# Return

202 3 0
                                    

Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan hingga tahun demi tahun berlalu setelah kejadian itu. Keputusan yang kuambil ternyata tidak memberikan kebahagiaan. Kupikir dengan melepaskannya akan lebih baik. Namun ternyata tidak. Dia yang kuharapkan ternyata pergi jauh.

Sekarang aku merasa sangat tersiksa dengan perasaan ini. Hatiku selalu berandai-andai agar bisa memutarbalikkan waktu. Andai saja, andai saja, andai saja. Namun tidak merubah keadaan.

Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Hal itu selalu membuat hatiku terasa lebih sesak. Dia sudah tidak ada. Dia tentu akan menjalani hidupnya dengan baik karena kubiarkan pergi begitu saja.

Dia yang sekarang pergi entah ke mana membuatku lebih sesak. Kupikir dengan memilihnya akan lebih baik, namun ternyata tidak. Tepat dihadapanku, dengan senyumannya dia mengakhiri semuanya. Tanpa merasa bersalah, dia pergi dan lebih memilih orang lain.

Dia sama sekali tidak merasa bersalah telah membuatku melepas seseorang yang begitu baik. Dengan senyuman manisnya, dia menceritakan hal yang sangat tidak bisa dipercaya.

"Akhirnya. Gue bahagia banget. Tahu nggak kenapa? Karena rencana gue berhasil. Loe ninggalin dia dan memilih gue. Padahal apa? Gue sama sekali nggak pernah ngarepin kehadiran loe, karena gue sudah bertunangan. Ini semua hanya untuk membalas perbuatannya. Sekarang sudah impas, kan? Loe harus bangga sama gue. Orang itu sudah gue beri pelajaran yang paling berharga. Ok, gue nggak punya banyak waktu buat loe. Selamat tinggal" ujarnya begitu bahagia.

Hatiku sesak. Terhempas begitu dalam. Dadaku sakit mendengar apa yang baru saja dikatakan Dr. Tatra. Dia benar-benar hebat. Sekolah di mana dia? Membuatku sedikit tertawa. Dia pantas diberikan gelar profesor.

Aku berusaha melupakam kejadian pahit itu. Aku berusaha bangkit dari bawah sekarang. Tersadar, ini tidak akan membuatku jadi lebih baik jika seperti ini terus. Ini bukanlah hal yang akan mengakhiri hidupku.

***

Akhir-akhir ini RS Aurora sedikit menjadi pusat perhatian karena salah seorang pasien. Pesien itu masih berumur 5 tahun. Namanya Gibran Alnur. Umurnya tebilang sangat mudah untuk terserang penyakit yang cukup serius. Jantungnya mengalami masalah serius. Gibran sudah hampir tiga bulan di rumah sakit. Miris rasanya melihat penderitaan anak kecil itu. Aku tidak sanggup menyembunyikan kesedihan saat melihat dia berjuang melawan penyakitnya. Seharusnya dia sekarang sedang asyik bermain dengan teman-teman seusianya, namun itu hanya mimpi baginya.

Dan yang membuatku sangat kagum, Gibran sama sekali tidak pernah mengeluh. Dia selalu memberikan senyumnya kepada semua orang. Dia seperti melaikat kecil yang turun ke bumi.

Tim dokter di rumah sakit telah melaksanakan rapat beberapa kali untuk penanganan Gibran. Aku juga termasuk di dalamnya. Dalam hal ini pun kakek juga turut andil, meskipun telah pensiun dari rumah sakit. Semua orang begitu perhatian dengan kondisi Gibran.

Meskipun telah beberapa kali dilakukan operasi, keadaan jantungnya masih belum stabil. Dan jika tidak dilakukan tindakan lebih lanjut akibatnya akan fatal. Bahkan dalam hitungan detik, Gibran bisa saja hilang dari dunia ini.

Di rumah sakit ini ada beberapa dokter ahli dalam jantung, termasuk aku. Namun tidak ada satu pun yang berani menangani Gibran. Terlebih dengan aku sendiri, karena beberapa minggu yang lalu aku gagal melakukan operasi. Dan pasien waktu itu pun seorang anak kecil. Hal itu merupakan kegagalan pertamaku dalam ruang operasi. Karena itu aku sempat terpuruk. Dan sampai sekarang kegagalan itu masih menghantuiku.

Melihat keadaan yang semakin sulit, kakek meminta agar menghubungi pihak rumah sakit di luar negeri yang sampai sekarang masih menjalin kerja sama dengan RS Aurora. Untuk itu salah satu kepala di rumah sakit hari ini tebang menuju rumah sakit yang dimaksud kakek.

WHOWhere stories live. Discover now