Bagian - 2

1.5K 193 76
                                    

Di pagi pagi buta begini, Sungmin sudah bangun dan menyiapkan sarapan serta membereskan apartement yang ia tempati. Dari memasak, menyapu, mengepel lantai hingga mencuci baju. Ia lakukan sendiri.

Dan pukul tujuh tepat, semuanya harus sudah selesai, rapih, dan sarapan Kyuhyun pun harus sudah tersaji di meja.  Kemudian setelah semua selesai, ia barulah ia mulai bersiap untuk berangkat kerja.

Pagi ini adalah hari yang sangat sibuk untuknya. Pertama ia harus ke tempat bibi Ahn untuk menyetor berapa banyak mata boneka yang telah ia pasang.

Lalu yang kedua, sebelum berangkat ke warung makan bibi Jung, ia akan pergi menjadi relawan di gereja untuk membagikan makanan gratis buat para tunawisma.

Namun tampaknya pagi ini tak berjalan seperti biasa. Lantaran kepalanya terasa pusing sejak semalam. Belum lagi ia merasakan mual.

Sungmin menutup mulutnya lalu duduk bersandar ke tembok. Ia mengambil bantal tidurnya lalu memeluknya erat. Seakan bantal itu berfungsi untuk mengalihkan rasa tak enak di tubuhnya.

Keringat dingin sudah mulai bercucuran di dahinya... Sebisa mungkin ia mencoba menahannya. Mengelus perutnya yang bergejolak, menguatkan anaknya di dalam sana.

Perlahan, rasa pusingnya berkurang setelah ia berbaring sebentar. Lalu ia berjalan ke arah lemari pakaian di kamarnya.

Tak ada barang berharga di dalamnya. Hanya beberapa baju lusuh serta syal dan mantel itu pun tidak banyak. Bahkan di kehamilannya yang menginjak lima bulan ini, ia tidak punya baju khusus untuk ibu hamil.

Tangan ranting nan pucat itu lalu mengambil sekotak susu hamil. Sungmin bersyukur, dari hasil kerjanya sebagai relawan gereja, suster Oh memberikannya susu khusus untuk ibu hamil secara gratis. Setidaknya bayinya tidak kekurangan nutrisi.

Namun sayangnya karena kegiatan ini dilakukan sebulan dua kali, Sungmin harus menghemat persedian susu hamilnya. Jadilah dosis aturan yang seharusnya tiga kali sehari jadi hanya satu kali sehari.

Kadang ketika ada bazar amal di sana, Sungmin bisa diberi selimut bayi dan beberapa pakaian bayi. Bukan baru sih, tapi masih layak pakai untuk bayinya nanti. Apa pun bentuknya ia masih bersyukur.

Tes...

Tubuh Sungmin hampir saja limbung kalau ia tidak berpegangan pada lemari. Gadis itu baru sadar jika ada darah yang keluar dari hidungnya.

Lantas segeralah ia membersihkan wajahnya. Baru setelah itu membuatkan bayinya susu.

Sunyi...

Tidak ada suara apa pun di dalam apartement ini. Sudah pukul tujuh, Sungmin akan segera berangkat. Sedangkan Kyuhyun masih tidur di kamarnya.

Sungmin berdiri terpaku di depan pintu kamar Kyuhyun, ingin pamit tapi takut nanti dia di bentak lagi, ia hanya ingin menyampaikan kalau sarapannya ada di meja.

Maka jadilah hanya note kecil yang ia tempelkan di depan pintu kamar pemuda itu.

.
.
.

Waktu bergulir begitu cepat  dan tentu saja sangat melelahkan untuk ukuran wanita hamil sepertinya bekerja dari pagi hingga sore.

Untung saja, hari ini ia mendapat upah lumayan dari pekerjaan menjahit mata boneka. Lalu mendapat bubur abalone hangat dari gereja.  Dan sekarang waktunya ia membantu bibi Jung di warung.

Langkahnya pelan namun ia masih riang, membayangkan jumlah tabungannya kini, senang karena sudah terkumpul lima ratus ribu won. Setidaknya ia bisa membeli perlengkapan seperti bedak, minyak telon, atau sabun bayi mungkin.

UnfortuneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang