SUDAH tersedia di "KARYA"ku yaa... selamat menikmati...
Hai, makasih untuk teman-teman yang sudah menyimpan "Kumpulan Cerpen" ke dalam Perpustakaan kalian. Aku jadi semakin semangat menulis walaupun masih jarang juga karena harus serius skripsian juga. hhehehe.
Intermezo bentar ya tentang cerita ini. Sebenernya, cerita ini aku buat untuk jadi cerpen selanjutnya. Tapi, ternyataa... malah berakhir lebih panjang dari seharusnya. Tapi, juga, meskipun panjang, cerita ini belum cukup untuk disebut novel dan berdiri sendiri.
Yahh... tapi mubazir rasanya untuk hanya disimpan dan ngga dibagi sama kalian. Jadi, aku memutuskan untuk tetap di upload terlepas dari ini akan jadi cerpen apa novel terserah deh disebutnya apa. Karena karyaku yang ini khusus untuk cerpen, jadi aku akan upload dengan karya baru "Skinny Love" ini di judul baru.
Kukasih PROLOG-NYA dulu aja ya...
***
Mata Ruby membulat, sedangkan dadanya begitu nyilu. Mungkin saja rusuknya hampir patah karena jantungnya yang terus bergerak cepat seolah mendobrak. Kakinya pelan mundur beberapa langkah. Sedikit hampir mati rasa karena begitu lemas, tapi menjatuhkan diri bukan jalan yang tepat. Dia seharusnya berbalik dan berlari cepat.
Melarikan diri.
Atau mungkin ini terlambat. Ada mata pisau yang berjarak hanya tiga puluh senti meter dan terus mendekat.
Pelan dan pasti.
Ini menakutkan. Nafasnya bahkan sudah tercekat beberapa lama. Lalu, seperti kekurangan suplai oksigen, otaknya berhenti bekerja. Dia tak bisa berpikir lagi.
Bagaimana sekarang? Apa ada waktu untuk berbalik dan berlari? Atau semua akan terlambat, bagaimana jika pisau itu bisa menjangkau punggungnya lebih cepat dari gerakkannya?
Sekali lagi nafasnya tercekat saat pandangan pria itu kembali fokus padanya.
Kali ini tanpa pikir panjang Ruby berbalik dan berlari. Dia terus berlari meski tak tau arah. Jalanan yang gelap membuatnya semakin bingung. Satu-satunya pikiran dalam otaknya adalah hanya berharap jalan di depannya tak berakhir buntu. Meski linglung dia terus berlari secepat yang dia bisa.
Berlari.
Dia hanya terus berlari.
Dia hanya harus menemukan...
BRAK.
Seseorang.
"Tolong..." bisiknya pelan saat seseorang tertangkap matanya yang memburam.
***
Ruby beringsut, ingatan tak masuk akal apa ini? Awalnya dia adalah korban, seseorang berusaha membunuhnya. Dia ingat jelas berlari dari kejaran pisau. Tapi, lalu apa? Mengapa kemudian pisau itu ada di genggamannya? Mengapa ada darah di tangannya?
Apa benar aku menusuknya?
Aku yang melakukannya?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen
Storie breviHanya sebuah ide cerita yang tiba-tiba muncul, lalu kutulis untuk membayar kepuasanku sendiri. Tapi akan sangat bersyukur jika kalian juga menikmatinya. Selamat membaca.