21

542 77 12
                                    

Selesai berlatih, Okta dan Vino berbaring di rumput menyilangkan kedua tangannya di belakang kepala sambil menatap Bintang di langit.

"Dia masih marah padamu?" tanya Vino.

"Ya, dan sekarang aku bingung harus melakukan apa." mereka kembali terdiam.

"Panglima, sudah waktunya kita kembali." ucap Delion.

Vino dan Okta menoleh pada Delion dan Archy yang berdiri di samping kiri Okta.

"Aku masih ingin di sini" jawab Vino dan Okta bersamaan, lalu kembali menatap langit malam.

"Baiklah, kami permisi panglima" pamit Delion.

"Dulu aku berpikir hidupku akan selamanya di negeri sihir, aku akan hidup dan mengabdi selamanya pada kerajaan. Tapi sekarang? Ini bagaikan mimpi indah di siang hari. Dan aku rasanya tidak ingin kehilangan ini semua." ucap Vino.

"Kau benar, aku juga tidak menyangka akan merasakan hal ini. Aku baru kali ini merasakan perasaan yang sangat menakjubkan selama aku hidup." Okta tersenyum diakhir ucapannya. Ia membayangkan wajah Gracia. Senyumannya, tawanya, dan juga genggaman tangannya.

"Mereka sangat cantik bukan?" ucap Vino sambil melirik kearah Okta yang masih belum menghilangkan senyumannya. Senyuman yang sangat amat jarang Vino lihat, saat di kerajaan dulu.

"Tentu. Mereka tidak hanya cantik, tapi mereka juga sangat indah. Aku sering bertemu dengan wanita cantik, tapi tidak ada yang bisa meruntuhkan dinding es di hatiku. Dan aku sempat berpikir aku akan seperti ini selamanya. Tapi kemudian ia datang, datang dengan seenaknya dan melelehkan hatiku yang seolah membeku." jawab Okta.

"Aku baru tau kalau kau pandai berkata-kata"

"Aku mempelajarinya. Salah satu masalah kita adalah, kita terkadang sulit mengungkapkan apa yang kita pikirkan melalui kata-kata. Maka dari itu aku mempelajarinya"

Kedua panglima ini tampak sibuk dengan pikiran masing-masing, bosan hanya berdiam diri dan hanya menatap langit. Okta menjentikkan jarinya lalu perlahan mulai turun salju.

"Kekuatan mu indah, aku tidak bisa melakukan hal seperti itu." puji Vino saat melihat salju mulai turun dari langit.

"Tidak perlu merendah, aku juga tau jika kekuatanmu juga sama indah nya seperti ku. Aku mengeluarkan salju karena Es adalah salah satu kekuatan sihirku. Aku tau kau punya lebih dari ini." ucap Okta.

Vino tersenyum, ia pun menjentikkan jarinya. Sekilas terlihat seperti kunang-kunang berterbangan lalu hinggap di pohon, namun itu bukanlah kunang-kunang. Itu adalah cahaya sungguhan yang tercipta dari sihir yang di lakukan Vino.

"Seperti ini kah latihan kalian?" terdengar sebuah suara membuat Vino dan Okta terbangun sambil memegang senjata mereka.

"Jangan mengagetkan kami seperti itu."  ucap Okta.

"Kenapa kalian gak pulang? Bukannya latihan sudah selesai?" tanya orang lainnya.

"Kami ingin menikmati waktu kami sebentar Gre" jawab Vino.

"Pulanglah, kalian akan kedinginan jika terus di sini." ucap Okta, ia menjentikkan jarinya lagi dan salju itu perlahan berhenti turun dari langit. Membuat wajah Gracia cemberut.

"Kak, aku mau di sini sebentar. Temenin aku yuk, aku pengen lihat kunang-kunang itu" ajak Shani.

Ya, benar. Orang yang mengagetkan Vino dan Okta adalah Shani dan juga Gracia.
Mereka tidak ingin bertanya kenapa dan bagaimana kedua gadis itu bisa masuk ke tempat latihan mereka. Yang mereka tau, kedua gadis ini pasti memaksa Delion untuk mengantarkan mereka ke tempat ini.

The Angel Fall In Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang