Bagian 8

22 3 0
                                    

Sudah 2 hari setelah Renata diperbolehkan pulang dari Rumah Sakit,tapi perempuan itu tetap saja tak bersemangat. Laki-laki yang pernah berjanji untuk menjenguk nya belum juga menampakkan batang hidung nya.

Perempuan itu berbaring lalu memeluk guling nya. Seperti ini rasanya sepi, di tinggal orang tua dan kakaknya. Ya,dirumah sendiri. Sungguh Rena menyesali perkataan nya pada ibu nya "Rena udah sembuh Bu, nggak usah ditunggu"

Baiklah,kini ia duduk di balkon kamarnya menatap ke arah rumah dengan nuansa monokrom di hadapannya. Pemilik rumah itu sudah lama tak berkunjung, ia rindu. Rena menghembuskan kasar nafasnya,teringat akan sifat dingin nya pada laki-laki bermata hazel itu "Stupid,Rena" batinnya.

∫∫∫

"Sayang,bangun. Sudah siang" suara seorang perempuan lalu disusul suara tirai yang tertarik.

Sinar matahari yang masuk melalui jendela kamar,cukup mengusik tidur ku "emmhh.. 5 menit lagi Ma" balasku.

Aku merasa ada seseorang yang duduk di ranjang ku,lalu sebuah kecupan hangat mendarat di kepala ku "Ayo bangun. Nanti telat loh"

"Iya bangun,Ma" aku mengucek mataku lalu mengarahkan rambutku ke belakang.

"Cepetan mandi,terus sarapan. Mama tunggu dibawah" Mama berjalan keluar dari kamarku.

Aku segera turun dari kasur yang memiliki gravitasi kuat ini. Berjalan malas ke arah kamar mandi. Setelah selesai mandi dan memakai seragam aku memandang wajahku yang katanya lumayan tampan ini di cermin, aku menyisir rambut ku ke belakang dan memberi sedikit gel rambut agar rapi.

"Ma,sarapan nya apa nih,baunya enak banget" Aku memeluk wanita didepanku dari belakang.

Mama berbalik "Nugget,nggak usah lebay Nata" mama mengacak pelan rambutku.

Aku cemberut lalu membenarkan tatanan rambutku "Ih mama, jangan gitu nanti Nata nggak ganteng lagi"

"Udah sana duduk" Mama menyerahkan piring yang berisi 4 nugget alphabet itu.

Aku segera duduk di meja makan dan segera melahap sarapan ku.

"Rena gimana? Udah masuk sekolah?" Tanya Mama.

Pertanyaan itu hampir membuatku tersedak,untung saja aku masih bisa mengkontrolnya "Eng.. Belum Ma" jawab ku singkat.

Mama menghembuskan nafasnya pelan "Huh,kalian kenapa? Berantem ya?" Mama sedikit menggeser tempat duduknya untuk mendekati ku "Mama liat,akhir-akhir ini kalian diem-diem an terus. Ada apa?"

Langsung saja aku menghentikan aktifitas sarapan ku,aku meletakkan sendok dan menjawab pertanyaan mama "Biasa Ma,beda pendapat"

"Kalo ada masalah itu diomongin baik-baik jangan dipendem,kalo saling diem-diem an mana bisa kelar masalahnya. Coba diomongin baik-baik,percaya sama Mama pasti dapet jalan keluarnya, asalkan kalian kalo ngobrol pakai kepala dingin,jangan emosi"

"Iya Maaa"

∫∫∫

"Dek,yakin sekolah?" Mas Akbar masih enggan melepaskan tangannya.

Aku menghembuskan nafas "yakin mas,kalo nggak yakin aku tadi pagi bangunnya molor"

"Yaudah, hati-hati. Sekolah yang bener" Mas Akbar mengacak pelan rambutku.

Aku berjalan memasuki halaman sekolah,cukup ramai karena sekitar 20 menit lagi pelajaran akan dimulai. Laki-laki dengan sweater biru sedang berjalan santai didepan ku. Dari potongan rambutnya aku sangat mengenalinya,aku segera menyamakan langkah ku dengan laki-laki itu.

VanillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang