# Prepare

257 8 0
                                    

Hari ini adalah hari terakhirku di Indonesia, karena besok aku akan terbang ke Australia. Semuanya telah kupersiapkan. Mulai dari A sampai Z.

Semangatku hari ini lebih besar dibanding hari-hari biasanya. Karena hari ini hari terakhirku di rumah sakit. RS Aurora hari ini cukup sibuk dengan pasien yang semakin banyak. Karena cuaca yang ekstrim manusia begitu mudah terkena penyakit. Terlebih lagi jika daya tahan tubuh yang lemah.

"Kamu ikut kakek sekarang. Kita ke RS Elza" perintah kakek kepadaku.

"Untuk apa kek?" tanyaku penasaran.

"Kita sudah ditunggu dari tadi. Ayo cepat" perintah kakek kembali.

Melihat kakek yang begitu terburu-buru aku segera mengambil tas dan mengikutinya. Mungkin saja kakek akan menjalin kerja sama lagi dengan pihak RS Elza. Karena seingatku, RS Aurora sudah lama tidak menjalin kerja sama dengan RS Elza, rumah sakit milik ayah dokter Tatra.

Setengah jam kemudian, aku dan kakek tiba di RS Elza. Aku mengikuti kakek yang langkah kakinya begitu cepat.

Begitu masuk ke sebuah ruangan aku melihat beberapa orang yang tengah berbincang-bincang. Di antaranya ada dokter Bakri, dokter Tatra, dan dua orang lagi yang tengah mengenakan jas berwarna hitam rapi dengan dasinya.

Kakek segera menyalami mereka setelah mengucapkan salam terlebih dahulu. Untuk memberikan kesan yang baik, aku mengikuti apa yang dilakukan kakek.

Kakek memperkenalkanku kepada mereka. Meskipun dokter Bakri dan Tatra telah mengenalku sebelumnya.

Setelah itu mereka memulai perbincangan. Aku yang tidak tahu arah pembicaraan mereka hanya diam mendengarkan semuanya.

Dan ternyata benar. Kakek akan menjalin kerja sama dengan pihak RS Elza. Namun kali ini sedikit berbeda. Pemilik perusahaan IIT, Pak Sutoyo dan Pak Hadi yang merupakan pimpinan perusahaan swasta yang cukup terkenal, dua orang yang mengenakan jas hitam itu adalah orang yang akan mengambil andil besar dalam kerja sama kali ini.

Pada awalnya kerja sama ini hanya antara pihak Pak Hadi dengan RS Elza. Namun entah mengapa Pak Hadi meminta agar pihak RS Aurora juga turut andil di dalamnya.

Pak Hadi begitu dekat dengan dokter Bakri. Dan sebenarnya kakek tidak begitu kenal dengan Pak Hadi. Namun karena dokter Tatra yang meminta agar pihak RS Aurora ikut bergabung, jadilah kakek diundang untuk menghadiri rapat hari ini.

Aku jadi bingung mengapa kakek mengajakku ke sini. Padahal aku tidak mengerti apa pun tentang kerja sama semacam ini.

Setelah semuanya selesai dibicarakan, kakek menyuruhku agar tidak pulang dulu. Karena kakek masih ada urusan lain dengan dokter Bakri, aku berjalan mengitari RS Elza. Jika dilihat dari luas bangunannya, RS Elza lebih luas dibanding RS Aurora. Namun RS Aurora sekarang lebih terkenal dibanding RS Elza. Itu dari pengakuan kakek sendiri.

Langkahku terhenti begitu melihat taman belakang rumah sakit ini. Tamannya lebih luas dibanding RS Aurora. Dan ada lebih banyak bunga di sini.

Lagi asyik-asyiknya duduk, tiba-tiba dokter Tatra muncul di hadapanku. Dia seperti jalangkung. Datang tak diundang, pulang tak diantar.

"Ngapain loe masih di sini?" tanyanya kasar.

Aku tidak memperdulikannya. Kuraih Hpku di dalam tas agar dia merasa tidak dianggap.

"Wo? Gue nggak dianggep" ujarnya kemudian duduk di sebelahku.

Begitu dia duduk, aku spotan berdiri kemudian menatapnya sinis. Melihatku seperti itu dia malah tersenyum. Senyumnya sungguh menyebalkan.

"Maaf yah, aku nggak mau buang-buang waktu" ujarku tegas.

Aku melangkahkan kakiku dan berusaha jauh darinya. Namun, dia malah mengikutiku. Dia terus mengeluarkan kata-kata yang sangat tidak penting.

"Heh! Loe nggak punya sopan santun yah jadi manusia? Katanya direktur, tapi apa? Loe sama sekali nggak pantas jadi pemimpin. Orang kayak loe nggak pantes pakai jas dokter. Tahu loe!" ujarnya kesal.

Kata-kata Tatra benar-benar menusuk. Rasanya sakit. Dia orang yang pertama kalinya membuat hatiku sesakit ini. Meskipun begitu aku berusaha tidak memperlihatkan rasa sakit ini dihadapannya. Aku tidak ingin terlihat rapuh dari luar. Meskipun sebenarnya sangat rapuh.

Aku menghela napas panjang. Berusaha mengembalikan moodku agar terlihat biasa-biasa saja.

"Maaf yah. Mohon jangan kasar sama perempuan" ujar dokter Abi yang tiba-tiba muncul.

"Sorry yah, gue nggak punya urusan sama loe" ucap dokter Tatra yang masih saja kasar.

Dokter Tatra malah kesal dengan kehadiran dokter Abi yang tiba-tiba. Setelah itu dia kemudian pergi dengan wajah yang tidak karuan.

Melihat dokter Tatra pergi, Mas Abi menarikku pergi dari tempat itu.

"Kakek nelpon aku untuk jemput kamu di sini. Katanya kakek masih punya banyak urusan" ujar Mas Abi kepadaku.

Aku tidak mengucapkan apa pun. Aku hanya mengangguk mendengarnya.

Selama dalam perjalanan menuju RS Aurora aku sama sekali tidak ngobrol dengan Mas Abi. Mas Abi juga pasti tahu kenapa aku seperti ini. Dia mungkin mendengar semua apa yang dikatakan dokter Tatra tadi.

Begitu tiba di RS Aurora, aku langsung turun dari mobil.

"Arum..." panggil Mas Abi begitu turun dari mobil.

Langkah kakiku terhenti dan menoleh ke arahnya. Mas Abi melangkahkan kakinya ke arahku.

"Yang tadi jangan dimasukin dalam hati" ujarnya sambil memberikan setangkai bunga mawar merah.

Melihat bunga mawar itu aku tersenyum. Melihatku tersenyum, Mas Abi juga tersenyum.

"Terima kasih pak dokter" ujarku dengan sopan.

***

Mas Abi kembali dengan para pasien di rumah sakit. Aku juga kembali dengan segudang data-data yang masih harus kupelajari secara detail.

Hari ini aku tidak begitu memaksakan diri untuk bekerja seperti hari-hari kemarin. Aku harus pulang lebih awal hari ini. Ayah dan ibu yang memintaku.

Karena kakek masih sibuk dengn urusannya dan aku tidak mau mengganggu Mas Abi yang masih sibuk dengan para pasien, aku memilih untuk pulang sendiri.

WHOWhere stories live. Discover now