20. Mimpi Buruk Jadi Nyata

4.4K 381 22
                                    

Don't forget to play media. 👌

Pilihan terberat dari melepas adalah merelakan kamu pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pilihan terberat dari melepas adalah merelakan kamu pergi. Membiarkan waktu dengan kejam menghapus kita tanpa sisa nantinya.

--

"Rafa. Papa mau bicara sama kamu."

Suara berat Satya seketika memenuhi ruangan setelah Rafa membuka pintu dan berjalan menuju tangga.

"Rafa capek, Pa. Rafa mau istirahat." Mengabaikan ucapan Satya Rafa berjalan menaiki anak tangga. Pada anak tangga ketiga Rafa terhenti mendengar ucapan Satya.

"Putusin pacar kamu itu."

Satu kalimat dengan pengartian yang berat untuk Rafa. Apa barusan Satya bilang? Putus? Bagaimana pria itu tahu soal pacarnya. Pasti Rena. Cewek itu ternyata tidak main-main dengan ucapannya.

Rafa berputar lalu kembali turun dan berdiri berhadapan dengan Satya. Tinggi mereka nyaris sama. Bahkan untuk usia Satya yang sudah melewati usia paruh bayanya, Satya tetap terlihat bugar. Hanya ada sedikit kerutan di pelipis dan ujung sudut matanya. Menandakan tubuhnya yang dimakan usia.

"Papa ngomong apa?"

"Papa bilang putusin pacar kamu itu. Siapa namanya? Sheeva? Kamu sudah akan bertunangan, Rafa. Hubungan kamu dengan perempuan itu tidak boleh terjadi."

Rafa memejamkan matanya. Satya ini tidak pernah memberi nafas untuk Rafa memilih sesuatu. Hidup Rafa seolah benar-benar sudah jadi hak milik untuk Satya. Membuat cowok itu sering menyesali adanya darah Satya yang mengalir pada tubuhnya.

"Pa, gak bisa apa, sekali aja Papa gak ngatur Rafa!"

"Ini semua demi masa depan—"

"Masa depan Rafa? Rafa muak denger semua itu. Mungkin Papa harusnya meralat perkataan itu menjadi, masa depan Satya!" Nada Rafa mulai meninggi membuat Satya melepaskan kancing kemejanya yang paling atas.

"Jaga bicara kamu. Kamu lupa sedang bicara dengan siapa?"

"Pa, seumur hidup Rafa, Rafa gak pernah minta apapun dari Papa. Tapi Rafa mohon, sekali ini aja. Biarin Rafa nentuin pilihan hidup Rafa, Pa. Rafa cinta sama Sheeva dan kali ini Rafa gak mau gitu aja nurutin Papa. Apa lagi dengan pertunangan bodoh itu."

"Cinta kamu bilang? Anak kecil seperti kamu mengerti apa soal cinta? Kamu gak akan kenyang makan cinta. Hidup ini butuh yang namanya masa depan yang jelas. Dan bersama Rena lah masa depan kamu akan jelas."

"Jelas yang Papa maksud tidak pernah ada dalam hidup Rafa. Sejak Papa mulai mengatur apapun yang berkaitan dengan Rafa, hidup Rafa tidak pernah merasa jelas. Semua ini bukan hidup yang Rafa mau, semua cuma keinginan Papa."

Dua suara pria itu kian meninggi membuat beberapa pembantu rumah tangga di sana bergidik ngeri. Mereka sudah paham betul karakter tuannya itu. Tapi melihat Rafa dengan tegas menentang kemauan Satya membuat semua terperangah.

Regret [Completed] ✔ [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang