# NO!

194 4 0
                                    

Di rumah sakit...

"Saya tidak mau tahu. Anda harus mempertanggungjawabkan ini semua" ujar seseorang lewat telepon dengan kakek.

"Itu tidak seperti..."

Tut...tut...tut.

Panggilannya diakhiri sebelum kakek menjelaskan semuanya.

Diwaktu yang sama, di tempat parkir.

Aku baru saja tiba di rumah sakit. Aku berjalan santai sambil bernyanyi dalam hati. Saat itu juga aku melihat dokter Abi yang keluar dari pintu utama rumah sakit. Begitu melihatnya langkah kakiku semakin cepat. Melangkah ke arahnya.

Baru ingin meneriakinya, dia malah sudah masuk di dalam mobil dan segera membanting stir keluar. Entah apa yang membuatnya terburu-buru seperti itu. Padahal pagi-pagi seperti ini rumah sakit belum sibuk.

Begitu berada di lobi, giliran kakek yang berjalan begitu cepat. Dia sama sekali tidak melihatku, padahal aku tepat berpapasan dengannya. Dan tidak ada orang lain selain aku di sana.

Di tempat yang lain...

"Apa maksudnya ini?" tanya Pak Sutoyo sambil melempar selembar kertas kepada kakek.

Kakek mengamati kertas itu bak-baik. Sementara Pak Sutoyo tampak sangat emosional.

"Ini tidak benar. Pasti ada yang salah" ujar kakek kemudian.

"Salahnya di mana? Di sini jelas ada tanda tangan anda dan dokter Abi. Tidak mungkin ada yang salah" bantah Pak Sutoyo dengan penuh emosi.

Berdasarkan data yang tertera di kertas itu, pihak IIT alias Pak Sutoyo mengalami kerugian lima miliyar. Entah mengapa bisa terjadi, padahal awalnya tidak seperti itu. Bahkan pihak IIT sangat diuntungkan di sini.

Dan berdasarkan data itu juga, kakek dan dokter Abilah yang bertanda tangan di bawahnya. Jelas! Tanda tangan itu asli. Namun kakek merasa tidak pernah menandatanganinya. Pekerjaan itu memang di bawah pimpinan kakek dan dokter Abi, namun penandatanganan itu tidak pernah mereka lakukan.

"Saya tidak mau tahu. Kembalikan semuanya seperti semula atau saya akan menuntut rumah sakit anda!" bentak Pak Sutoyo.

"Begini pak, ini salah. Berikan saya waktu untuk membutktikan kebenaran data ini" ujar kakek dengan tenang.

"Saya tidak peduli tentang kebenaran data itu. Kalau anda tidak memenuhi permintaan saya, tunggu tanggal mainnya. Rumah sakit anda akan hancur. Permisi! terima kasih" lanjutnya lalu meninggalkan kakek.

Kakek tersentak mendengar kata-kata Pak Sutoyo. Terang saja Pak Sutoyo semarah itu. Karena orang yang selama ini dianggap begitu bertanggungjawab atas segala hal, ternyata berbuat curang. Meskipun sebenarnya tidak seperti itu.

Di rumah sakit...

Aku kembali beraktivitas seperti biasa di rumah sakit. Bertatapan dengan laptop, mempelajari data-data, dan memantau keadaan rumah sakit. Dan aktivitas baruku adalah sebagai dokter spesialis jantung. Tak jarang juga aku hanya keluar masuk ruang operasi.

Bosan bertatapan dengan laptop, aku keluar melihat anak-anak yang sedang asyik bermain di taman belakang. Mereka tidak terlihat seperti halnya orang yang sedang sakit. Begitu ceria dan bahagia.

Saat tengah duduk bersantai sambil mendengar musik tiba-tiba kepalaku terhempas oleh bola. Salah satu dari anak-anak itu tidak sengaja melakukannya.

WHOWhere stories live. Discover now