"Hyung!" Jungkook memanggil Taehyung yang duduk bersama seorang laki-laki. "Apa kau melihat Jimin hyung? Ada yang--Oh! Jimin hyung?"
"Oh, Jungkookie~ Ada apa?" tanya Tae sambil berdiri. Jimin yang tadinya duduk juga ikutan berdiri.
"Tadi Yoon--"
"JIMIN!" Terlihat dari kejauhan Yoongi sedang berjalan ke arah mereka. Raut wajahnya berbeda seperti hari-hari biasanya.
"MAKIN DINGIN AJA DIA HARI INI!" Jimin mendengus pelan seraya membuat wajahnya kesal.
"Darimana aja lu?!" seru Yoongi pada Jimin. "Nona L sudah mencarimu kemana-mana. Ayo ikut aku."
Dengan wajah cemberut, Jimin hanya pasrah ketika tangannya ditarik oleh Yoongi.
"Jangan telat masuk kelas, Jimin!" pesan Taehyung pada Jimin yang berjalan menjauh.
Jimin hanya mengancungkan jempol.
"Kau darimana saja tadi?!"
Laki-laki itu terkejut mendengar seruan hyung dingin itu. "Kan hyung sudah lihat. Aku di halaman belakang sekolah," jawab Jimin dengan malas.
Jimin mendengar Yoongi menghembuskan nafas dengan keras. "Kau kan tahu apa yang terjadi jika aku tidak mempertemukanmu dengan nona L."
"Yoongi hyung itu... memang kelihatan jahat dan dingin. Tapi sebenarnya dia sangat baik."
"Aku bisa dalam masalah jika aku tidak bisa menemukanmu tahu!" lanjut Yoongi masih dengan nada kesal.
"Kalau kau membencinya, itu akan membuat kepalamu semakin sakit."
"Bagaimana jika kau tidak kutemukan?"
Jimin merasakan Yoongi memegang tangannya dengan kuat. "Nona L bisa saja membunuhku."
"Jadi kau hanya perlu belajar untuk menyukainya."
"Yoongi hyung...?"
Yoongi berhenti melangkah ketika Jimin memanggil namanya. Ia berbalik dan menatap Jimin yang melepaskan pegangan tangannya. "Aku tahu hyung itu kelihatan sangat dingin di luar, tapi sebenarnya kau itu baik."
Sebelah alis Yoongi naik sebelah, terlihat bingung. Fokus, Jimin. Fokus. Apa lagi yang harus kukatakan?!
"Tapi berhentilah bersikap dingin padaku!" tegas Jimin. "Kau... mungkin juga bersikap dingin dengan orang lain, tapi berhentilah melakukan itu padaku. Karena aku... menyukai hyung."
Jimin langsung berhenti bicara ketika melihat Yoongi mematung, membelalakkan matanya. Dengan tatapan yang tajam, laki-laki dingin itu langsung mendorong Jimin ke belakang dengan kuat. Punggung Jimin terasa sangat sakit ketika membentur tanah. Lalu pandangannya menjadi gelap setelah mendengar suara dentuman keras.
***
"Sudah kubilang, seharusnya kau lebih berhati-hati," keluh Nona L, khawatir.
Tubuh laki-laki itu sekarang terbaring di ranjang rumah sakit, penuh perban dan gips. Beberapa waktu lalu, Yoongi mendorong Jimin agar dirinya tidak tertimpa batang pohon yang jatuh.
Memang sebelumnya ia melihat Jimin sempat pingsan karena ia mendorongnya terlalu kuat, namun ia tak ingat apa-apa lagi ketika pohon itu sudah tumbang menimpanya.
"Memangnya kau ingin Jimin yang tertimpa pohon?" Yoongi memalingkan muka dari nona L dengan malas.
Nona L hanya menghelas nafas berat. "Maaf. Tapi terima kasih ya."
Langkah kaki Nona L terus melangkah hingga keluar dari kamar rawat Yoongi. Baru saja ia akan tidur, pintu kamar rawatnya terbuka lebar, membawa keributan.
"YOONGI HYUNG!"
"Terima kasih atas petunjuk arahnya." Jin membungkuk pada seorang perawat.
"Yoongi hyung? Dimana?!"
"HOI! Kecilkan suara kalian! Ini rumah sakit tahu!" pekik Jin. "Dan Namjoon! Jangan hancurkan jendela apapun!"
"Baiklah..." keluh namjoon mengurungkan niatnya untuk menyentuh kaca jendela.
"Padahal kupikir aku akan pergi dengan damai--"
"Jangan pergi! Aku masih ada hutang padamu!" pekik Hoseok seraya memeluk tubuh Yoongi yang penuh luka.
"Hutang? Uhhh... oh! Hutangmu yang 300.000 won itu kan?!"
"E-eh... hyung masih ingat ya?"
"Bagaimana keadaan hyung?" Jungkook yang paling muda disitu memandang Yoongi dengan prihatin.
Yoongi meringis sebentar setelah Hoseok melepaskan pelukannya. "Ck, biasa aja tuh..."
Ia melihat Jimin di belakang Jungkook, menatapnya dengan takut-takut. "Bagaimana dengan keadaanmu?"
Jimin mendongakkan wajahnya. "Aku kan tidak ikut tertimpa, jadi keadaanku baik-baik saja--"
"Dan punggungmu?" potong Yoongi cepat. "Jangan pikir aku tidak melihatmu pingsan saat aku mendorongmu."
"Err... tidak terlalu sakit. Hanya perih sedikit saja." Jimin menolak untuk berkontak mata dengan Yoongi.
"Karena keadaanmu belum sepenuhnya fit, urusan eskul biar aku saja yang urus," ucap Jin penuh pengertian.
"Ah, hyung tak perlu melakukan itu--"
"Ini perintah Nona L."
Mendengar nama Nona L, Yoongi langsung terdiam. Ia jadi ingat hari dimana Jimin bilang kalau ia menyukainya.
Yoongi memang tahu maksudnya bukan "suka" dalam hal itu. Tapi Jimin dan Nona L memiliki wajah yang lumayan mirip, sehingga Yoongi mengira kemarin Nona L yang mengatakannya, bukan Jimin.
"... terserahmu saja."
***
"Semoga cepat sembuh hyung!"
Setelah keenam orang itu pergi, Yoongi akhirnya bisa merasakn apa itu kedamaian. Ia memang membenci keributan, tapi melihat banyak orang yang mengkhawatirkannya membuat Yoongi tersentuh.
Mata sipitnya menangkap sebuah amplop di atas meja, tepat samping ranjang rumah sakit Yoongi. Ia membuka dan membaca surat itu. Bisa ia rasakan bibirnya membentuk simpulan kecil.
Untuk Yoongi hyung,
Maaf sebelumnya aku membuatmu menderita dengan memasukkanmu ke dalam rumah sakit. Tapi aku juga ingin berterima kasih atas kebaikanmu karena telah menolongku. Aku senang mempunyai hyung sepertimu.Park Jimin
***
Laki-laki itu pingsan, dikerubungi oleh banyak orang berpakaian serba hitam. Wajahnya penuh memar dan goresan.
"Bagaimana sekarang?"
"Bukankah ini rencanamu? Kau yang bilang mau menyimpannya."
"Dia milikku!"
"Dengar, kita akan sembunyikan di tempat persembunyian kita. Tapi yang pasti, jangan sampai si ketua osis itu mengetahuinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAMA BTS
FanfictionHanya berupa kumpulan cerita pendek biasa tentang keseharian para makhluk-makhluk ter-absurd sejagat raya.