Aku tak lagi perduli bila nantinya aku akan terkena tilang polisi atau bagaimana, yang ada di fikiran ku sekarang adalah keselamatan Retta. Beberapa kali aku menerobos lampu merah dan aku memang sudah tak perduli itu. Setelah sampai di rumah sakit aku segera menggendong Retta masuk, wajahnya penuh dengan darah,bahkan ia tampak seperti monster.
Beberapa perawat langsung mengambil alih Retta dan segera menanganinya. Aku segera mengeluarkan ponselku dan mencari kontak Kak Akbar. Cukup lama nada sambung terdengar.
"halo? Kenapa Nat?"
"Kak,Retta mimisan lagi,ini saya bawa kerumah sakit"
"HAH? Yaudah gue otw sekarang"
Setelah itu sambungan telfon sudah diputus.
Aku melihat beberpa room-chat di line ku,pandangan ku terhenti ketika melihat grup dengan nama "The Comels" ya,itu adalah grup ku beserta Akmal,Retta dan Viona. Sudah lama grup chat itu sepi padahal dulu nya sebelum aku memulai semua ini grup chat itu selalu ramai bahkan sehari nya bisa mencapai 3000 pesan atau bahkan lebih.
Berkali-kali aku mengetik pesan di room chat itu,tapi nyatanya aku tetap saja tak berani mengirim pesan itu, rasanya aku terlalu banyak melakukan kesalahan pada sahabat-sahabatku itu,aku yang memulai semua ini.
Nata Putra : retta masuk RS.
2 detik setalah aku menekan tombol send dokter pun keluar dari ruangan tempat Retta tadi di tangani. Aku bangkit dan segera menghampiri laki-laki dengan jas putuh dan stetoskop yang mengalung di lehernya.
"Gimana keadaan Renata dok ?"
Laki-laki itu diam beberapa saat "apa anda saudara dari pasien itu?"
Aku mengganggukkan kepala dengan cepat,tanpa berfikir dahulu.
"Pasien terlalu capek saja dan maag nya kambuh. Sebaiknya setelah ini pasien harus banyak istirahat sampai kondisinya benar benar pulih"
"Gimana adek saya dok? Baik baik aja kan? Tanya cowok disebelah ku dengan nafas yang masih tersenggal-senggal.
Dokter itu mengela nafas "Dia terlalu kecapekan. Apa akhir-akhir ini pasien sedang banyak kegiatan?" tannya dokter itu.
Kak Akbar nampak mengerutkan kening nya "Em... sepertinya tidak dok"
"Mungkin dari fikiran pasien yang terlalu berat sehingga membuatnya kecapekan, disini peran orang terdekatnya sangat penting,sebaiknya kalian bicarakan pelan-pelan dengan pasien tentang masalahnya"
Kak Akbar mengangguk paham "apa saya boleh masuk?" tanya kak Akbar.
Dokter itu mengangguk "Silahkan"
Buru-buru Kak Akbar masuk kedalam kamar rawat inap Retta aku hanya mengekor pada Kak Akbar,sungguh cowok dengan tatapan cuek ini sangat menyayangi adiknya, ia sangat khawatir pada kondisi adik satu-satunya ini. Rasa sayang nya begitu besar untuk Retta.
∫∫∫
Gadis itu mengerjapkan matanya berkali kali untuk memperjelas pandangan nya yang sedikit blur itu, ia kenal bau ini namun sedikit asing,ini bukan bau kamarnya,bahkan selimut hijau yang menutupi ujung kaki sampai perutnya itu juga bukan miliknya,ia mengucek matanya tapi ia sadar satu hal di tangan kirinya terdapat jarum infus. Ya dia berada di rumah sakit.
Ia menengok kearah kanan dan mendapati seorang lelaki yang tengah menundukkan kepalanya di kedua lipatan tangan nya "Mas Akbar" panggil gadis itu dengan suara serak.
Merasa terpanggil cowok itu mendongak "Dek,gimana?" tanya laki-laki itu spontan.
Gadis itu menjawab dengan melengkungkan bibir pucat nyaiatu keatas.