32. Anak Baik

5.5K 390 92
                                    

Don't forget to play media. 👌

Jangan pernah berubah jadi orang lain untuk orang yang lo suka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan pernah berubah jadi orang lain untuk orang yang lo suka. Just be the way you are.

-Lavina Sheeva Malayeka-

Tidak selang berapa lama. Mobil sport hitam berhenti tepat di depan Sheeva. Lalu turun kaki dengan celana jins hitam yang diiringi pemakainya. Cowok berpakaian batik berwarna oren. Terlihat sangat rapi dan formal. Saat mata Sheeva menyapu orang itu sampai kepala. Matanya melotot. Kaget dengan siapa yang barusan dia lihat.

Sheeva mengucek matanya sampai tiga kali.

Tapi orang yang dilihat masih sama.

"Ayo yang bareng."

Sheeva mencubit pipinya dan merasa sakit. Ini bukan mimpi. Yang ada di depannya beneran Byan.

Byan yang sudah resmi menjadi pacarnya. Status hubungan mereka yang bukan lagi musuh, teman, atau apapun itu bukan masalah. Yang jadi masalah adalah pakaian Byan. Tidak-itu juga bukan masalah. Hanya saja, penampilannya terlihat sedikit aneh.

"Lo ngapain pake baju batik? Mau kondangan?" Tanya Sheeva memutari badan Byan. Memperhatikan Byan mulai ujung rambut sampai ujung sepatu. Rambut yang disisir rapi. Batik oren yang tidak terlihat kusut. Celana jins berwarna hitam legam yang juga rapi. Dan sepatu kulit hitam yang mengkilap. Ya ampun, Byan benar-benar terlihat jauh berbeda.

Sangat rapi. Sangat formal. Dan ... ini aneh.

"Gimana, ganteng gak gue?"

"Lo kesambet?" Sheeva menyentuh jidat Byan. Tapi suhu badan laki-laki itu normal. Tidak panas. Juga tidak dingin.

Byan memperhatikan penampilannya sendiri. Menarik kerah batiknya dengan dua jari jempol dan telunjuk. Bergaya sok cool. "Orang ganteng gini kok."

"Ya gak ada juga yang bilang lo jelek."

"Yash! Artinya lo mengakui kegantengan pacar lo ini 'kan?"

Sheeva menepuk jidatnya. "Bukan itu masalahnya. Pakaian lo aneh .... Gak aneh sih, cuma ini mau kuliah apa kondangan?" Tiba-tiba Sheeva teringat dirinya yang sudah terlambat. Dia melihat jam di tangan yang menunjukkan lima menit lagi kelas di mulai. "Ah udah jelasinnya di mobil aja. Ayo berangkat sekarang." Sheeva menarik Byan masuk ke dalam mobil.

Sheeva sial. Benar-benar sial. Perempuan itu mungkin sudah kena kutukan pagi ini. Kedatangan Byan dengan mobilnya ternyata tidak membantu. Jalan raya pagi ini super macet. Sangat macet sampai-sampai mobil yang mereka tumpangi tidak bergerak.

"Ah shit! Gak bakal boleh masuk nih kita sama Pak Abdil." Sheeva bersungut sebal. Tangannya memilin-milin kaus putih yang dibalut kemeja gombrang.

Byan mencondongkan tubuhnya dan melihat kondisi jalan di depan stir mobil. Memperhatikan jalan yang memang tidak berubah lenggang setelah limabelas menit bermacet.

Regret [Completed] ✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang