17

520 75 18
                                    

"SHANJU.. KAU... AARGH!!" Okta mulai mengamuk, sama seperti saat Vino melihat Okta tertusuk oleh pedang di medan perang saat itu. Ia berhasil mencapai kekuatan sihir tertinggi.

"FIENDFYRE" Okta mengeluarkan Mantra Api yang besar dan ganas, membakar habis akar pohon yang sedari tadi mengikatnya. Api itu muncul dari tubuhnya, Matanya pun semakin berwarna biru terang.

Setelah akar yang mengikat tubuhnya telah habis terbakar, Okta mengepakkan sayapnya membuatnya melayang di udara. Kepalanya tertunduk masih tidak ada yang bisa melihat dengan jelas ekspresi wajah Okta.

"Aku, aku tidak akan membiarkan orang yang aku sayangi terluka dan menderita di depan mataku." suaranya seperti orang menahan tangis. Okta mengangkat wajahnya, semua terkejut saat melihat airmata Okta berwarna merah darah.

Dalam hitungan detik Okta sudah berada di hadapan Shanju.
"Ini pertama kalinya aku menentangmu." Okta mencekik lalu melempar Shanju hingga menghantam pohon.

"Aku sudah mengatakan pada kalian untuk tidak menyentuh mereka." Okta berjalan menuju Putri Manda.

"Aku sudah mengatakannya berulang-ulang." Okta terus berbicara sambil terus mendekat kearah Putri Manda yang masih nampak terkejut dengan aura kekuatan Okta yang tiba-tiba saja berubah mengerikan.

Okta mengangkat tangannya, mengarahkan telapak tangannya pada Putri Manda.

"Flipendo"
Mantra memunculkan petir untuk mendorong mundur target.

Putri Manda terlempar jauh.

"Archy, hilangkan mantra pelindung dan obati panglima Vino. Ayah akan mengurus panglima Okta, kalau tidak. Dia bisa membunuh tuan Putri."

"Finite" mantra pelindung menghilang. Shani orang pertama yang berlari untuk melihat kondisi Vino.

"Kak Vino, bangun kak.." airmata Shani terus mengalir, di tepuknya pelan pipi Vino. Ia benar-benar berharap Vino akan membuka matanya.

"Nona Shani, tolong menjauh. Saya akan mengobati panglima." ucap Archy.

Api biru mulai muncul dari tangan kanan Archy. Ia mengarahkan api tersebut pada luka Vino.

"Tenang ci Shani. Kak Vino kuat kok." ucap Nadse.

Gracia, ia lebih memilih melihat Okta dan Delion dari kejauhan.

"Panglima, cukup. Anda sudah mengalahkannya, dan sudah memberinya pelajaran." ucap Delion. Namun Okta tetap tidak mendengarkannya, bahkan kini ia telah mengarahkan anak panah dengam sihir peledak kearah kepala Putri Manda.
Delion ingin menekan kekuatan sihir Okta dengan kekuatannya. Namun, usahanya sia-sia. Okta sudah mencapai kekuatan sihir tertinggi, membuat kekuatan sihir milik Delion tak berpengaruh apapun pada Okta.

"Aku akan menghukum mereka." ucap Okta.

"OKTA..BERHENTI. KITA PULANG TA, KITA PULANG, GE MAU PULANG." teriak Gracia.

Okta menurunkan Bowgun nya lalu terbang ke arah Gracia yang sedang menangis sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"kita akan pulang. Jangan menangis" ucap Okta, kini ia tengah memeluk Gracia yang masih menangis.

"Delion, kita pulang. Kita akan mengobati Vino di rumah."perintah Okta, sayapnya kini telah menghilang. Hanya warna matanya saja yang belum berubah. Masih berwarna biru.

Delion pun menuruti perintah Okta, ia membawa mereka semua kembali pada rumah mereka.
~~~

Tubuh lemah Vino di baringkan di atas kasurnya.

"Nona Gracia, nona Nadse tolong bawa panglima Okta keluar. Saya dan Archy akan berusaha mengobati panglima Vino." ucap Delion.

"Ota, kita keluar bentar yuk."

The Angel Fall In Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang