Chapter 8

1.3K 110 5
                                    

"Ini keputusan terbaikku, dan kamu harus tanggungjawab untuk selalu ada disisiku -Devin"

"Devinnnnnnnn?!" teriak ketiga temannya itu

Marsha mengangguk
"Semoga lo mau terima tawaran gue ya vin, sekolah ini butuh lo, kita semua butuh lo" batin Marsha

"Lo yakin sha?!" tanya Ruth kaget

"Lo gak salah ngomong kan sha?!" timpal Vanya

"Devin bisa nyanyi? Dari smp aja aku gak pernah liat atau denger dia nyanyi sha" kini Zalfa angkat bicara

"Hahaha lucu lo sha, lo kan bilang kalo dia cuma bisa ngomong hmm doang" Ruth sambil tertawa

"Heem mana mungkin dia bisa nyanyi" balas Vanya yg dibarengi anggukan Zalfa

Marsha melihat ke arah teman2nya itu "Kalian salah.." ucap Marsha

"Maksud lo?" tanya Vanya

Marsha pun menceritakan kisah hidup Devin kepada mereka, dan tak lupa dia juga bercerita tentang suara Devin yg sangat bagus

"Lo tau darimana sha tentang Devin?" tanya Vanya terenyuh

"Kok gue jadi iba ya ke si Devin" Ruth pun memasang mukanya yg sedih

"Gue tau dari Angga van, dia juga tau dari teman SMP nya"

Mendengar Marsha, Zalfa pun teringat sesuatu "Pantesan aja sha, dulu pas perpisahan SMP si Devin dijemput sama polisi. Mungkin karna itu ya"

"Ya mungkin zal. Oh iya kalian juga harus percaya sama gue kalo Devin tuh punya suara yg sangat bagus. Gue liat dan denger sendiri, sumpah" ucap Marsha

"Biasa aja kali sha gak usah pake sumpah segala, kita percaya kok" jawab Zalfa dan dibarengi anggukan Vanya Ruth.

Marsha tersenyum dan merangkul ketiga temannya itu. Kini mereka kembali ke kelas dan melanjutkan pelajaran.

Bel pulang pun berbunyi, mereka meninggalkan kelasnya masing2.
Seperti biasa Vanya dan Malvin akan pamit terlebih dahulu, dan disusul dengan Angga dan Marsha. Sekarang Ridwan yg merasa dekat dengan Zalfa pun mengantarkannya pulang.
Tersisa Ruth dan Bastian yg saling melirik

"Ruth, kamu dijemput?" tanya Bastian

Ruth menjawab pertanyaan Bastian "Engga kak, sekarang aku gak punya supir lagi. Dia berhenti kerja dirumah aku kak Bas"

"Kalo gitu pulang bareng aku aja ya, kita kan searah. Dan mulai sekarang sampe nanti kamu punya supir lagi, kamu bareng aku aja" Bastian melirik senyum ke arah Ruth

"Kak Bastian... " gumam Ruth

"Kenapa? Kamu gak mau Ruth?" tanya Bastian

"Bukan gitu emm anu...

Bastian pun tertawa melihat tingkah Ruth "Hahaha kamu ini, ayok" menggenggam tangan Ruth

"Keajaiban datang, sekarang kak Bastian selalu deket sama aku bahkan dia ingin mengantarku pulang. Akhirnya...." batin Ruth tersenyum bahagia

¤¤¤

Diperjalanan menuju TPU, mobil hitam itu melaju dengan cepat. Sesampainya disana, Devin menghampiri makam kedua orangtuanya sambil membawa dua buah bunga mawar merah. Diletakkan nya bunga itu diatas nisan, Devin menceritakan keadaanya disekolah sambil meneteskan air matanya. Tidak lupa juga Devin menceritakan seorang wanita yg selalu mengajaknya bicara dihadapan makam tersebut.

"Mah, Pah aku bingung. Keputusan apa yg harus aku pilih, kalian tau musik adalah hidupku, kalian tau aku sangat ingin bernyanyi dihadapan banyak orang, dan mendapatkan tepuk tangan tapi disisi lain aku gak bisa, aku gak punya teman untuk membimbingku disana" isak Devin

Tiba2 Devin teringat Marsha

"Apa dia yg akan menjadi temanku Mah, Pah? Apa dia yg bakal membimbingku ke dalam hidupku? Karna hanya dia yg selalu mengajakku bicara. Tolong Mah, Pah kasih aku jawaban atas pilihan ini" isak Devin lagi

Setelah merasa lega dengan semua yg Devin ceritakan, ia pamit dan mencium kedua nisan orangtuanya itu.
Devin meninggalkan TPU dan pulang ke rumahnya

¤¤¤

Matahari mulai terbit menyinari seluruh dunia. Hari baru pun datang, seperti biasa Marsha dan Angga pergi ke sekolah menggunakan mobil. Hari ini adalah hari bahagia mereka, karna mendapat kesempatan sebagai perwakilan sekolah diajang Perlombaan Menyanyi. Dengan rasa bahagianya mereka menyetel sebuah lagu yg sedang booming

Despacito..
Quiero respirar tu cuello despacito
Deja que te diga cosas al oido
Para que te acuerdes si no estas conmigo
Despacito....
Quiero desnudarte a besos despacito
Firmo en las paredes de tu laberinto
Y hacer de tu cuerpo todo un manuscrito
Sube, sube, sube
Sube, sube

Mereka pun melirik satu sama lain dan tetawa bersama. Kini mereka pun tiba disekolah, dengan senangnya Marsha langsung meninggalkan Angga tanpa pamit. Angga merasa heran, tidak biasanya Marsha seperti itu tapi dari kemarin Marsha selalu meninggalkan Angga.

Marsha berjalan menyusuri koridor sekolah. Bukan kelas yg ia tuju melainkan ruang musik yg sudah tidak digunakan lagi. Dengan pedenya dia masuk ke ruangan tersebut

"Halo vin" Ucap Marsha penuh semangat

Devin tidak menjawab sapaan Marsha tersebut, ia malah terus memainkan tuts piano

"Pantes aja lo gak punya temen" gumam Marsha

"Gimana tawaran aku kemarin? Kamu pasti mau kan vin"

Tiba2 Devin berkata "Karna itu... "

"Maksud lo?"

"Gue gak punya temen, karna itu gue gak pernah terlihat disini karna setiap jam kosong yg gue tuju bukanlah kantin atau lapangan, melainkan tempat ini." ucap Devin

Marsha terdiam

"Musik adalah hidup gue, gue punya mimpi bernyanyi dihadapan banyak orang..." Belum selesai Devin bicara

"Kenalin gue Marsha kelas XI IPA 2, gue anak musik dan gue adalah adiknya Bastian ketua osis disini. Sekarang kita teman vin" ucp Marsha sambil menjulurkan tangannya

"Gue terima tawaran lo" balas Devin dan melangkah pergi

"Astaga gak sopan banget sih, sabar... sabar" gumam Marsha

Kini langkah Devin terhenti dan berbalik ke arah Marsha

"Gue udah terima tawaran lo, tapi gue minta satu hal sama lo" ucap Devin

"Apa?"

"Lo harus tanggungjawab bimbing gue disana, karna gue cuma punya lo. Gue gak tau sama siapa2 lagi selain lo" meninggalkan Marsha

Mendengar hal itu, hati Marsha berdetak tak karuan.

"Kenapa aku degdegan gini, setiap Dia menatapku dan mengucapkan hal ini. Apa aku suka dia? Gak mungkin! Yg aku suka cuma Angga, ya Angga" batin Marsha

.
.
.
.
.
.
.
Wah gimana nih kok Marsha suka Devin dan Angga sih 😂😂
Makasih ya kalian yg selalu support cerita aku 😊 Jangan lupa vote dan komen😊😊

Secret LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang