Suara alarm di ponselku membuatku segera mengambil ponsel berwarna hitam ku dari atas nakas dan segera mematikan suara yang cukup berisik itu. Aku melihat sekilas notif dari ponselku,hanya dari grup kelas dan grup ekskul jurnal,tak adayang lain.
Gadis itu tampak nya memang sangat kecewa padaku, sebelumnya ia tak pernah membentak ku,bahkan berbicara dengan nada tinggi pun tak pernah. Aku tertawa miris,menertawai kebodohanku sendiri,keegoisan ku. Bagaimana pun juga aku tak akan bisa mendapatkan Retta.
Untuk kesekolah pun rasanya aku tak lagi bersemangat,bukan hanya hubungan ku dengan Retta saja yang berantakan tapi hubungan ku dengan Akmal dan Viona juga ikut merenggang,ya memang ini salah ku. Aku yang memulainya.
Aku segera turun dari kasur empuk ku dan masuk ke kamar mandi,setelah itu segera turun untuk sarapan sebelum Mama meneriaki ku dari bawah dengan suara yang cukup nyaring dan hal itu dapat membuat telingaku tersiksa.
Apa ini yang namanya patah hati? Apapun yang kulakukan rasanya tak enak,bahkan susu vanilla dihadapanku rasanya tak sedap. Aku hanya mengaduk ngaduk cairan berwarna putih itu.
"Kamu kenapa Nata? Ada masalah?" Tanya Papa yang membuat lamunan ku buyar.
"Ah enggak Pa,nggak tau kenapa kayak kenyang gitu" jawab ku sekenanya.
Laki-laki itu hanya menganggukkan kepalanya,lalu kembali menyantap nasi ayam dihadapan nya.
"Pa!" panggilku dengan segenap keberanian.
"Ada apa?"
Aku menggeser gelas berisi susu vanilla itu ke samping "Papa nggak ada rencana pindah tugas?"
Lagi-lagi Papa menghentikan aktifitas makan nya "memang nya kenapa? Kamu pengen pindah?"
Aku menggaruk kepala belakang ku yang sama sekali tak gatal "Emmm...nggak gitu siapa tau kan ada rencana pindah"
"4 tahun lalu waktu papa di tawari pindah ke Surabaya kamu yang nolak,sekarang kamu kok tiba-tiba pengen pindah? Nggak betah?" Kini wanita yang tengah mengambil sup ikut berbicara.
Aku hanya menggeleng lemah.
"Kan masih ada Rena,apa yang nggak kamu betahin dari dia sayang?" Tanya Mama.
Pertanyaan yang sangat sulit untuk ku jawab sekarang.
∫∫∫
Seperti orang yang belum pernah bertemu sebelumnya mereka semua saling menjauh. Memang terasa aneh,biasanya berempat sekarang hanya bertiga dan yang satunya entah kemana.
Walaupun terkesan pendiam tapi dengan menghilangnya sosok Nata sangatlah terasa di sekeliling mereka,walaupun rasa rindu itu di tutupi oleh keegoisan yang ada pada diri mereka sendiri.
"Gais,gue ke toilet bentar ya,capek jadi nyamuk terus" pamit Viona sehingga meninggalkan kedua temannya itu dikantin.
Langkah cewek berkulit putih itu terlihat terburu-buru,hingga ia hampir saja terjatuh akibat menabrak sosok dihadapannya,untung saja ia masih bisa mengkontrol keseimbangan tubuhnya.
"Nata? Sorry" ucap Viona.
Nata hanya mengangguk lalu kembali berjalan,tapi tangan Viona dengan cepat langsung menarik pergelangan tangan Nata,membuat laki-laki itu menoleh.
"Gue mau ngomong,tapi kita duduk dulu" pinta Viona.
Nata sempat menimang ajakan Viona,cewek itu rupanya sadar lalu membujuk Nata agar mengikuti permintaannya. Setelah beberapa saat barulah Nata menerima ajakan itu. Mereka berdua berjalan menuju taman sekolah.
"lo mau ngomong apa? Gue nggak punya banyak waktu" tanya Nata ketus.
Viona menghela nafas "Gue tau lo suka sama Rena,lo sayang sama Rena. Tapi nggak gini caranya,lo sama aja nyiksa hati lo Nat"
"Gue nggak ngerasa gitu" ucapku enteng,walaupun rasanya hati ini masih berat.
"Secara nggak langsung lo juga nyiksa orang lain Nat"
"siapa?"
"Lo nggak peka. Di dekat lo ada sesorang yang nungguin lo! Cewek bukan cuma Rena Nat"
Nata mengibaskan tangan nya membuat tangan gadis dihadapan nya itu melepaskan cengkramannya "Gue nggak ngerti maksud lo!" Lalu Nata pergi entah kemana.
Viona tak mampu mengejarnya,bisa dikata ia lelah,niat awalnya yang semula ingin ke toilet menjadi memudar. Cowok itu memang sekeras batu dan sedingin es, ia bahkan sama sekali tak merasa bila gadis yang tengah menahan tangis itu menaruh hati padanya,bahkan sebelum mereka bersahabat.
∫∫∫
Cowok dengan paras manis itu berjalan menghampiri cewek yang tengah duduk di bangku taman, walau hanya terlihat punggung dan rambut cewek itu cukup membuat senyumnya mengembang sempurna. Ia amat menyukai rambut cewek itu,aroma strawberry yang sangat membuatnya tenang.
"Hai!" sapanya ramah.
Gadis itu menengok lalu memberikan senyum terbaiknya "Hai,Mal"
"Udah lama ya nungguin nya?" Tanya cowok yang tengah duduk disebelah Renata.
"Belum,masih 5 menit" Renata menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga "Mau ngapain Mal,kok ngajak kesini?" Tanya Renata yang sudah penasaran.
Cowok itu menampakkan senyum jahilnya "Coba tebak mau ngapain..."
Renata mencubit perut Akmal "Ih dasar,apasi Mal bikin kepo aja sukanya"
"Aku punya..." Akmal mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya "iniiiii" ia menunjukkan novel yang sangat Rena idam idam kan.
Mata gadis itu membulat,bahkan ia menutup mulutnya karena tidak percaya "kamu dapet dimana Akmal? Ini limited edition!" Renata berusaha meraih novel yang ada ditangan cowok dihadapannya itu.
Dengan gerakan cepat Akmal menyembunyikan novel itu "Eitss,kalo mau cium dulu" ucap Akmal dengan senyum jahilnya.
Renata mendorong pipi Akmal menjauh "Ogah! Dasar mesum! Minta cium sama mimi peri sana!" cibir Renata.
Mereka pun tertawa bersama, tak ada yang tau persis apa hal lucu yang mereka tertawakan, sebegitu bahagiakah mereka?
Bagi Akmal,melihat pipi merona dan senyum malu-malu dari gadis itu adalah salah satu kebahagiaan tersendiri baginya, ia amat menyayangi gadis yang tengah memeluk erat novel yang ia berikan tadi. Ia sangat tau bahwa kekasihnya itu amat menyukai novel.
Tak jauh dari sepasang kekasih yang tengah tertawa itu ada seorang laki-laki yang tengah menatap nanar pasangan kekasih itu, hati nya teriris,padahal niat nya menuntun kaki kesini adalah menenangkan pikiran dan hatinya tetapi karena pemandangan itu bukan nya semakin baik malah ia merasa semakin hancur, ia semakin merasa bahwa cewek itu sudah tak mengharapkan nya lagi.
"Sudah tak ada celah bagiku untuk sekedar melintas ataupun masuk ke dalam pikirannya lagi" batin cowok dengan mata hazel itu.