Udara segar pagi ini bagai menyambut Nata untuk segera berangkat ke sekolah. Setelah libur yang terlewat panjang, entah mengapa tahun ini libur kenaikan nya menjadi bertambah panjang. Nata sangat tidak sabar melihat lagi kekonyolan teman sekelasnya.
"Ayo cepet dimakan sarapannya, itu juga susunya udah dingin" pinta wanita paruh baya yang masih sibuk dengan penggorengan nya itu.
Nata mendorong gelas berisi cairan coklat kental dihadapannya "Kok coklat sih Ma, Nata nggak suka Ma"
Kini,wanita itu berbalik "Sayang sama aja, cobain dulu jangan langsung bilang nggak suka"
Nata masih tak berniat menarik kembali gelas susu itu, ia masih menatap gelas itu. Ia ragu apakah ia bisa menahan muntah saat meminum susu coklat itu. Nata memutuskan untuk memakan sandwich nya terlebih dahulu.
Sesekali ia melirik jam,masih terlalu pagi. Tapi ia punya kewajiban menjemput sahabat kecil yang menjadi kesayangan nya, Nata yakin sahabatnya itu masih riweh sendiri atau bahkan belum mandi. Ya,memang seperti itulah kebiasaan sahabatnya sejak kecil.
Nata masih tetap santai memakan sandwich nya,ia mencoba cara supaya kenyang lebih lama yaitu dengan mengunyah sebanyak 23 kali,jujur Nata kurang percaya dengan artikel yang ia baca sekitar 3 hari lalu,tapi bagaimana lagi, ia tak mungkin bertahan hanya dengan sepotong sandwich hingga jam 10 nanti. Dan Nata akan tetap bersikeras untuk tak menyentuh susu coklat itu.Kadang Nata bingung apa orang tua nya lupa jika anak laki-lakinya ini sangat anti dengan susu coklat,entah lah.
Sekali lagi, Nata melirik jam tangan nya dan ia segera menyambar tas hitamnya lalu mencium tangan Mama nya. Ya,Nata harus seggera menjemput sahabat kecilnya itu. Satu-satu nya perempuan yang memanggilnya "Ata"
∫∫∫
Baru beberapa sendok aku menyuapkan sarapan kedalam mulutku, rasanya perut ku sudah kenyang, bukan karena makanan melainkan karena air yang ku minum, sungguh masakan ibu kali ini terasa pedas. Fyi,aku ini nggak suka pedas sedari kecil, makanan apapun jika sudah ada embel-embel cabe nya selalu ku hindari,sehingga tak jarang aku dijuluki "Bayi SMP" oleh Mas Akbar.
"Apa yang pedes sih dek?" Tanya laki-laki dengan jas coklat yang berada di ujung meja makan.
Aku meletakkan gelas yang isinya sudah kuhabiskan "nasinya Yah,pedes banget. Bisa-bisa adek sakit perut"
"Kamu ini udah gede sayang,harus belajar makan pedes,biar ibu nggak bingung juga mau masak apa" Ucap ibu yang ada diseberang ku.
"Yaudah,makan nya cepet dihabisin. Nata pasti bentar lagi kesini" pinta Ayah.
Aku menepuk jidat ku, bagaimana aku bisa lupa kalau Ata akan menghampiri ku,terlebih lagi Ata itu orang nya tepat waktu telat dikit aja bisa ngomel-ngomel itu bocah.
Sontak aku langsung menaruh sendok diatas piring ku,lalu segera mencium tangan 3 anggota keluarga ku untuk berpamitan, aku tak perduli nasi goreng ku yang masih separuh. Toh aku juga tak sanggup untuk menghabiskan nasi goreng itu.
Aku mendorong gagang pintu rumah ku dan..
BRAK...
"Aw..."
Suara rintihan itu membuatku segera melihat orang yang tengah memegangi jidat nya.
"yah sori ya Ta,nggak sengaja" ucapku dengan nada memelas.
"iya nggak papa,aku kok yang salah" Ata masih memegangi jidatnya. "yaudah yuk berangkat" ajaknya lalu menarik pergelangan tanganku.
Aku berjalan mengikuti laki-laki dihadapan ku,tapi aku spontan berhenti karena tak mendapati sepeda Ata dihalaman rumah ku,melainkan motor berwarna merah.
"Ta, kamu gak salah apa bawa motor?" Tanya ku yang masih berdiri di depan motor itu.
Ata segera naik dan memakai helm nya "bawel ah,cepet naik"
"Nanti kalo ditilang gimana? Kita masih kelas 2 SMP Ata"
"Bodo,naik cepet gih"
Aku pun mengehela nafas lalu segera menaiki motor itu,dan tak lupa aku memakai helm yang sudah dibawakan oleh Ata.
Sesampainya di sekolah,mereka berjalan dengan bergandengan tangan,banyak orang yang melirik kearah mereka seolah-olah iri. Bisa dikatakan mereka memang terlihat seperti orang pacaran,mereka terlihat sangat cocok.
Renata,berusaha melempar senyum ke beberapa orang yang ada dikoridor kelas 7 itu. Tak jarang satu dua lelaki yang tertarik melihat Rena,ia memang memiliki paras yang bisa memikat hati laki-laki.
Sementara manusia disamping Rena, Ata masih dengan gaya nya, ia hanya menampakkan senyum tipis, rambutnya yang berpomade itu nampak rapi, tatapan nya begitu menghangat kan terlebih dengan bola mata hazelnya itu.
"Ata wait" pekik Rena yang spontan menghetikan langkah nya.
Nata pun ikut berhenti "Apa?"
"Topi nya lupa" ucap Rena sambil menepuk jidatnya.
Nata menaikan sebelah alisnya "Topi apa?"
"Topi upacara lah, apa lagi" Rena menjadi panik "Ata pulang,nanti aku bisa dihukum" rengek nya sambil menarik tangan sepupunya itu.
"Hari ini nggak upacara babe" ucap Nata sambil menepuk jidat Rena.
Ya begitulah saudara sepupu Nata, bisa dikatakan ia adalah penyidap penyakit lupa akut, berulang kali ia selalu melupakan barang barang nya. Bahkan ia pernah lupa bahwa dirinya ulang tahun padahal sehari sebelumnya ia sudah berkoar-koar bahwa esok dirinya berulang tahun.
Nata juga yakin,hampir setiap hari Rena selalu mencari keberadaan kaus kakinya, atau bahkan buku pelajaran nya. Begitulah Rena dengan penyakit pelupanya, terkadang memang membuat kesal,tapi entah Nata selalu saja gemas saat melihat sepupunya itu panik karena melupakan sesuatu.
∫∫∫
Suasana kelas yang ramai karena masih belum ada pelajaran penuh. Keempat orang yang sedang duduk melingkar di depan kelas nampak terlihat tertawa lepas,mereka sedang asyik menceritakan pengalaman mereka ketika liburan.
Dibalik tawanya,laki-laki dengan rambut sedikit berantakan itu sedang menatap wanita pujaan nya yang sedang berantusias menceritakan liburannya. Sikap periang itulah yang membuat laki-laki ini jatuh hati dengan perempuan dengan rambut hitam itu.
Sudah sejak pertama kali bertemu, laki-laki ini langsung tertarik pada perempuan itu,namun nyali nya ciut saat ingin mengungkapkan perasaan nya. Satu lagi, perempuan pujaan nya pernah berkata bahwa ia tak suka cinta monyet masa SMP maka dari itu ia memutuskan untuk tetap menjomblo, rasa kut akan cintanya yang ditolak nantinya membuat laki-laki itu selalu berfikir berulang kali untuk sekedar mengungkapkan perasaannya.
Apakah ia bisa mengungkapkan perasaan nya? Atau tetap memuja perempuan itu dalam diam?