"APA!?" ekspresi wajah Reno sudah tidak bisa dijelaskan lagi. Matanya melotot lebar seperti hampir keluar.
"Hahaha lo percaya?" Gain tertawa lepas melihat ekspresi Reno yang menurutnya enggak banget.
"Kok lo malah ketawa sih?"
"Haha, gue bohong kali hahaha." Gain masih tertawa-tawa sambil memegangi perutnya yang mulai keram.
"Jadi lo bohongin gue? Sialan lo ya, hampir aja gue kena serangan jantung."
"Halah lebay, tapi nggak sepenuhnya bohong sih. Gue sama Arga bisa sedekat ini karena memang ada cinta di antara kita, tapi cinta sebagai saudara bukan yang lain. Dia itu udah kayak saudara buat gue."
"Beneran lo nggak punya perasaan lebih ke dia? 1 % mungkin?" Gain diam. Dia mengingat kembali kenangannya bersama Arga setahun ini.
"Nggak kayaknya. Kalo gue sih enggak, buktinya dulu gue lebih milih Ivan dibanding Arga yang udah lebih dulu gue kenal."
"Tunggu! Maksud lo Arga pernah nyatain perasaannya ke elo gitu?"
"Emang gue bilang gitu ya?"
"Itu lo bilang lebih milih Ivan dibanding Arga berarti secara tidak langsung lo bilang Arga pernah nyatain perasaannya kan."
"Sok tau lo, Ren. Arga itu cuma nganggep gue adik. Katanya sih, gue itu mirip sama... aduh sama siapa ya, lupa gue." Gain berusaha keras untuk mengingat nama orang yang ia maksud. Orang yang sangat berarti dalam hidup Arga. Orang yang sampai saat ini bisa membuat seorang Arga Nuraga menangis jika mengingatnya.
Reno menanti dengan tidak sabaran. Perasaannya mendadak tidak karuan. "Ah, namanya Gina. Iya, Gina," seru Gain dengan semangatnya. Reno mencelos.
"Gi-Gina?" Reno bertanya ulang memastikan kalau telinganya tidak salah dengar, tapi dia berharap kalau dia memang salah dengar.
"Iya. Gina Maharani," jawab Gain mantap. Reno terdiam. Dia tak percaya nama itu disebut lagi. Dengan gerakan cepat Reno menoleh, menatap Gain dengan seksama.
"Jadi... begitu ya, Arga masih belum bisa move on dari kejadian itu."
"Lo kenal?"
"Iya. Gue kenal banget sama Gina, adik sepupu Arga yang 2 tahun lalu meninggal karena bunuh diri. Sekarang gue paham kenapa Arga segitu khawatirnya pas lo kenapa-napa. Dia nggak mau gagal untuk kedua kalinya."
"Gagal untuk kedua kalinya?" Reno menoleh pada Gain yang menatapnya penasaran.
Seulas senyum muncul di bibir Reno. Mengingat sosok Gina membuatnya kembali merasakan kesedihan juga kebahagiaan secara bersamaan.
"Lo emang mirip, tapi kalian berbeda. Gue tahu lo juga nggak seberani Ifo, tapi lo lebih berani dibandingkan Gina."
Kerutan di dahi Gain semakin banyak karena dia benar-benar tidak paham dengan apa yang dikatakan Reno.
Reno menengadah menatap langit yang begitu cerah. Ingatannya kembali ke kejadian 2 tahun lalu yang sempat membuat dia dan Arga terpuruk.
"Gina itu pendiam, jadi anak-anak lain sering banget jahilin dia. Mereka juga suka ngebully Gina. Karena nggak kuat dengan bullyan yang terus-terusan dia dapet meskipun ada Arga, dia mutusin buat mengkhiri hidupnya. Arga terpuruk waktu itu, dia ngerasa gagal melindungi sepupunya."
Dan Renopun menceritakan semua yang terjadi dua tahun lalu ke Gain.
***
"Yuhuuuuuuuu, Babang Iman udah balik dari tugas Negara," teriakan Iman dari kejauhan menghentikan mulut Reno yang sedari tadi bercerita. Gain mendengus sebal. "Ngerusak suasana aja si Iman," gerutunya sambil beranjak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ssstt Pacar Pura Pura
Novela JuvenilConan seorang most wanted di SMA Nasional setuju dengan usulan salah seorang sahabatnya untuk mencari pacar pura-pura hanya karena ingin menghindar dari kejaran fans dan segala macam pertanyaan membosankan dari para sahabatnya mendadak terbiasa deng...