██████████
Orang tak mempercayai kalimat yang diawali dengan kata 'mungkin', aku pun begitu. Itu hanya sebuah bukti keraguan, bahwa suatu hal belum terbukti kebenarannya.
Tapi siapa yang membuat istilah, 'mimpi di kala rindu'? Bukankah suatu istilah akan muncul setelah satu orang mengalaminya? Lalu dipercaya oleh sebagian orang ketika orang itu juga mengalaminya.
Aku salah satunya.
Hampir di setiap malam yang kulalui, aku rindu Sehun. Lalu aku akan memimpikannya.
Apapun itu.
Mimpi yang membuatku semakin jatuh cinta padanya. Padahal Sehun tak melakukan apapun.
Sudah kubilang, bukan? Pemuda itu seperti ilusi yang kubuat sendiri. Ketika aku sedang bersedih, kembali pada masa dimana aku bersama dengannya, aku menciptakan ilusi dimana Sehun ada bersamaku. Tidak dengan mengulangnya, tapi rasanya seperti menciptakan momen yang membahagiakan, yang membuatku antusias.
Aku memimpikannya karena di setiap hari-hariku, aku merindukannya.
Tapi sekarang tidak.
'Mimpi di kala rindu', aku tidak mengalaminya lagi. Karena Sehun sudah berada dalam radarku. Berada dalam jarak yang bisa kugapai.
Kemudian aku menjadi takut.
Duduk dekat satu-satunya pohon tua di wilayah gedung SMA-ku, aku menerima hembusan angin yang rupanya semakin menusuk kulit. Aku ingat jika aku memikirkan banyak hal, tapi presensi Chanyeol di depan sana jelas tak dapat kutampik.
Aku melihatnya tersenyum cerah, seperti biasa, masih sama seperti dulu. Laki-laki itu duduk di sebelahku tapi rasanya lidahku kelu. Padahal setidaknya aku akan menyapanya, entah kenapa untuk kali ini aku hanya ingin menangis saja.
"Kenapa hobi sekali menyendiri di sini? Kau terlihat seperti gelandangan, tahu?"
Chanyeol melipat kakinya, menggerutu tanpa menatapku.
"Dan kau datang, menemani gelandangan ini." Kataku membalasnya.
Kali ini Chanyeol balas menatapku, aku tahu dia sedang khawatir. "Apa ada yang mengganggu pikiranmu? Kau bisa bercerita padaku." Ujarnya.
Aku menggeleng pelan. "Kupikir hanya terlalu banyak belajar." Kataku lantas terkekeh. "Tidak perlu khawatir, ujian akhir akan segera lewat." Imbuhku.
Chanyeol yang berada dalam jarak pandangku masih sama seperti Chanyeol yang dulu. Dia yang peduli pada teman, tak pernah membiarkanku sendirian.
Tapi akhir-akhir ini aku merasa menyesal. Aku banyak memikirkan alasanku pindah sekolah.
Saat itu yang membuatku nekad hanya karena tidak terima dipisahkan.
Sehun dan Chanyeol pindah sekolah setelah mendapat perawatan pasca kecelakaan yang menimpa kami.
Aku merasa bersalah.
Dan aku tahu betul kalau caraku salah.
Aku datang menemui dua pemuda itu, sebagai orang baru karena mereka tidak ingat aku. Kupikir dengan kembalinya aku pada mereka, aku bisa memperbaiki semuanya. Melupakan perasaanku pada Sehun, lalu berteman seperti dulu. Setidaknya mengobati rasa bersalahku. Alangkah beruntungnya aku karena Chanyeol dan Sehun tidak ingat apapun tentangku.
Aku memulainya lagi dengan Chanyeol, tapi rupanya aku tidak bisa melupakan perasaanku pada Sehun.
Aku masih mencintainya, dan semakin mencintainya.
Sampai pada titik ini.
Ketika kedatangan Sehun juga mengejutkanku. Laki-laki itu berdiri tepat di hadapan aku dan Chanyeol, membuat kami mendongak.
"Tamu tak diundang." Chanyeol bergumam, dan aku yakin Sehun mendengarnya. "Kau sudah selesaikan Hagwon-mu, Hun?" Pemuda itu lanjut bertanya.
Sehun mengangguk. Lantas ikut duduk di samping Chanyeol. "Kepalaku seperti mau meledak." Katanya memprotes, membuat Chanyeol terkekeh.
Aku lihat ketika Chanyeol menepuk pundak Sehun, rasanya seperti kembali pada masa yang lalu. Aku terharu, tapi tetap takut.
Saat pertama aku datang ke sekolah ini, Chanyeol adalah yang pertama kusapa. Laki-laki itu tetap humble dan mudah akrab, karena itu pula aku dekat dengannya.
Di samping itu, pada minggu pertama sekolahku, aku menemukan fakta bahwa Chanyeol sudah lebih dulu dekat dengan Sehun, dan aku bisa pastikan jika keduanya memulai lembar baru pertemanan. Tapi yang paling membuatku menyesal adalah, di minggu pertama itu pula, Chanyeol mengetahui satu rahasiaku, bahwa aku menyukai Sehun.
Chanyeol saat itu begitu antusias ketika aku mengakuinya. Bahkan hampir membuatku lupa jika kami pernah berada dalam lingkar yang begitu dekat. Aku seperti mendapat dukungan psikis padahal waktu itu aku benar-benar menyerah pada Sehun.
Chanyeol membangkitkan semangatku untuk berada di dekat Sehun.
Aku pernah hampir lupa, lalu diingatkan kembali ketika aku berhasil dekat dengan Sehun. Rasanya aku benar-benar menyesal, seperti melakukan kesalahan yang sama. Dulu, Chanyeol juga terlihat antusias saat aku mengatakan bahwa aku menyukai Sehun, tapi faktanya, kecelakaan waktu lalu membuatku tahu bahwa Chanyeol tak seantusias yang pria itu perlihatkan.
Chanyeol menyukaiku dan tak pernah sedikit pun terpikirkan atau membuatku curiga. Aku hanya menggebu-gebu, tanpa tahu jika aku sedang menggoreskan luka padanya.
Jadi apa yang sedang kulakukan saat ini?
Apa aku sedang benar-benar mengulang kesalahan yang sama?
Kata aman masih kugenggam karena baik Sehun atau pun Chanyeol tidak mengingat masa lalu kami.
Tapi apa ingatan yang hilang itu tak akan pernah kembali?
Apa bisa aku menghadapi kenyataan di masa depan, jika sewaktu-waktu, Sehun atau pun Chanyeol mengingat semuanya?
Mungkin ketakutanku akan terjadi?
Mungkin aku akan dipaksa untuk pergi lagi?
Atau mungkin, siapa yang akan mengalah diantara kami?
Lagi.
Kata yang menggambarkan keraguan. Aku tidak suka, tapi aku tetap berada bersama 'mungkin'
tbc.
16-10-2019
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Illussion ✔ | YoonHun
FanfictionHadirnya Sehun adalah nyata. Sehun berada di dekat Yoona, tapi Yoona tak bisa meraihnya. Ingin menelan perasaan yang bersemi, tapi semakin Yoona mencoba mendorongnya, sebuah perangkap seperti menjerat leher gadis itu. Pada akhirnya langkah Yoona per...