# Action

160 6 1
                                    

Persidangan yang kedua hanya tersisa 1 X 24 jam lagi. Entah bagaimana keputusan pak hakim besok, aku tidak bisa membayangkannya. Sampai detik ini pun belum ada bukti yang kuat untuk bisa menyelamatkan kakek dan dokter Abi.

Seperti kemarin, hari ini aku kembali bergerak untuk mencari sebuah informasi. Hari ini aku datang ke kantor Pak Hadi. Setidaknya untuk melihat situasi yang terjadi di sana. Aku mengambil ancang-ancang dan melangkah masuk.

Pertama-tama aku hanya berkeliling untuk melihat kondisi aman atau tidak. Begitu melewati koridor lantai empat aku melihat dokter Tatra masuk ke dalam ruangan Pak Hadi.

Agar bisa masuk ke dalam, aku menyamar sebagai salah satu office girl dan mengantarkan kopi untuk tamu Pak Hadi.

Aku menghela napas panjang, mengetuk pintu, membuka pintu kemudian mengucapkan salam. Orang yang berada di dalam sama sekali tidak heran melihatku dan terus saja melanjutkan pembicaraanya.

Tanganku sama sekali tidak gemetaran ketika menyajikan kopi itu. Aku sengaja bergerak lamban agar bisa mendengar pembicaraanya lebih banyak lagi.

"Maaf pak, tapi saya tidak akan berubah pikiran. Masalah ini harus selesai. Saya tidak mau hidup seperti ini. Jika bapak tidak mau melakukannya, biar saya sendiri yang melakukannya" ujar dokter Tatra tegas.

Mendegar itu langkahku yang tadi sedikit lagi keluar tiba-tiba terhenti. Apa maksud dari pernyataan dokter Tatra barusan? Benar-benar membingungkan.

"Anda tidak akan bisa melakukan itu. Ingat yah, kamu juga dalang di sini. Dari awal hanya kamu yang ngotot. Kalau sampai semuanya terbongkar, hidup kamu tidak akan tenang. Mengerti!" ucap Pak Hadi lebih tegas.

Mendengar suara besar yang menggetarkan ruangan itu aku langsung terbangun dari lamunanku dan segera pergi. Sebelum orang menyadari semuanya, aku langsung melarikan diri dari kantor itu.

Sepertinya dokter Tatra akan membongkar semuanya. Dari kata-katanya tadi begitu tegas. Dia sama sekali tidak takut akan dampaknya nanti. Tentu dia juga akan diseret ke penjara jika berkata jujur.

Mendengar hal ini harusnya hatiku bersorak gembira, namun kenyataannya hatiku kecilku menangis. Pedih rasanya, seperti teriris-iris. Aku tidak rela jika dokter Tatra sampai dijebloskan ke dalam penjara, meskipun dia memang salah.

Sekarang aku benar-benar bingung harus bagaimana. Aku tidak ingin kakek dan dokter Abi dijebloskan ke penjara karena mereka memang berada di pihak yang benar. Tapi aku juga tidak ingin jika dokter Tatra yang dijebloskan ke dalam penjara. Oh Tuhan, bagaimana cara menolong mereka sekaligus? Kalau seperti ini harus ada yang jadi korban. Tapi hatiku tidak akan mungkin bisa memilih dengan kondisi yang seperti ini.

Yang harus kupikirkan adalah bagaimana cara menjebloskan Pak Hadi dan antek-anteknya ke dalam penjara, kecuali dokter Tatra. Namun jika hal itu bisa dan benar-benar kulakukan, tentu itu adalah hal yang salah. Salah besar. Ya, karena aku tahu persis bahwa dokter Tatra juga dalang di balik ini semua.

"Berpikir. Berpikir. Berpikir. Ayo!" teriakku di dalam mobil.

Begitu tiba di RS Aurora aku dikejutkan oleh kakek dan dokter Abi yang sudah duduk manis di dalam ruanganku. Mereka tengah asyik berbincang-bincang. Begitu ingin menegurnya, tiba-tiba Pak Sutoyo dan dokter Tatra masuk. Aku tersentak begitu melihat mereka masuk. Entah perang semacam apalagi yang akan terjadi di sini.

"Silahkan duduk pak" ujar kakek.

Pak Sutoyo tidak merespon dengan baik. Begitu pun dengan dokter Tatra. Suasana tiba-tiba menjadi tegang.

"Apa lagi yang ingin dibicarakan? Hasilnya akan anda dengar sendiri besok di pengadilan. Jadi sekarang anda berdua silahkan menyiapkan mental baik-baik untuk menerima keputusannya, karena saya tentu tidak akan membiarkan anda terbebas" ujar Pak Sutoyo kemudian.

Kata-kata itu benar-benar mengguncang hati. Perih di telinga. Raut wajah kakek dan dokter Abi juga berubah lebih tegang dari sebelumnya.

"Saya yang akan menanggung semuanya. Bapak tenang saja. Saya akan memberi pengakuan di persidangan besok, bahwa saya adalah dalang di balik ini semua. Semua bukti juga ada pada saya. Mereka berdua tidak salah apa-apa. Saya yang melakukannya, jadi saya sendiri yang akan menanggung akibatnya" ujar dokter Tatra.

Mendengar itu aku begitu kaget. Begitu pun dengan yang lainnya. Semuanya terdiam mendengar pengakuan dokter Tatra. Dokter Tatra menundukkan kepalanya. Mungkin saja itu adalah salah satu bentuk penyesalannya.

"Apa maksudnya ini? Kalian mau mempermainkan saya? Ha? Pokoknya saya tidak mau tahu siapa yang salah. Kembalikan uang saya dan kembalikan nama baik perusahaan saya. Terima kasih. Permisi!" ujar Pak Sutoyo dengan emosi kemudian pergi.

Semuanya terdiam kembali. Selang beberapa menit kemudian, dokter Tatra juga melangkahkan kakinya keluar. Aku kemudian mengikuti dokter Tatra di belakang secara diam-diam.

"Tunggu" ujarku sambil menarik tangan dokter Tatra.

Langkah kakinya terhenti dan sekarang dia tepat berada di depanku. Dokter Tatra mentapku dalam.

"Gila yah? Hal yang kamu lakukan itu akan membahayakan diri kamu sendiri. Tahu nggak?" ujarku cukup tegas.

"Loe jangan sok peduli sama gue, karena gue sama sekali nggak peduli sama loe!" ucapnya kemudian dan berlalu.

Dia kembali ke wujud awalnya. Aku tersenyum dan merasa bahagia, namun air mataku menetes. Akhirnya dia kembali ke dirinya yang dulu, gumamku dalam hati. Dokter Tatra yang kata-katanya kasar dan membuat hati sakit. Ya, dia sekarang benar-benar kembali. Tidak ada lagi dokter Tatra yang baik seperti kemarin.

Setelah itu aku kembali dengan wajah masam. Kakek dan dokter Abi sudah menghilang dari ruanganku. Badanku benar-benar lesu, sama halnya dengan hatiku.

Jika masalah ini terus berlarut-larut hidupku akan berakhir tragis. Rasanya tidak sanggup lagi memikirkan ini semua. Sekarang keadaannya semakin rumit.

Aku tahu persis, mendengar pernyataan dokter Tatra tadi kakek dan dokter Abi pasti begitu senang. Hatinya pasti sangat lega. Akhirnya dokter Tatra menyadari kesalahannya selama ini.

Harusnya juga aku bersyukur karena kebenaran telah terungkap, namun kenyataanya tidak. Malah sakit rasanya. Sebentar lagi jas putih dokter Tatra akan berubah menjadi baju tahanan.

Rasanya aku tidak bisa menerima semuanya. Benar-benar tidak bisa. Tidak rela. Tidak ikhlas. Tidak. Tidak dan tidak. Hatiku terus berjerit mengatakan itu.

Aku yakin wujud asli dokter Tatra adalah orang yang sangat baik dan tulus. Mungkin waktu itu hatinya dipenuhi dengan kegelapan. Tidak mampu berpikir dengan jernih. Karena itu aku harus melakukan sesuatu. Aku harus mempersiapkannya baik-baik. Tidak akan ada yang bisa menghalangiku. Aku jamin, dokter Tatra tidak akan melakukan pengakuan di depan hakim besok.

***

"Cari orang ini, pastikan dia akan menghadiri persidangan besok. Jaga dia baik-baik. Jangan sampai lolos" perintahku kepada beberapa pengawal pribadi berpengalaman.

Pak Hadi tidak akan mungkin tinggal diam mengetahui keinginan dokter Tatra yang ingin membongkar semuanya besok. Aku yakin dia sekarang sangat stres memikirkan cara agar bisa menghalangi dokter Tatra untuk berkata jujur. Jika tidak dia pasti akan kabur dari Indonesia. Menyelamatkan diri dan keluarganya. Namun sekarang dia tidak bisa lolos dari genggamanku.

Sekarang aku merasa lebih lega. Bisa sedikit bernapas lega, meskipun belum sepenuhnya berhasil.

semua V%

WHOWhere stories live. Discover now