29

1K 81 19
                                    

'Indira..'
.
.
.

"Panglima.. Nona Shani.." Tak hanya Vino, Delion pun terkejut melihat cahaya biru yang keluar dari tanda di lengan Vino.

"DIAM!!" Vino tidak ingin mendengar kata-kata dari Delion, ia sendiri masih meyakinkan hatinya jika Shani dalam keadaan baik-baik saja.

"Ikutlah denganku. Wanita itu sudah mati di tangan kloning ku." ucap Putri Naomi membuat Vino seperti membeku.

"Panglima, Shani sedang sekarat. Kita harus menyelesaikan ini dengan cepat." ucap Okta. Ia baru saja mendengar jeritan tangis Gracia di telinga nya.

Bukannya menyerang, Vino justru berlutut di lantai. Pedangnya yang masih terselimuti api biru itu menancap di tanah.

Vino memegangi kepalanya dengan kedua tangannya. Ia menunduk, airmatanya mengalir.
Vino berteriak dengan kencang. Ia ingin bertarung dan menyelesaikan semua ini, tapi tubuhnya justru tidak menuruti perintah otaknya.

"Kalian semua harus merasakan akibatnya. Kalian sudah berani mencari masalah denganku. Kalian sudah melukai sumber kebahagiaanku. Kalian juga harus merasakannya." ucap Vino dengan suara pelan namun masih bisa terdengar.

Aura yang keluar dari tubuh Vino semakin mengerikan. Membuat Putri Manda, Putri Naomi dan Raja Ruins bergetar karena takut.

Tak ada lagi aura dan energi Vino dari kerajaan Sihir Biru. Kekuatan ini, baru pertama kali mereka melihat dan merasakannya.

"Tingkat keabadian Raja, atau sang Malaikat sihir." gumam Delion.

"Apa maksudmu?" tanya Okta yang berada di sampingnya.

Mereka semua terdiam, tidak ada yang berani untuk mendekati atau menyerang Vino. Sedang Vino, ia masih berlutut di tanah, tangannya sudah tidak memegang kepalanya lagi. Melainkan tergantung lemas di samping tubuhnya.

"Saya pernah membacanya di buku legenda kuno. Ciri-cirinya persis seperti  panglima Vino saat ini. Aura mengerikan itu, bahkan seekor monster mengerikan sepanjang abad pun belum mampu menandingi aura panglima Vino saat ini. Energinya sudah bercampur dengan amarahnya hingga membuat dia membuka paksa kekuatan dengan level tertinggi itu. Jika panglima Vino tidak sanggup dan menekannya dengan batas kekuatannya sekarang, kemungkinan tubuhnya akan meledak. Coba perhatikan api biru yang terdapat di pedang dengan api biru yang menyelimuti tubuh Panglima Vino. Api itu berbeda, dan jika perkiraan saya benar. Panah Anda sekalipun, tidak akan bisa menyentuh tubuh panglima Vino." jelas Delion.

Okta pun mencoba membidik dan melesatkan anak panahnya pada Vino. Dan benar saja, jauh sebelum anak panah itu menembus tubuh Vino. Api biru yang menyelimuti tubuh Vino itu berubah seperti sebuah pedang dan menebas anak panah Okta.

Anak panah Okta bukan hanya terbelah, tapi juga terbakar menjadi abu dan hilang tertiup angin.

'Kekuatan macam apa itu?' batin Okta.
Sebelumnya, anak panah Okta tidak pernah bisa hancur meski ia menembakkan anak panahnya ke arah kobaran api. Tapi kali ini berbeda, ia menyaksikan dengan kedua bola matanya sendiri. Anak panahnya  hancur karena terkena tebasan pedang api dari Vino.

Putri Naomi, Putri Manda dan Raja Ruins mulai menyerang Vino secara bersamaan dengan kecepatan tinggi dan dari berbagai arah. Namun tetap tidak ada yang bisa menggores tubuh Vino. Padahal Vino sama sekali tidak melakukan apapun. Bergerak sedikitpun tidak.

"Protego" Delion membuat pelindung untuknya dan juga untuk Okta.

"Ada apa?" tanya Okta.

"Perhatikan tangan Panglima Vino, saya merasa itu bukanlah pertanda baik." Okta langsung mengarahkan tatapannya pada tangan Vino.

'Gelang?'
Sebuah gelang perak tiba-tiba muncul di pergelangan tangan Vino. Gelang perak itu seperti di selimuti api hitam. Tak lama kemudian gelang itu seperti mengeluarkan sebuah rantai yang langsung terhubung dengan ujung gagang pedang Vino. Api biru di pedang Vino berubah menjadi warna hitam.

The Angel Fall In Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang