik yang sudah duduk di sampingnya, dia terus menatap ke depan.

"Aku benar-benar pergi dari Ibu hari ini. Setelah tiga tahun aku tinggal bersama untuk menjaganya." katanya lagi sambil tersenyum kecut. "Ibu tidak ingin aku tinggal bersamanya lagi, dia hanya ingin aku mengunjunginya beberapa kali saja. Apa menurutmu Ibu akan baik-baik saja jika aku tinggal disini, dan meninggalkannya?" isterinya mengangguk.

"Bagaimana kabarmu?" tanyanya lagi untuk isterinya, kali ini dia berpaling dan menatap mata biru isterinya. Mata yang sangat dia rindukan.

Tersenyum. Dev hanya mendapat senyum manis isterinya sebagai jawaban, "Akan ku asumsikan bahwa kau baik-baik saja." Pandangannya kembali ke depan.

Hanya hening yang ada di antara mereka dalam beberapa saat.

"Apa kau tahu apa yang Ibu katakan padaku? Ibu bilang, aku harus melanjutkan hidupku dengan bahagia. Ibu bilang, aku bisa bahagia tanpa dia sebagai bebanku, Ibu bilang tidak seharusnya aku terus menjaganya. Ibu bilang, bukan tanggung jawabku untuk menjaganya, seharusnya aku pergi dan hidup bahagia. Tapi, entahlah... Aku bahkan tidak yakin dengan diriku saat ini. Apa menurutmu aku masih bisa hidup dengan bahagia?" Dev menatap lagi ke dalam mata biru isterinya. Dia mengangguk dengan anggun untuk menjawabnya.

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang