8. the CEO

57.1K 1.3K 7
                                    

"jo.. gimana kantor? nggak ada masalah kan?" tanyaku setelah kami berada di kamar Jo. hari ini Jo terlihat banyak pikiran. mungkin ada sedikit masalah di kantor. sebenaranya ia masih tertawa dan ceria seperti biasanya, tapi kadang Jo melamun seperti memikirkan sesuatu. ya, walaupun kami belum terlalu lama kenal, maksudku setelah pertemuan kami. namun aku termasuk orang yang peka dalam hal-hal seperti ini. aku terkadang bisa membaca raut wajah lawan bicaraku. Jelas saja, aku seorang Psikolog. Apa lagi mengingat inensitas komunikasiku dan Jo 2 tahun terakhir ini lewat media sosial. "Nothing. everything is good, tadi cuma ada meeting sama desainer baru" jawabnya sambil menaruh pantatnya di pinggir kasur. Aku melihatnya dari cermin. Lalu aku berbalik badan dan menatapnya "Oh, jadi mau produksi lilin angka yah?" tanyaku lagi. Seingatku, Jo memang pernah bercerita bahwa perusahaanya membutuhkan desainer untuk merancang lilin-lilin dengan berbagai model. I mean, lilin angka, lilin yang berwarna-warni dan banyak tulisannya. Sebenarnya rencana ini sudah lama ia pikirkan, tapi mungkin perusahaan baru menemukan desainer yang mereka cari. Maklum, Kupang tidak sebesar Jakarta dimana banyak orang mencari lapangan pekerjaan bahkan sampai di seluruh penjuru kota. "Jadi dong La, kan kita harus terus mengikuti perkembangan zaman... nggak mungkin kan kalau produksi lilin mati lampu aja.." jawabnya "Setuju Jo, terus.. gimana desainernya? keliatannya oke nggak?" aku bertanya, aku juga penasaran. "masih belum tau La.. kan baru hari ini dia kerja. Masalahnya dia baru menikah 3 bulan yang lalu. akan sulit kalau nanti dia harus cuti melahirkan" ujarnya. Aku mengangguk membenarkan. "Iya sih Jo, kenapa nggak Jakarta aja sih yang produksi begituan? yang disini biar aja berjalan seperti biasa.. atau kamu bisa usul ke kak Eros, nantinya kan dia yang akan nerusin Wong Cahaya Group Kupang. Kalau kamu beresin sekarang tanpa sepengetahuan Kak Eros, nanti pas kamu balik Jakarta dia pasti kesusahan Jo.." aku mengutarakan pendapatku pada Jo. Ia hanya menggut-manggut paham setelah aku menyelesaikan kalimatku. Aku melihat kerut halus tipis yang ada di bawah mata nya. Aku semakin menyukai itu. Menurutku itu terlihat seksi. Aku suka pria pekerja keras. Jo memang pria yang sangat berambisi dalam pekerjaanya. Ia pengusaha muda yang memiliki beberapa perusahaan di beberapa kota di Indonesia bahkan di Australia. Sebenarnya perusahaan pertama keluarga Wong bertempat di Kupang. Ayah Jo, Tedi Wong adalah keturunan tionghoa yang sejak lahir tinggal di Kupang. Kakek Jo dari pihak ayah berpindah dari Cina ke Indonesia saat beliau masih remaja, beliau lalu menikahi nenek Jo, orang Indoneisa asli. Sejak kecil, ayah Jo di didik untuk menjadi pekerja keras. Mulai dari bisnis kecil-kecilan, akhirnya mereka membangun perusahaan lilin yang terkenal di Kupang. Tedi Wong akhirnya meneruskan studi nya ke Australia. Pada tahun-tahun terakhir beliau kuliah di negeri Kanguru tersebut, musibah mendatangi keluarga mereka, kakek dan nenek Jo meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil. Akhirnya Tedi Wong memutuskan untuk kembali ke Kupang demi meneruskan perusahaan yang sudah dibanguun oleh ayah dan ibunya. Tak membutuhkan waktu lama, Tedi Wong dapat menjadi pemimpin yang baik. Perusahaanya semakin besar dan terkenal. Tak lama kemudian beliau menikah dengan Linda Verhoeven, ibu Jonathan. Linda dan Tedi sebenarnya sudah berpacaran sejak mereka satu kelas di Australia, dan Linda berhasil meraih gelar sarjananya sedangkan Tedi tidak sempat meraihnya karena musibah yang di alami mereka. Linda sangat cantik, darah tionghoa dan belgia yang mengalir dalam dirinya membuatnya terlihat begitu cantik dan menarik. Tidak seperti Jo dan Eros yang memiliki mata kecil dan sipit, Linda memiliki mata yang bulat dan hidung yang menjulang mancung nyaris seperti wanita timur tengah. Setelah menikah, orang tua Jo hidup di Kupang. Namun mereka sering ke Australia untuk mengunjungi kakek dan nenek Jo dari pihak ibu. Jo yang terlihat sangat menyukai negeri Kanguru itu, akhirnya meneruskan kuliahnya disana. Jo tinggal bersama kakek neneknya. Tahun pertama Jo kuliah semua masih berjalan seperti biasa. Jo seperti anak-anak lain yang sibuk belajar dan presentasi. Hingga akhirnya Jo memulai untuk berbisnis mengikuti jejak orang tuanya. Walaupun bekerja sama dengan Bibinya, Alexandra Verhoeven, Jo tetap keteteran dan merasa tidak fokus. Namun berkat dukungan orang-orang disekitarnya, termasuk para mantan kekasihnya, Jo akhirnya bisa lulus dengan baik dan perusahaan lilin miliknya juga berkembang dengan pesat. Orang tua Jo juga banyak membantu nya dalam membangun perusahaan di Australia, bahkan sekarang mereka justru menetap di Australia. Dan ya, ini adalah tahun ke 3 Jo menetap di Indonesia serta tahun kedua Jo tinggal di Kupang, 1 tahun sebelumnya Jo tinggal di Jakarta, membangun Wong Cahaya Group di ibu kota bersama kak Eros, kakak kesayanganya. Ya ya aku tahu, lelaki seksi di depanku ini memang mengagumkan. "Aku nggak akan lama disini La, mungkin setelah kak Eros kembali dari Aussie, aku segera bersiap kembali ke Jakarta.." katanya. Dengan begitu kita kan lebih sering bertemu ya Jo? batinku. "I see.. Jakarta kan juga nggak bisa kamu tinggal gitu aja.. kamu juga bakal capek bolak-balik terus.." jawabku. "Aneh ya La, selama aku di Jakarta nggak pernah ketemu kamu?" tiba-tiba Jo mengubah alur pembicaraan. ya iyalah jo, kamu kan sibuk pacaran, ya aku juga. ucapku dalam hati, aku sebenarnya ingin mengucapkan itu tapi melihat mood Jo hari ini aku mengurungkan niatku. "Kak Eros nggak bilang dari dulu kalau punya temen cantik dan pintar seperti kamu.." katanya. Aku spontan membelalakan mataku menatap Jonathan, yang ditatap kini terkekeh melihatku dengan wajah kaget seperti ini. "Sebenernya kak Eros sering cerita tentang adiknya, aku sering dengar tentang kamu. tapi aku bukan tipe wanita yang tertarik dengan lelaki yang sudah memiliki kekasih jo.." ucapku, yasudahlah akhirnya aku mengucapkan itu. "oh? jadi kalau udah nggak punya kekasih kamu bisa tertarik dong?" ia masih duduk sambil mengucapkan kalimat itu. namun tangannya meraih tanganku. aku tersenyum lalu berkata "Kalau nggak tertarik, aku nggak akan sampai disini, Jonathan wong..". Jo melebarkan senyumnya mendengar jawabanku. Ia lalu menelukku, kepalanya dimiringkan dan di tempelkan tepat di perutku. "kita ini apa ya La?" tanyanya tiba-tiba. Aku tidak tahu harus menjawab apa sampai akhirnya sebuah kalimat terlontar dari bibirku "sepasang manusia yang mencoba dan berusaha keras untuk saling mencintai dan berdamai dengan masalalu masing-masing, maybe?" ia malah makin memperkuat pelukannya, aku terkejut, namun akhirnya aku mengusap rambutnya dengan tangan kananku, tanganku yang lain mengusap leher hingga rahangnya. Nyaman, aku hanya bisa merasakan nyaman saat bersama Jo. Namun jauh di dalam hatiku, ada tempat persinggahan yang tak bisa digantikan oleh lelaki menakjubkan manapun. dan jujur, ini membuatku semakin frustasi. Bisakah kita menghapus perasaan cinta kita dan menciptakannya kembali untuk orang lain ? God, ajari aku.

Ex with benefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang