Selesai ✔
Dan karenamu, semestanya mati untuk selamanya.
Hingga di dalam mimpimu, tertidur banyak penyesalan yang lainnya.
Untukmu yang tak mampu mebalikkan segalanya menjadi semula.
Berbuat salah bukan akhir dari segalanya. Tapi membawa sesal s...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kadang kita harus merelakan orang yang kita sayang demi berhenti ngelukain dia.
-Rafardhan Widan Shakeel-
Melihat Rafa yang duduk sendirian di kantin, Ucup menarik kursi dan duduk di samping cowok itu. "Barusan gue liat yang tadi, di lapangan. Ternyata lo belom juga jelasin sama Sheeva alasan sebenarnya kenapa lo mutusin dia?" Ucup memperhatikan luka pada sudut bibir sahabatnya itu.
"Liat tuh luka di bibir lo, itu berkat kelakuan lo juga pake bohong bawa bawa nama orang."
Mas Parman mengantarkan pesanan es teh Rafa yang sudah dia pesan lebih dulu. Menyeruput es teh manisnya dan menghela napas. Rafa mengusap ujung bibirnya yang sekarang sudah tidak mengeluarkan darah.
Rafa teringat, mungkin kalau saja dia masih bersama Sheeva, Sheeva lah yang akan mengobati lukanya. Tapi sekarang Rafa tidak berhak mengharapkan hal itu. Terlebih atas luka yang Rafa buat untuk Sheeva.
"Lo harus kasih tau Sheeva Raf, ini bukan kemauan lo. Ini cuma karena bokap lo."
Rafa kembali terdiam. Ucup memang sedikit banyaknya tahu soal Satya. Bagaimana Satya yang selalu ingin selalu dituruti.
"Gua gak punya pilihan selain mutusin Sheeva."
"Tapi lo punya pilihan untuk mengakhiri hubungan itu baik-baik. Bukan dengan ngehancurin perasaan anak orang."
Rafa hanya terdiam. Mungkin dia menyesal sudah menyakiti hati Sheeva, tapi bagaimana kalau Rafa menjelaskan yang sebenarnya. Bagaimana kalau nanti Sheeva tetap terluka tapi tetap mengharapkannya.
"Lo jangan egois, Raf. Lo tinggal jelasin semua ini permintaan bokap lo, lo harus udahin hubungan ini karena demi nyelametin Alvaro."
"Terus apa? Buat Sheeva berharap kelak mungkin Satya berubah pikiran? Bikin Sheeva nungguin gue yang gak jelas gimana nantinya?"
"Gue gak bisa nyakitin Sheeva lebih dari ini, Cup."
"Dan lo kira dengan gak jelasin yang sebenernya terjadi, dia gak sakit? Apa lagi dengan adanya si Rena. Lo kira Sheeva gak hancur tiba-tiba tau Rena tunangan lo?"
"Begini lebih baik, Cup. Gue lebih milih dia benci sama gue, daripada dia terus berharap. Yang ada cuma akan menyakitkan. Kadang kita harus merelakan orang yang kita sayang demi berhenti ngelukain dia."
"Tapi lo gak perlu bohong 'kan? Gak perlu berbuat sejahat itu dengan mutusin dia pake bilang ini permainan. Cowok baik-baik itu bukan dia yang seenaknya matahin hati cewek gitu aja. Dengan lo kayak gini, lo lebih buruk dari Byan tau gak."
Ucup tau mungkin perkataannya terdengar berlebihan. Tapi dia tidak bisa membiarkan sahabatnya jadi cowok pengecut. Rafa boleh memilih untuk mementingkan perasaan mamanya. Tapi bukan berarti dengan mudah ia menghancurkan hati orang lain yang tidak bersalah.