Bagian 1

2.7K 228 133
                                    

"Sungmin ah antarkan pesanan ke meja nomor lima"

Langkah kecilnya tergopoh gopoh saat akan mengambil nampan berisi pesanan menu makan siang di warung makan tersebut.

Gadis muda berkulit putih itu pun tampak agak terhuyung dikarenakan nampan makanan yang terlalu berat.

"HEI!Kau bisa tidak? Kalau kerja yang benar" ucap seorang wanita tua dengan uban yang nyaris menutupi rambutnya.

Sedangkan gadis tersebut hanya menunduk, sedikit membungkuk kan badanya dan brgumam kata maaf yang tak terdengar.

"Ais, sudahlah cepat sana kau antarkan!"

Lalu dengan sangat berhati-hati, ia pun mengantarkan pesanan ke meja nomor lima.

Ini jam makan siang dan tentu saja warung ini terlihat ramai pengunjung. Mayoritas pembeli adalah pegawai kantoran dan anak sekolahan yang ingin makan siang atau sekedar berbincang tentu saja.

Sungmin mengusap peluh di dahinya, atensinya pun mengarah pada kakinya yang bengkak. Lantaran sudah lelah berdiri, gadis yang tengah hamil lima bulan itu pun duduk sebentar.

Ia pun mengelus perutnya yang sedikit menyembul, seraya bergumam sesuatu yang hanya akan di dengar oleh dirinya sendiri.

"Maafkan umma membuat mu lelah. Tapi kau bisa kan bertahan sebentar lagi. Hanya lima belas menit lalu kita akan makan" Batinnya sembari mengelus perutnya yang menyembul.

"Aigoo, jangan hanya duduk disana. Cepat bantu aku, kita kekurangan orang dan pelanggan sedang ramai" pekik sang bibi pemilik warung.

Mendengar pekikan tersebut lantas membuatnya langsung berdiri, namun karena lelah ia pun terhuyung dan hampir jatuh kalau saja Minho tidak memegangi dirinya.

"Nuna, kau istirahat saja. Biar aku yang mengganti kan mu. Maaf karena datang terlambat"

Itu Minho, mahasiswa Universitas Seoul jurusan seni musik. Ia juga salah satu pekerja part time di warung makan bibi Jung.

Minho juga sama seperti Sungmin, mereka di bayar perjam. Hanya bedanya uang yang di dapat Minho adalah untuk tambahan uang jajan. Maklum ia kan anak beasiswa dan orang tuanya hanya pegawai pabrik di desa.

Sedangkan Sungmin mencari uang untuk biaya persalinanan nya nanti.

"Hei, kalian berdua!" pekik bibi Jung lagi yang kerepotan menangani pelanggan yang bertambah banyak.

Warung makan bibi Jung memanglah bukan tempat mewah, namun warung tersebut sudah berdiri lebih dari sepuluh tahun.

Dan masakannya lumayan enak dan murah, jadi wajar saja jika banyak pelanggan yang memilih makan disini, apalagi menjelang akhir bulan.

Sebenarnya bibi Jung dibantu oleh empat karyawan termasuk Sungmin , namun sejak tiga hari yang lalu dua dari karyawannya mendadak berhenti. Jadilah sisa dari mereka kerepotan begini.

Bahkan bibi Jung pun harus turun tangan melayani pelanggan sembari memasak. Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang, dan warung semakin sepi. Ini saatnya mereka bisa beristirahat makan siang.

"Nuna, makan ini" ucap Minho, memberikannya sepotong daging. Sisa lauk menu makan siang hari ini.

Sungmin mengangguk, lalu menuliskan kata terimakasih pada secarik kertas. Tentu kalian tidak perlu diberitahu secara gamblang jika gadis manis tersebut bisu bukan?

Minho ikut tersenyum ketika melihat kakak yang di kenalnya kurang lebih dua bulan belakangan ini memakannya dengan lahap.

"Apa ada sesuatu yang ingin nuna makan? Aku bisa belikan?" tanyanya sembari tersenyum lalu menyodorkan dagingnya lagi.

UnfortuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang