██████████
Dua hari pasca ponselku hilang, aku belum beli ponsel baru. Kendati terasa hambar nyatanya tak memiliki ponsel pun aku masih tetap hidup.
Sudah sejak terakhir kali aku bertemu Krystal di kafe, aku belum benar-benar pulang ke rumah. Aku hanya menghabiskan waktu di tempat teman-teman EXO, mandi, makan, main, dan kegiatan-kegiatan kecil lainnya. Orang tuaku baik-baik saja dengan hal itu, tidak masalah selagi aku masih mengabarinya meskipun dengan meminjam ponsel Sehun.
Lagi pula aku ini anak baik, anti berulah, sementara bersikap manis pada banyak gadis adalah sebuah pengecualian. Sebab itu pula orang tuaku memberikan kepercayaan penuh, tak banyak berkomentar kendati setiap malam kami melakukan video call lewat ponsel Sehun.
Membuat Sehun jengkel, karena secara tak langsung aku sudah menyita banyak waktunya padahal Sehun sedang dalam masa pendekatan dengan Yoona.
Bukan aku sengaja, loh.
Ibuku tak bisa diabaikan jika sudah video call, nanti akan berpengaruh pada uang jajanku yang bisa saja dipangkas habis, aku tidak sanggup.
Seperti malam ini, aku lihat bagaimana Sehun tersenyum seperti orang tak waras selagi berbalas pesan dengan Yoona, sontak membuatku terkesiap ketika kucoba mengintip namun kontak ibuku lah yang tertera di layar ponsel Sehun, lewat satu panggilan suara.
Aku meringis menatap Sehun, meyakinkan pemuda itu jika aku hanya akan bicara sebentar.
Maka tanpa gairah, ponselnya beralih di tanganku. Selagi aku menanggapi setiap ocehan ibu, mataku melirik presensi Sehun yang tiba-tiba saja menyobek selembar kertas dari buku catatannya, menuliskan beberapa kata di sana, lantas melipatnya tanpa sempat aku mengintip isinya.
Bersamaan dengan itu, kututup sambungan telepon kemudian menyerahkan ponsel ini pada pemiliknya.
"Sepertinya kau kembali pada masa sembilan puluhan. Surat menyurat." komentarku melihat gerak-gerik Sehun yang sedikit membuat muak.
Masalahnya ini bukan pertama kali Sehun jatuh cinta. Bahkan untuk wanita yang sama, aku tak habis pikir jika Sehun yang sekarang begitu roman picisan. Padahal dulu dia selalu biasa saja saat menyikapi Yoona.
Sehun tersenyum miring di sana, mengecek ponsel sebelum akhirnya menjawab, "Rasanya berbeda. Kau pasti tidak tahu bagaimana rasanya."
Entah bagian telinga mana yang menyaring ucapan Sehun barusan, rasanya terdengar mengejek dan sangat membuatku jengkel. Sebuah suara saja berhasil merambat cepat menuju palung hati.
Hehehe.
Oke, aku berlebihan.
Intinya Sehun begitu meyebalkan jika sudah mengejekku seperti tadi.
Lagipula bagaimana bisa aku merasakan sensasi surat menyurat sementara gadis yang kupuja saja lebih tertarik berkirim pesan dengan pria lain.
Tak masalah. Aku ini ganteng, kurasa status berpacaran hanya akan membuat wanita di luar sana kecewa. Jadi bukankah kesendirianku ini jelas suatu kebahagiaan tersendiri untuk mereka? Aku harus mengapresiasi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Illussion ✔ | YoonHun
FanfictionHadirnya Sehun adalah nyata. Sehun berada di dekat Yoona, tapi Yoona tak bisa meraihnya. Ingin menelan perasaan yang bersemi, tapi semakin Yoona mencoba mendorongnya, sebuah perangkap seperti menjerat leher gadis itu. Pada akhirnya langkah Yoona per...