Di suatu siang nan cerah, terlihat dua lelaki akhir tigapuluan yang berprofesi sebagai penebang kayu itu tengah sibuk dengan kayu-kayu mereka. Hutan yang lebat dengan pohon-pohon besar sumber rupiah bagi si penebang.
Namun dikala siang menjelang sore, nasib naas menimpa salah satu penebang kayu.
Keeeeeeek Buuuum
Aaaa!
Suara ranting-ranting patah dan juga pohon tumbang itu terasa sama saja dengan suara-suara di hari yang lalu, tetapi suara teriakan di rasa tak wajar bagi kardi yang tengah merapikan batang pohon hasil sensorannya yang memang tak terlalu jauh dari lokasi kerja temannya Sumanto.
"Seperti suara teriakan, jangan-jangan terjadi sesuatu pada Sumanto".
Kardi lalu meninggalkan kerjaannya dan berlari kearah Sumanto berada.
"Astagfirullah!".
Kardi mendekati Sumanto, dengan terburu-buru, ia mengangkat batang pohon yang tidak terlalu besar itu dari atas tubuh Sumanto.
"Hei, Anto! Anto".
Kardi menggoyang-goyang tubuh Sumanto, bermaksud menyadarkannya, dengan perasaan bercampur aduk, antara cemas, takut dan sedih, ia lalu menaru punggung tangannya di depan hidung Sumanto.
"Innalillahi"
Tak ada sedikitpun udara yang dirasakan Kardi, dengan sedikit pengharapan, kardi menempelkan telinganya diatas dada Sumanto dah wajah pucat pasi nampak jelas tergambar. Ia terduduk lesu melihat Sumanto yang kini telah menjadi mayat.
Kardi lalu melihat keatasnya, pohon-pohon nampak berjauhan dari pohon yang di sensor Sumanto, nampaknya pohon yang menimpa Sumanto tak menyentuh dahan pohon lain sehingga walaupun jatuhnya tak menimpa bagian tubuh yang sensitif seperti kepala tetapi hantaman yang cukup kuat mampu membuat Sumanto meninggal seketika.
Dengan berat hati Kardi pergi meninggalkan Sumanto sendiri di hutan, kardi berlari kearah pemukiman bermaksud meminta pertolongan kepada warga. Pemukiman yang cukup jauh memakan waktu lebih dari tiga puluh menit walau Kardi sudah berlari.
Keadaan desa yang hanya di aliri listrik saat sore sampai pagi dan juga belum ada jaringan telepon ditambah kardi dan Sumanto yang memang tak memiliki kendaraan membuat Kardi harus rela mengorbankan kakinya berlari.
Bantuan pun datang, Jasad Sumanto pun dimakamkan dengan layak. Tetapi satu hal terungkap setelah seminggu proses pemakaman Sumanto.
Di desa itu, ada satu keluarga yang melakukan ritual pemanggilan arwah, para arwah itu tak lain adalah sanak saudara dari si pemanggil arwah, arwah-arwah itu masuk kedalam tubuh seorang gadis SMA yang memang biasa di gunakan sebagai perantara. Rumah mereka tak terletak di tengah desa pun bukan dipinggiran desa, tetapi rumah beton nan kokoh itu dikelilingi oleh pohon pisang juga agak jauh dari para tetangga, sehingga membuat suasana halaman di malam hari terasa menyeramkan.
Entah apa tujuan pemanggil arwah, tetapi para kerabat nampak akrab bercerita dengan arwah yang mereka panggil. Hingga masuk satu arwah yang dulunya meninggal saat berusia tiga tahun, sehingga membuat ia tak cukup lancar dalam berbicara, ia bercerita banyak hal dengan nada cerianya menatap ayah ibunya serta saudara yang lain, namun tiba-tiba ia berhenti membuat para kerabat heran dibuatnya.
"Davit kenapa?".
Tanya sang ayah, merasa keanehan suasana.
"Itu, ada om yang liat kesini".
Tunjuk arwah Davit yang masih berada pada tubuh sepupunya itu ke arah jendela yang tertutup gorden.
Masih tak menyadari mimik ketakutan David, sang ayah bertanya lagi.
"Maksud Davit apa?".
"Tutup jendelanya dulu". Ucap David sambil memejamkan mata.
Ayahnya lalu melangkah kearah jendela yang memang terbuka lebar, ada lebih dari sepuluh orang di dalam ruangan itu, tetapi tidak ada yang menyadari akan jendela yang ternyata belum di kunci atau memang baru terbuka. Rumah itu telah di beri mantra-mantra sehingga setan jin dan sebagainya tak bisa masuk.
Setelah jendela tertutup, David baru berani bersuara lagi.
"Tadi ada om, wajahnya selem dah ancul, sebagian idungnya ngga ada lagi, pipinya bolong-bolong di gigit, pundaknya luka-luka". Ungkap Davit takut.
"Om yang mana Davit?". Tanya ibu gadis yang di masuki arwah Davit.
"Om yang meninggal di hutan, jasadnya ditinggal sendili di hutan, jadi setan hutan memakan jasadnya, bikin om itu sengsara, dia pengen masuk kesini tapi ga bisa, jadi omnya marah".
Entah hantu om itu telah berada di dekat jendela semenjak awal pemanggilan arwah atau memang baru datang karena merasa aura berbeda dari dalam rumah itu.
4 Oktober 2017
Hijaupastel
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerita Lucu dan Horor
HumorHidup terlalu penuh warna untuk di seriusinkan. Kalau soal kamu sih ia, pasti aku seriusin 😄. Terdapat beberapa cerita lucu tetapi akan di selingi dengan cerita horor (real) yang mungkin juga akan terbaca lucu, dan juga sedikit tebak-tebakan absurd...