Conan menghentikan langkah. Niatnya untuk menghampiri Arga ia urungkan karena melihat orang yang dicarinya turun dari mobil orang yang tidak dia suka. Dari tempatnya berdiri Conan bisa melihat dengan jelas Gain turun setelah dibukakan pintu oleh Neal, lalu setelahnya beberapa teman Gain juga ikut turun dari mobil.
"Lo liatin apa, Nan?" tanya Iman yang baru sampai di sisi kanan Conan.
"Itu," jawabnya sambil menunjuk ke arah gerbang depan. "Kok bisa barengan gitu ya? Kebetulan kan nggak mungkin."
"Oh, Neal emang diminta Arga jemput Gain tadi, soalnya kan gue sama dia harus berangkat duluan, jadi kasihan Gain kalau harus nunggu angkutan sambil bawa tas berat."
"Trus, kenapa temen-temennya juga pada ikut di mobil Neal?"
"Rumah Gain kan paling strategis, deket sama sekolah. Kita nggak perlu naik angkot berkali-kali supaya bisa sampai di sekolah jika berangkat dari rumahnya, apalagi bawa tas segede ini, pasti kerepotan. Nah, solusi terbaik ya kita nginep di sana. Biar paginya bisa berangkat bareng."
"Oh, tapi kenapa harus Neal?"
"Mana gue tahu. Tanya aja sama Arga. Udah ah, kita udah disuruh ngabsen nih, busnya sudah sampai, jadi kita harus segera berangkat!" Conan mengangguk mengerti. Dia berjalan di belakang Iman menuju bus yang akan dinaiki.
Conan sedikit bingung setelah membaca kertas absen yang ia terima dari Iman beberapa saat lalu. Di kertas itu tertulis nama anak-anak kelas XI IPS 3. "Loh, ini bukan kertas gue, Man. Ini absensi anak kelas lo."
"Memang."
"Trus kenapa di kasih ke gue?"
"Karena lo tugasnya di bus kelas gue. Diem deh, jangan banyak tanya! Mending cepetan kita ke sana, emang lo mau dimarahin Pak Arya?" Conan menggeleng keras. Pak Arya memang baik, tapi kalau sudah marah mirip sama drakula, serem.
Gain dan Neal berkumpul dengan anak kelas XI IPS 3 yang sedang berbaris rapi menunggu giliran naik bus. Begitu sampai gilirannya, Gain langsung naik dan mencari bangku untuk ia duduki. Berhubung dia datangnya terlambat, jadi Gain kebagian duduk di belakang.
Gain menoleh ke belakang, menatap satu dari 6 orang yang duduk di bangku panjang paling belakang. Lalu matanya beralih menatap bangku sebelahnya. Kosong. Ia duduk sendirian. Tadinya Arga yang akan duduk di sampingnya, tapi ternyata cowok itu tidak satu bus dengannya. Saat ini dia dan semua angkatan kelas XI SMA Nasional akan menuju bumi perkemahan yang akan menjadi tempat camping tahunan.
Gain kembali menoleh ke belakang, kali ini ia melihat ke arah Ifo. Ia menghela nafasnya kala melihat Ifo yang tampak begitu senang duduk di belakang bersama Iman, apalagi ada Conan di sana. Ngomong-ngomong soal Conan, sempat ia berfikir kalau Conan akan duduk di sampingnya menggantikan Arga, tapi cowok itu malah duduk di belakang.
Gain tak mengalihkan pandangannya saat Conan balik menatapnya. Ia sudah berharap banyak kalau cowok itu akan peka dan pindah duduk di bangku sebelahnya, tapi harapan hanya sebuah harap. Conan tidak menggubris tatapan kode darinya. Dia malah asyik tertawa karena candaan Ifo yang bahkan lucu saja tidak.
"Aprilia..." Gain mengangkat kepala kala mendengar panggilan dari satu-satunya orang yang memanggil nama SMPnya. "Lo sendirian ya? Conan nggak duduk di sini?"
"Enggak kayaknya."
"Dia masih marah sama lo?"
"Nggak tahu juga sih."
"Ck." Neal berdecak lalu melanjutkan, "Biar gue ngomong sama dia. Lo nggak salah di sini, gue yang salah. Kalau dia mau marah ya marahnya ke gue, jangan sama lo." Neal sudah akan melangkah, tapi tangannya dicekal Gain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ssstt Pacar Pura Pura
Teen FictionConan seorang most wanted di SMA Nasional setuju dengan usulan salah seorang sahabatnya untuk mencari pacar pura-pura hanya karena ingin menghindar dari kejaran fans dan segala macam pertanyaan membosankan dari para sahabatnya mendadak terbiasa deng...