55. ENDING

40.8K 826 23
                                    

Sola Gracia POV

Bagiku, tak ada yang lebih menyenangkan dari pada menoleh. Ya, aku sudah memutuskan untuk kembali berjalan, mungkin sudah sejak beberapa waktu yang lalu.
Dan seketika aku berhenti, ku biarkan kepalaku menoleh kebelakang untuk melihat apa saja yang sudah ku lalui.
Aku tersadar, aku harus banyak-banyak mengucap syukur karena akhirnya sampai di titik ini. Ku biarkan amygdala di kepalaku bekerja untuk mengingatkan kembali seperti apa rasanya menjadi Sola waktu itu.

Aku yang itu.
Aku yang terus mencekram kuat-kuat apa yang ku kira milku, dengan seluruh ego dan tenagaku. Padahal, melepas menawarkan kebahagiaan yang luar biasa. Kebahagiaan yang membawa kita pada satu titik dimana aku akhirnya menyadari bahwa hati ini lebih kuat dari pada besi.
Bukan, aku tak peduli seberapa kuat atau rapuhnya hatiku, tapi melihat orang yang kau cintai hidup lebih bahagia saat kau akhirnya melepaskan-nya adalah sebuah pencapaian yang ku maksud.

Aku bisa saja menemui Antoni sesering mungkin, saat ini perasaanku murni hanya sebuah rasa sayang karena sejak dulu kami selalu bersama. Namun, menjaga perasaan pasangan kami adalah pilihan yang lebih tepat.

Aku selalu bingung dengan orang-orang yang berubah secara signifikan. Bagaimana bisa seseorang tak bertegur sapa atau bahkan pura-pura tidak kenal saat bertemu dengan seseorang lain-nya yang pernah berada di masalalunya.

Dimasa lalu, mereka tertawa, berbagi kebahagiaan, menari bersama, saling menyentuh, menghabiskan banyak masa-masa bersama. Namun karena sesuatu, mereka bermusuhan layaknya bangsa srigala dan vampire.
Seolah mereka memang bermusuhan. Apa itu yang dimaksud melepas? bukankah cinta seharusnya tidak bisa berubah begitu saja menjadi perasaan benci hanya karena suatu hal?

Aku bukan ahli agama, sungguh.
Tapi aku yakin, seluruh keyakinan selalu mengajarkan kita untuk memaafkan.
Mengampuni bahkan sebelum orang itu meminta. Seperti yang diajarkan bahwa Tuhan mengampuni kita juga.
Bukan kah seperti itu seharusnya?

Aku dan Antoni melalui masa-masa bersama.
Masa-masa manis dan pahit. Masa-masa penuh cinta. Masa-masa berbunga-bunga. Masa-masa yang menyenangkan dan juga menyedihkan. Kami berbagi segalanya.

Bagiku, akan sangat aneh kalau aku menganggapnya hanya sebuah bagian dari masalalu kelam yang harus ku lupakan sebisa mungkin.
Padahal, banyak cerita manis dalam masa-masa kami bersama.

Seorang temanku di perkuliahan pernah menunjukan sebuah kertas. Ia bertanya "Ini apa?" aku menjawab, "Kertas"
Lalu ia kembali bertanya, "Maksudnya.. di dalam kertas ini ada apa?"
Sambil mengerinyit heran aku berkata "Titik hitam.."
Ia tersenyum lalu terkekeh. "Coba di lihat lagi.." dan dengan bodohnya aku melihat lekat-lekat kertas yang ada di antara jari nya tersebut. "Itu kertas putih, lalu di tengahnya ada titik hitam dari spidol.." jawabku. Ia tertawa sambil menganggukan kepala.

Saat ini aku baru tersadar, kebanyakan orang akan melihat titik hitam yang ada disebuah kanvas tanpa menyadari bahwa lebih banyak bagian putihnya dari pada titik hitam yang hanya berada ditengah.
Sebelum memutuskan untuk membenci seseorang terlebih orang yang pernah menjadi bagian dalam hidup kita, tak bisakah kita sejenak mengingat kebahagiaan yang pernah ia bagi untuk kita? Usaha yang pernah ia lakukan untuk membuat kita tersenyum?

Tidak bisa ya? Kalau begitu, cinta memang awal dari hancurnya hidup manusia.

Oh, seharusnya bisa. Seharusnya bukan seperti itu.

Dalam suatu hubungan, saat kau menyadari bahwa kau menyukai seseorang dan membiarkan dirimu melewati banyak hal dengan orang tersebut, kau pasti menemukan hal baik dalam dirinya yang berpengaruh dalam dirimu.
Manusia adalah seikat nyawa dengan tali ego yang saling bersinergi.

Ex with benefitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang