PROLOG

11 4 1
                                    

Ku tak ingat pasti,

Berapa detik yang kulalui tanpa senyuman itu,

Senyuman manis, indah menggerogoti.

Ku tak mengerti,

Berapa rintih tetes hujan yang jatuh setelah keabu-abuanmu?

Hujan seakan memasung rasa tak henti di dada ini,

Rasa yang terus bergulir, terus memborbadir.

Namun, terus menerus melakukan, layaknya hujan yang jatuh bersama luka.

Tetap ku bangga menjadi hujan,

Yang selalu kasih dalam membagi rasa,

Meski hanya pilu yang menggeluti dirinya.

Hidup memang keras, pahit, kadang juga menggelitik

Tak peduli akan ribuan asa yang pudar,

Tak kurasa lagi rintihan pilu yang menggelegar,

Semua seakan semu,

Ketika pelangi menghiasi kebiruan angkasa,

Singkat saja,

Pelangi itu senyummu, sayang.

COMPLICATEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang