██████████
Petang kali ini agak sedikit mendung, awan gelap di atas sana menambah kesan haru pada bumi. Entah sejak kapan, tapi saat aku tersadar, aku hanya tengah memperhatikan rintik hujan yang sedang turun.
Aku berdiri di depan coffee shop tanpa ingat kapan aku berhenti berlari. Pakaian sekolahku sudah basah di bagian lengan, yang lainnya hanyalah totol-totol di bagian dada, punggung, dan rok seragam.
Satu hal, semoga hujan tidak berlangsung lama, karena setelah kuingat ternyata aku sedang buru-buru. Minggu ini aku akan selesai mengikuti hagwon.
Dari kejauhan kulihat seseorang berlari mendekat ke arahku, mungkin dia juga berniat untuk menunggu hujan reda.
Sialnya, orang itu adalah seseorang yang kukenal, namanya Oh Sehun.
Sehun menurunkan tangannya yang tadi sempat dia gunakan untuk menutupi kepala, tatapannya beralih padaku. Sesaat kupikir dia memergokiku tengah menatapnya, tapi ternyata tidak, aku memang tidak beruntung.
Dia tetap Sehun yang hanya akan tidak sengaja melihat ke arahku, bukan tipe pria yang dengan senang hati meluangkan waktunya untuk memperhatikanku.
Aku tidak suka mengakui jika ternyata aku yang terus penasaran padanya, aku yang lebih dulu menyukainya. Sialnya, perasaan itu sudah sah kuakui.
"Kau basah, Yoong."
Aku terperanjat sesaat ketika punggungku mendapat serangan dari belakang, astaga, seragamku semakin basah karenanya.
"Yak! Kau membuatku basah." Umpatku saat dia sudah cengengesan mengejekku. Lalu pria tinggi itu mengerling nakal dengan tatapan jahilnya.
"Ah, jadi aku membuatmu basah ya? Bagian mana?" Katanya.
Aku memicing padanya, "Otakmu masuk jalur mana, Park Chanyeol?"
Pria itu malah tertawa keras, tanpa ingat tempat, ya ampun, ini bukan di kebun binatang.
"Punggungmu yang basah ternyata. Otakku sedang realistis." Ucapnya.
Haha, Park Chanyeol, dia pandai sekali menjebak dengan kata-katanya. Aku tahu jika otaknya salah jalur, tapi mendebatnya bukan hal yang baik terlebih aku adalah orang yang tahu tempat...
——dan ada Sehun di ujung sana.
Semoga dia tidak mendengar.
Aku mendengus menyikapi kelakuan Chanyeol, itu sudah biasa, tapi bagiku yang biasa itu membosankan.
"Kau pasti pulang malam 'kan?"
Aku mengangguk malas padanya. "Hm. Kenapa? Mau menjemputku?"
"Jika kau tidak keberatan."
Eh?
"Hei, Park Chanyeol, kau waras?"
"Tentu saja, memangnya kenapa?"
"KAU SUNGGUH MAU MENJEMPUTKU?"
Kulihat Chanyeol menutup telinganya rapat, sepertinya aku memang keterlaluan. Kupikir aku terkadang lupa tempat juga, buktinya aku baru saja berteriak, hehe.
"Iya, kau pikir untuk apa aku mengikutimu dari tadi?"
"KAU MENGIKUTIKU?"
"Hm." Dia mengangguk dengan lebih santai, lantas mengimbuhkan, "...aku ingin mengantarmu hagwon, menunggumu, lalu pulang bersama."
Sepertinya ekspresiku sangat jelek saat ini. Sebenarnya ajakannya sungguh di luar dugaan, aku benar-benar tidak percaya jika seorang Park Chanyeol bisa berkata begitu. Ditambah pembawaannya lebih tenang dari biasanya.
"Kau serius?"
"Hm."
Kulihat awan mendung di atas sana, lalu tatapanku turun mengikuti arah rintik hujan, kemudian masih menemukan Sehun di ujung sana.
Dia terdiam senyap dengan headset di telinganya. Dia keren, kuakui.
Andai saja Sehun lah yang berkata begitu. Tapi Chanyeol pun tidak masalah, aku memang butuh keberadaannya.
"Apa saat ini kau sedang berandai-andai jika Sehun yang akan mengantarmu?" Tanyanya.
Aku terhenyak. Chanyeol memang tahu jika aku menyukai Sehun, tapi dia benar-benar tidak tahu tempat saat mengatakannya. Dia teman, tapi musuh di saat bersamaan.
Kuharap Sehun tidak dengar, lagi.
"Hanya berandai, haha." Jawabku tertawa garing.
Chanyeol kemudian terkekeh lalu menatapku. "Apa tidak masalah jika aku mengantarnya?"
Tatapanku melihat senyum kecil di bibir Chanyeol.
"Aku berterima kasih karena kau mau mengantarku." Ucapku menjawabnya.
"Baiklah." Katanya.
Chanyeol melepas earphone yang tadi dipakainya, sebenarnya aku tidak melihat itu sebelumnya. Pria itu berkata, "Aku tidak bicara padamu, Im Yoona."
"Hah?"
Chanyeol menunjuk sesuatu dengan dagunya, melihat itu, aku pun memutar tubuhku ke belakang.
"Kau pikir untuk apa aku di sini? Kau pikir hanya kau yang mengikutinya?"
Sehun berdiri di depanku lalu menarik tubuhku ke dekatnya. Tatapannya lurus menerjang Chanyeol yang tengah tersenyum kecil.
Aku terperangah.
"Jangan telpon aku hanya untuk mengatakan hal semacam tadi..." Lanjut Sehun sambil melepas headset di telinga, lalu menggantungkannya di leher.
"...tidak boleh, kau tidak boleh mengantar atau pun menjemputnya!" Ulang Sehun lagi.
Ya ampun, ekspresiku pasti semakin jelek. Apa-apaan ini?
"Sehun?" Ungkapku tak percaya.
"Apa? Mau tidak mau, kau harus mau." Katanya lalu menarik tanganku menerjang hujan.
Untunglah hujan tidak turun dengan deras, jadi seragamku tidak sampai basah kuyup karenanya. Aku berlari masih menatap lekat wajahnya.
Rintik hujan membasahi wajahku yang menengadah menatapnya. Semakin lama wajahku jadi semakin basah.
Aku menutup mata lalu membukanya lagi, kemudian mendapati Soojung tengah memercikkan air dari gayung yang dipegangnya.
Aku sepenuhnya sadar jika kebaikan Sehun hanya sebuah ilusi yang tidak sengaja kudapat dari mimpi indah yang sebenarnya buruk.
Mimpi itu membuatku semakin jatuh pada Sehun, padahal pada kenyataannya, Sehun tidak melakukan apapun. Dia hanya ilusi yang kubuat untuk menyakiti diriku sendiri.
Segala hal yang melukaiku, itu buruk. Walaupun hanya sekedar mimpi.
tbc.
17-09-2017
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Illussion ✔ | YoonHun
FanfictionHadirnya Sehun adalah nyata. Sehun berada di dekat Yoona, tapi Yoona tak bisa meraihnya. Ingin menelan perasaan yang bersemi, tapi semakin Yoona mencoba mendorongnya, sebuah perangkap seperti menjerat leher gadis itu. Pada akhirnya langkah Yoona per...