Rafa memarkirkan mobilnya di garasi. Langkahnya memasuki rumah terhenti seketika. Matanya mengedar ke seluruh tiap penjuru rumah yang bercat warna putih bersih. Dilihatnya satu figura besar di dinding utama berfotokan seorang pengantin beradat jawa.
Ditatap foto itu penuh syahdu. Senyumnya mengembang lebar.
Berderap langkah kaki laki-laki itu menuju ruang kerjanya. Di samping meja, terdapat buffet kayu jati yang berisikan berbagai macam pajangan keramik. Lalu di sampingnya ada lemari buku yang berukuran sedang. Ada banyak buku karya sastrawan dari berbagai macam belahan dunia di tiap-tiap raknya.
Ada satu buku novel yang sudah cukup usang. Novel turun temurun milik keluarga Rafa yang juga penikmat seni sastra. Novel itu berjudul Han d'Islande karya Victor Hugo novel romantis yang didedikasikan oleh Hugo untuk hadiah pernikahan istrinya itu, selalu menjadi bacaan favorite Rafa di saat senggang.
Tangannya lalu mengarah pada album foto yang ditaruh persis di sebelah novel karya sastrawan asal Perancis itu. Diambil album foto itu yang sekarang debunya kira-kira ada 2 senti. Ditiup debu itu sampai mengebul.
Rafa menyandarkan tubuh ke sofa ruang kerjanya yang berwarnakan merah maroon. Pria itu membuka lembaran demi lembaran album foto.
Terlihat beberapa garis kerutan yang nyata pada punggung tangan Rafa. Lembar halaman terhenti saat bola mata Rafa yang sayu melihat foto seorang pria dan wanita memakai baju seragam hitam putih dengan dandanan aneh. Sedang ospek kuliah.
Rafa mengusap foto itu perlahan sambil memejamkan matanya.
***
"Ehh kamu itu yang di sana, udah telat. Nyantai lagi, sini!" bentak senior memakai almamater pada seorang cewek berambut panjang. Menggantung papan nama yang terbuat dari karton bertuliskan nama Sheeva.
"Nama lengkap kamu siapa? Kenapa kamu telat?" tanya galak lagi dari seorang senior cewek berambut keriting dikuncir.
"Sa-saya Sheeva kak. Maaf kak, tadi angkotnya nyungsep di selokan kak," jawab cewek itu gugup sambil meremas remas jemarinya.
Peserta ospek lainnya tertawa.
"Saya tanya nama lengkap kamu! Jangan ngarang cerita, mana ada angkot bisa nyungsep di selokan," bentak senior cewek tadi.
Entah. Mungkin menjadi sebuah keharusan dalam kegiatan yang dinamai ospek ini para senior harus berlaku kejam dan galak. Padahal ini adalah masa di mana siswa-siswi yang baru lulus SMA mengenal dunia perkuliahan. Baru perkenalan aja udah ditakutin. Mendoktrin fikiran remaja bahwa kuliah itu; mengerikan.
"Ohh. Iya ka, nama saya Lavina Sheeva Malayeka kak. Saya dari SMA Garuda di Jakarta. Bener ko kak, angkotnya nyungsep di selokan." Cewek itu menunjukan dua jari berkata bahwa dia serius.
"Ah alasan aja kamu. Besok telat lagi saya suruh jalan jongkok muterin lapangan ya! Udah sana gabung sama yang lain!" Perintah senior itu kepada Sheeva dengan nada membentak.
Sheeva berjalan menuju tempat di mana anak ospek lainnya duduk. Senior yang lainnya kembali menjelaskan apa-apa saja yang biasanya ada di dunia perkuliahan. Mulai dari sistem kuliah, berapa banyak UKM yang ada di kampus, ada juga senior yang sering melawak dengan menggunakan dosen sebagai lawakannya.
Di samping Sheeva ada seorang cowok yang sedari tadi sudah memperhatikannya. "Dari Jakarta?" Tanya dia.
Sheeva langsung menoleh ke arah sampingnya. "Oh iya," jawabnya sambil tenyum ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret [Completed] ✔ [SUDAH TERBIT]
RomanceSelesai ✔ Dan karenamu, semestanya mati untuk selamanya. Hingga di dalam mimpimu, tertidur banyak penyesalan yang lainnya. Untukmu yang tak mampu mebalikkan segalanya menjadi semula. Berbuat salah bukan akhir dari segalanya. Tapi membawa sesal s...