Sehunie's Diary

1K 103 93
                                    

Hai, perkenalkan namaku adalah Cho Sehun. Usiaku lima belas tahun. Dan sekarang aku sudah kelas satu SMA. Oh, iya di sekolah aku ini adalah anggota tim basket loh.

Selain itu aku juga ditunjuk untuk ikut dalam pemilihan ketua OSIS. Kata teman-teman, aku mempunyai aura kepimimpinan yang kuat. Selain itu katanya mereka wajahku yang tampan ini menjadi daya tarik untuk dapat nilai lebih.

Tapi sudahlah, itu kan hanya pendapat mereka saja. Lagi pula aku merasa kalau diriku ini biasa saja. Malah cenderung pemalu. Oh, iya sampai lupa. Jadi keterusan kan bicara hal yang tidak penting. Maafkan Sehun ya...

Ngomong-ngomong, apakah kalian semua masih ingat dengan cerita ayah dan ibuku. Dulu sekali sebelum aku lahir, kata kakek buyut ayah ku itu sangat nakal. Sampai-sampai karena kenakalannya, ayah membuat ibu jadi sedih dan terluka. Sebuah luka yang meninggalkan efek jangka panjang.

Tapi untungnya itu hanya cerita lama kok. Sekarang yang ada adalah ayah yang sangat sayang pada ibu. Seperti aku yang juga sangat sayang pada ibuku.

Ayah juga seorang yang penyabar. Ayah selalu mengurus diriku dan ibu dengan baik. Meskipun terkadang ibu suka ngambek dan membuat berantakan seisi rumah. Tapi ayah tidak pernah marah. Kalau ibu menangis, kami berdua pasti akan selalu sigap membuat ibu tenang. Terkadang, aku memberikan ibu permen atau coklat sih.

Biarlah, yang penting ibu suka...

Ibuku bukan orang gila kok. Ibuku itu normal. Dan jangan sekali-kali bilang kalau ibuku itu gila ya. Atau aku akan marah pada kalian!

Kata ayah, saat sedang mengandung diriku. Ibu pernah kecelakaan dan mengakibatkan dirinya terluka parah. Ayah juga bilang, kalau dimasa-masa kritis beliau. Ibu lebih memilih untuk menyelamatkan diriku terlebih dahulu ketimbang dirinya.

"Hiks" Kalau ingat cerita perjuangan ibu untuk melahirkan diriku. Aku jadi menangis nih. Sedih...

Soalnya kata ayah ibu mengalami cidera parah di kepala. Setelah operasi, ibu bahkan koma selama berbulan-bulan. Dan ketika bangun yang ibu ingat hanyalah diriku saja.

Aku tidak paham dengan istilah medisnya. Tapi sebagai efek dari kecelakaan itu, ibu seperti mengalami kemunduran dalam berpikir. Ada kerusakan pada syarat otaknya. Ibu harus belajar semuanya dari awal lagi. Tapi meskipun begitu, dalam keadaanya ibu yang seperti itu. Ibu selalu merawatku dengan baik. Dan semampu yang ibu bisa.

Ah, sudah ah. Aku tidak sanggup lagi buat menceritakan detailnya. Habisnya kalau diceritakan full. Nanti bisa banjir air mata lagi.

Sekarang kan kami sudah hidup bahagia. Ayah bilang, tidak perlu melihat kebelakang. Karena itu sudah jadi masa lalu. Karena yang terpenting adalah saat ini kami bertiga hidup dengan bahagia.

'KRIIIIIIIIIIIIING'

Oh, tidak! Alarm yang aku setel semalam baru saja berbunyi. Aku harus bergegas kalau tidak ingin terlambat. Ini sudah jam enam. Aku harus cepat-cepat bersiap untuk berangkat ke sekolah.

Cerita hari ini sudah dulu ya kakak-kakak. Nanti kalau ada waktu kita sambung lagi. Sekaligus menceritakan bagaimana kehidupan kami. Aku, ayah dan ibu.



.

.

.

See ya^^

.

UnfortuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang