11. Kekesalan

4.9K 445 46
                                    


Sheeva duduk bersandar pada kursi dengan tangan masih sibuk menari di atas papan ketik laptop. Sesekali tangan kanannya sibuk menggerak-gerakkan mouse dan matanya sibuk membaca artikel.

"Ah tolol! Nge-chit nih orang pasti. Tai." umpat Byan yang duduk di hadapannya. Sudah hampir satu jam cowok itu hanya sibuk dengan video game di ponselnya.

Entah lupa akan tujuan awal mereka ke cafe ini atau memang Byan sengaja lupa atau malah pura-pura lupa. Membiarkan Sheeva sibuk sendiri dengan laptop di hadapannya.

Byan hanya mengangguk dan menggeleng sesekali ketika Sheeva bertanya artikel atau materi apa yang harus dia masukan.

Tangan kiri Sheeva mengepal di atas pahanya. Kalau saja Byan tidak lebih kuat darinya, Sheeva sudah memilih untuk memukulkan tangannya ke wajah sok tampan itu.

"Weh, lama banget sih lo ngerjain gitu doang!" Sekarang wajahnya menatap Sheeva yang sama sekali tidak menatapnya. "Denger gak sih?"

Sheeva mengangkat wajahnya dari laptop dan memandang Byan sebal. "Gak usah bacot. Lo dari gaknbantuin gue."

Saat Sheeva sudah kembali sibuk dengan laptop, Byan kembali sibuk dengan video game lagi. Tapi ada sesuatu yang menggelitik hati cowok itu.

Rasanya tidak asik kalau hanya membiarkan Sheeva mengerjakan tugas itu sendiri dengan damai. "Ah gak guna ya ternyata sekelompok sama lo."

Sheeva menggigit giginya kuat-kuat. Seperti berusaha menggigit daging keras. Cewek itu berusaha mengabaikan apapun yang keluar dari mulut Byan.

Byan mengambil mouse portable di sebelah kanan laptop.

"Ih mau ngapain? Siniin!"

Cowok itu malah mengantungi mouse itu di kantung celananya. "Ini kan laptop gue, ini juga mouse gue. Suka-suka lah."

Sheeva mendengus kasar. "Iya tapi jangan diambil, kan gua lagi ngerjain - tugas - tanpa - bantuan - lo." cewek itu mempertegas kalimatnya dengan menekankan ucapannya ditiap suku kata.

Byan malah tersenyum lebar. "Lo bodoh ya? Di laptop gua kan udah nempel mouse lo pake aja itu. Jangan yang ini." Sekarang ia kembali memainkan ponselnya.

"Iya tapi buat apa juga lo ambil itu?"

"Ya suka hati gua lah. Repot banget lo jadi cewek."

"Butuh gua ambilin kaca?"

"Gak bakal kelar itu tugas, kalo lo cuma ngebacot."

Gebrakan pelan dari meja yang ditendang mengangkat wajah Byan untuk memandang Sheeva. Matanya tidak sedikit pun menaruh rasa bersalah. Yang ada malah perasaan puas.

Sekarang pilihannya Sheeva hanya harus menyelesaikan tugas itu dengan cepat dan meninggalkan Byan detik ini juga.

Harusnya Sheeva tau, sekarang yang ada di hadapannya adalah Abyan Cetta Reynand; cowok paling gila yang dia kenal di kampus. Membiarkan Sheeva berhasil menyelesaikan tugas dengan mudah? Tidak mungkin.

Byan mengambil mouse yang tadi diletakkan di saku celananya. Lalu menggerakkan benda itu di pahanya yang lantas membuat kursor di laptop bergerak-gerak.

Mata Sheeva malah mengikuti arah gerak kursor yang tidak dia gerakan sama sekali. Matanya lalu menatap Byan kesal. Pasti kerjaan dia. Gumamnya.

"Yan, kalo udah gak ngebantuin jangan ngerecok dong! Gua gak masukin nama lo di tugas ini, biar rasa."

"Wait," tangannya terangkat ke udara. "Apa lo bilang? Gak nulis nama gue? Lupa non itu laptop siapa?"

Regret [Completed] ✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang