7

714 81 30
                                    

Setelah Vino dan Okta sudah cukup tenang. Mereka menceritakan semuanya yang telah mereka lalui, dan bagaimana cara mereka melindungi Shani dan Gracia dari negeri sihir.

"Jadi selama ini kalian yang.."

"Benar, dan apa kau mengingatnya? Saat kau berada di jalanan sepi dan ada pria yang mengganggumu. Tapi secara tiba-tiba pria itu melayang di udara dengan posisi terbalik" ucap Vino sambil melihat kearah Gracia. Yang di tanya mengangguk cepat tanda ia masih mengingat kejadian itu.

"Dia pelakunya. Dia yang membuat pria itu melayang di udara, tapi dia selalu lupa untuk menghilangkan sihirnya setelah kau dalam keadaan aman." jelas Vino sambil melirik kearah Okta

"Sudah ku katakan kalau aku sering mendapat panggilan mendadak."ucap Okta membela diri.

"Tapi apa kau ingin tau yang paling menjengkelkan dari semua hal itu?" tanya Vino pada Gracia yang terlihat sangat antusias medengar cerita dari Vino. Ia tak pernah membayangkan sebelumnya jika cerita sihir seperti itu memang benar adanya, bukan hanya sekedar di kartun yang sering ia tonton.

"Saat di medan perang dia tertusuk pedang dari belakang punggungnya tembus hingga ke dadanya. Aku sangat mengkhawatirkan tentang keadaannya saat itu, dia sekarat dan.. Hmmm..." Okta menutup mulut Vino dengan tangan kanannya.

"Bisakah kau bersikap seolah berada di pihakku panglima? Kau ingin mempermalukanku di depannya?" bisik Okta.

"Iih.. Okta lepasin, kak Vino belum selesai ceritanya." rengek Gracia sambil mencoba menarik tangan Okta.

"Tidak, dia ingin mempermalukanku di depanmu." ucap Okta.

"Okta, lepasin kak Vino. Dia bisa gak napas itu." ucap Shani yang akhirnya mengeluarkan suaranya. Perlahan Okta melepaskan bekapannya.

"Hah.. Hah.. Hah.. Aku hampir saja mati." ucap Vino setelah ia bisa mengambil napas.

"Terus.. Terus kak, gimana? Kok Okta masih hidup padahal kan dia ketusuk pedang." tanya Gracia bersemangat.

"Aku benar-benar marah saat itu, aku menebas semua musuh yang tertangkap oleh mataku, tapi dia tetap memejamkan matanya. Aku berdoa dan meminta agar dia kembali, tapi sepertinya tidak berhasil. Justru Dia mendengar doa mu, dia mendengar tangisanmu saat itu. Bahkan aku pun mendengarnya. Itulah yang membuatnya bisa bertahan sampai saat ini, pada akhirnya dia bangkit dan tiba-tiba mencapai kekuatan sihir dengan level yang tinggi seperti yang aku miliki. Bedanya kekuatanku bangkit karena melihatnya sekarat, kalau dia karena mendengar tangisan mu yang membuatnya marah besar saat itu." jelas Vino.

"Jadi yang aku tangisin waktu itu Okta?" tanya Gracia, Vino mengangguk. Sedangkan Okta yang sedari tadi hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya, entah mengapa ia merasakan malu saat Vino menceritakan hal itu.

Vino berdiri dari tempat duduknya dengan senyum di wajahnya.

"Perhatikan ini baik-baik." ucap Vino. Tak lama perlahan dari balik punggung Vino keluar api kecil berwarna biru yang perlahan mulai melebar membentuk sebuah sayap api yang indah.

"Ini lah bentuk dari kekuatan tertinggi sihir kami. Seharusnya Okta juga mempunyai sayap yang sama sepertiku tapi entah mengapa warna sayapnya berubah menjadi warna biru keunguan, awalnya aku bingung. Tapi setelah melihatmu aku bisa menyimpulkan, bisa saja sayap itu warnanya berubah karena dia hidup kembali berkat doamu. Dan karena warna ungu adalah warna yang kau suka, auramu bercampur dengannya. Tapi entahlah, itu hanya kesimpulanku saja." ucap Vino, perlahan ia  menghilangkan sayapnya.

"Okta punya sayap juga? Aku mau liat dong." pinta Gracia sambil memperlihatkan wajah yang sengaja ia buat selucu mungkin untuk menggoda Okta agar mau memperlihatkannya.

The Angel Fall In Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang