"Eh? Ternyata kau?!" seru Yoongi ketika melihat seorang laki-laki berjubah yang kemarin menabraknya. "Mau apa kau kesini?!"
"Maaf," cicitnya pelan. "Aku hanya ingin memberikan permintaan maafku yang terlambat kemarin. Maafkan aku ya."
Yoongi masih menatap laki-laki itu dengan seksama. Lalu ia mendesah, "Hm, gak apa-apa." Ia pun kembali menyapu halaman depannya.
"Jimin."
Tiba-tiba Yoongi melemparkan gagang sapunya ke tanah, terkejut karena laki-laki berjubah itu masih ada di sana. "KAU MASIH DISINI RUPANYA?!"
"Namaku Jimin," lanjut laki-laki--Jimin-- itu tanpa meladeni keterkejutan Yoongi.
Yoongi berpikir keras untuk apa dia harus mengingat nama anak itu. Tapi karena ia tak ingin diganggu, Yoongi menjawab, "Baiklah. Aku akan mengingatnya."
Jimin tersenyum kecil di balik jubahnya lalu meninggalkan Yoongi di halaman belakang. "Dasar aneh!"
"SIAPA YANG KAU SEBUT ANEH HAH?!" Jin secara tiba-tiba muncul dari pintu depan.
"Yang pasti bukan hyung," dengus Yoongi. "Ada orang aneh yang berjubah memberitahukan namanya. Bukankah itu aneh?"
"Siapa namaya? Jangan bilang namanya juga aneh--"
"Jimin."
Mendadak mata Jin terbelalak. "J-JIMIN?!"
"Jangan teriak-teriak bisa gak sih?!" Yoongi ikutan menjerit. "Namanya Jimin. Dia langsung mengatakan itu lalu pergi."
"Kau beruntung sekali!" Jin memegang kedua bahu Yoongi dengan kuat. "Dia itu pangeran negri ini! Yang paling kaya, paling dihormati! Kau beruntung! Aku bangga padamu!!!"
"Apa maksud hyung?" tanya Yooongi bingung. "Dia bahkan menabrakku kemarin hingga aku terjatuh. Apa itu yang disebut beruntung?"
"Bahkan dia juga menabrakmu?! Mana bajumu yng kemarin. Jangan sampai dicuci--"
"Hyung, cukup ocehanmu," ucap Yoongi datar. "Aku tidak tahu denganmu, tapi aku nggak sudi untuk--"
"Kau harus!" Tanpa dilanjutkan lagi, sepertinya Jin sudah tahu apa yang akan dikatakan Yoongi. "Kau harus menjadi temannya. Kita tidak bermaksud untuk memeras uangnya atau apapun, tapi menambah teman itu bagus untukmu--"
"Jangan."
Kata terakhir itu bukan diucapkan oleh Yoongi--serius, bahkan Yoongi terkejut mendengarnya--melainkan seseorang yang ada di belakang mereka.
"Hyung jangan mendekati orang bernama Jimin itu," desak Taehyung yang menatap mereka berdua dengan tak biasa. "Dia berbahaya."
***
Yoongi selalu menganggap Taehyung aneh. Jin bilang, dia menemukannya secara tiba-tiba di teras rumah mereka. Saat itu Taehyung berusia 6 tahun, basah kuyup sambil menangis seraya melihat Jin. Karena iba, Jin terpaksa merawatnya dan kini dia menjadi adik mereka.
Intinya, Taehyung bukanlah adik yang satu darah dengan mereka. Itu sebabnya Yoongi selalu menganggapnya sangat aneh (walaupun adik kandungnya, Jungkook, juga sama anehnya).
Tapi tadi, Yoongi cukup terkejut melihat perubahan Taehyung. Selama ini Taehyung selalu bersikap menyebalkan dan usil. Apa-apa teriak, apa-apa tanding sama Jungkook, apa-apa ribut. Dan jujur saja, Yoongi sempat merinding melihatnya tadi.
"Jangan dekati dia hyung." Yoongi ingat bagaimana cara mata Taehyung menatap mereka berdua dengan tajam, seolah-olah sangat membenci orang yang bernama Jimin itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DRAMA BTS
FanfictionHanya berupa kumpulan cerita pendek biasa tentang keseharian para makhluk-makhluk ter-absurd sejagat raya.