21. Keputusan Akhir

4.2K 398 57
                                    

Don't forget to play your media.

Semilir angin membelai rambut Sheeva hingga jatuh lembut di punggungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semilir angin membelai rambut Sheeva hingga jatuh lembut di punggungnya. Sesekali cewek itu menarik kembali rambutnya yang tergerai untuk di letakkan di bahu. Hembusan angin sedikit terasa lebih dingin, sepertinya akan segera hujan. Tidak ada bintang malam itu, langit malam juga terlihat cukup gelap. Tapi terbantu oleh penerangan lampu jalanan.

Sheeva duduk pada kursi besi panjang di taman. Hampir setengah jam ia menunggu, dan Rafa belum juga datang. Suasana taman malam ini tidak begitu ramai. Hanya ada beberapa orang yang kadang berlalu lalang.

Merogoh isi tasnya dan mengambil ponsel, Sheeva lalu mengetik pesan untuk Rafa.

Lavina Sheeva
Kamu di mana, Raf?

Cewek itu yakin, Rafa datang. Lalu tidak selang berapa lama setelah ia mengirim pesan, Rafa terlihat di kejauhan. Senyum Sheeva mulai mengembang. Perlahan tapi pasti bibirnya bukan lagi membentuk bulan sabit, tapi senyumnya menampilkan deretan gigi putihnya yang rapi.

Rafa berdiri di depan Sheeva. Cewek itu lantas berdiri, entah kenapa malam ini Sheeva rasanya begitu rindu dengan Rafa. Ciuman pada keningnya kemarin menyisakan bahagia yang belum berkesudahan.

"Tadi macet ya?"

Rafa diam. Tidak menjawab pertanyaan cewek itu. Wajahnya datar. Tidak ada sedikitpun senyum menghiasi wajah itu. Ada yang mengganggu pikiran Sheeva ketika ia mendapati bola mata Rafa terlihat kosong. Tatapannya dingin.

"Ada apa? Duduk dulu," kata Sheeva lalu menarik pelan lengan Rafa untuk duduk di kursi. Saat Sheeva menggenggam tangan Rafa ia sadar tangan pacarnya terasa dingin.

"Tadi aku liat kucing di sana, kucingnya kurus banget masa. Ntar kapan-kapan ke sini lagi ya? Kita kasi makan kucing itu." Sheeva lagi-lagi hanya seperti bicara dengan angin. Rafa belum juga merespon apapun. Tangan Rafa masih digenggam dan menempel di pipinya.

"Aku belajar masakan baru, besok aku masakin lagi gimana? Gara-gara kamu suka masakan aku, rasanya jadi pengen masak mulu."

Sheeva menatap Rafa lamat. Tangannya mmengusap lembut wajah Rafa, berbeda dengan tangannya. Wajah Rafa terasa jauh lebih hangat.

Rafa menarik tangannya lepas dari genggaman Sheeva. Cowok itu menegakkan tubuhnya. Cowok itu menatap mata Sheeva lurus. Sheeva mulai curiga terjadi sesuatu dengan Rafa. Dengan sedikit keraguan Sheeva bertanya, "Kamu kenapa? Kok diem aja?"

Rafa menarik Sheeva dan memeluk Sheeva erat. Tubuh Rafa sedikit bergetar dalam pelukan itu. Sheeva jelas merasakannya. "Kamu kenapa sih Raf? Ada masalah?" Sheeva mengurai pelukannya. Menatap wajah Rafa yang masih sulit tertebak ekspresinya. "Cerita aja sama aku."

Sheeva mengusap punggung tangan Rafa, lalu menyematkan jarinya di antara jari Rafa. Tangan yang biasanya terasa hangat, tangan yang beberapa kali melindunginya. Rafa membalas genggaman Sheeva erat. Sheeva masih terus menerka nerka apa yang terjadi dengan pacarnya. Senyum cewek itu terbit ketika menerima balasan genggaman Rafa, merasakan hangat yang bisa mengalahkan dingin malam ini dan...

Regret [Completed] ✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang